"Kalau kamu jemput anak kamu sedikit telat gapapa?"

Jaehyun sudah hafal kebiasaan Taeyong izin sebentar untuk menjemput anaknya di sekolah setiap jam setengah 4 sore. Ia bertanya begitu karena ia punya rencana lain bersama Taeyong setelah selesai makan siang dengan klien.

"Kenapa pak?"

"Saya mau minta tolong sama kamu. Sebenernya ini urusan pribadi sih. Tapi ga ada waktu lagi jadi saya mau selesaiin sekalian pas keluar kantor."

"Maaf pak, kalau urusan pribadi saya ga bisa." Dengan nekatnya Taeyong menolak, padahal urusan menjemput Jeno juga tergolong urusan pribadi.

"Hah, beneran nih? Yaudah kalau kamu ga bisa. Abis makan siang kita langsung balik kantor."

Entah kenapa ada sebagian hati Taeyong yang ingin Jaehyun sedikit lebih memaksa. Tapi ia bersyukur karena pria itu tidak memaksa. Artinya permintaan itu bisa saja ditujukan ke orang lain bukan hanya pada dirinya.

Acara makan siang berjalan dengan lancar. Kerjasama dengan klien juga tampaknya akan berjalan mulus. Jaehyun memuji Taeyong atas kemampuan bicaranya yang mampu menarik perhatian klien.

"Kamu belajar dari mana? Dulu kamu pemalu banget loh." Tanya Jaehyun saat mereka sudah berada di mobil lagi.

"Belajar dari pengalaman Pak." Jawab Taeyong sekenanya.

"Wah berarti kamu udah banyak pengalaman negosiasi dong. Setiap saya rapat sama klien, kamu aja yang ikut, daripada karyawan lain yang cuma planga-plongo aja kerjanya."

Taeyong hendak tertawa, tapi segera menyembunyikannya. "Jangan pak, saya masih karyawan baru, nanti ada yang sirik."

"Sirik boleh, kalau kinerja mereka udah lebih bagus dari kamu."

Taeyong mungkin sudah melayang, terutama karena pujian ini keluar dari mulut Jaehyun. Tapi karena alasan yang sama ia juga berusaha menyembunyikan perasaannya.

Taeyong melirik jam di tangannya. Sudah jam 15.00. Sudah hampir jam keluar TK Jeno.

"Pak, saya turun di depan aja." Taeyong menunjuk plang tanda boleh berhenti di pinggir jalan.

"Kenapa?"

"Udah jam pulang anak saya pak, sekalian saya jemput sekarang aja."

"Oh, yaudah kalo gitu saya anterin kamu sekalian ke sekolahnya."

"Gausah pak, saya turun di depan aja, saya bisa naik ojek online."

"Aduh ngapain buang-buang uang buat ojol. Udah mending sekalian sama saya. Kasih tau di mana TKnya."

Taeyong hanya bisa pasrah karena Jaehyun tak mau menghentikan laju mobilnya. Ia mau tidak mau menunjukkan jalan menuju TK Jeno.

"Loh? Ini mah sekolah TK anak saya. Jangan-jangan anak kita barengan sekolahnya?" Tanya Jaehyun takjub saat memasuki kawasan sekolah yang tak asing.

Taeyong jadi berpikir, kenapa dunia sempit sekali. Sudah ia satu kantor dengan Jaehyun, sekarang anaknya yang satu sekolah dengan anak Jaehyun.

"Nama anak kamu siapa? Nanti saya tanyain ke anak saya."

"Jeno, Pak." Jawab Taeyong apa adanya.

"Oke, Jeno, Jeno, Jeno.... Ngomong-ngomong anak saya udah dijemput bundanya belum ya? Harusnya sih udah." Jaehyun melongok ke arah halaman TK yang mulai sepi. Sebagian besar anak pasti sudah dijemput orang tuanya.

"Itu anak saya, Pak. Makasih ya udah nganterin ke sini." Taeyong terlihat akan berpamitan, ia bahkan membereskan semua bawaannya, termasuk makanan yang ia beli di restoran tadi.

In Between [JaeYong version]Where stories live. Discover now