"Hus Jaemin! Maaf ya anak ini bawel banget." Ten terlihat tak enak pada Taeyong.
Mulut anak-anak memang jujur. Tapi Taeyong tidak marah dengan penuturan Jaemin tentang Jeno karena itu menurutnya benar. Kecuali bagian yang "takut dipukul" itu. Jeno sama sekali bukan anak yang suka memukul orang sembarangan. Sebaliknya anak itu sebenarnya juga penakut.
Taeyong berjongkok guna menyejajarkan tingginya dengan Jaemin. "Jaemin jangan takut ya temenan sama anak tante. Dia ga suka mukul orang kok. Cuma emang anaknya pendiam. Tante minta tolong sama Jaemin boleh ga? Tolong ajak main Jeno lagi ya?" Pinta Taeyong dengan lembut.
Jaemin langsung menggangguk dengan lucu. Mengedipkan matanya lalu mengangkat tangannya membentuk tanda "OK".
"Jaemin, jawabnya yang benar dong." Tegur Ten karena tingkah ekstra anaknya.
"Hehe, iya tante. Jaemin bakal ajak Jeno main lagi."
Karena dipanggil gurunya, Jaemin pun masuk meninggalkan dua orang dewasa di belakangnya. Kini tinggal Taeyong dan Ten. Taeyong berniat pamit lebih dulu karena ia harus kembali ke kantor.
"Saya duluan-"
"Bunda udah masuk grup belum?"
"Hah? Grup?"
"Iya, grup chat orang tua murid. Buat sharing-sharing info aja bun."
"Oh, belum."
"Yaudah saya minta nomor HPnya, nanti saya masukin grup. Kebetulan saya adminnya. Agak repot loh bunda, kalo ga masuk grup, suka ketinggalan info."
Taeyong menurut saja pada Ten. Lagipula sepertinya sosok "ibu" ini lebih berpengalaman dibanding dirinya, mungkin ia bisa bertanya banyak pada Ten nanti.
"Saya duluan ya, saya harus balik ke tempat kerja."
"Oh iya, silakan."
Dan berakhirlah perkenalan Taeyong dengan Ten hari itu.
.
.
.
"Loh Taeyong, kok telat?"
"Iya pak, maaf tadi agak lama di sekolah anak saya."
"Ya gapapa telat, tapi kabarin gitu. Takutnya kamu kenapa-kenapa di jalan ga ada yang tau."
"Iya pak, lain kali saya kabarin."
Setelah menyapa Jaehyun sekedarnya, Taeyong kembali ke meja kerjanya dan mulai menyalakan komputer.
"Anak kamu sekarang umur berapa?" Pertanyaan Jaehyun di tengah-tengah kerja mereka cukup mengejutkan Taeyong.
Taeyong memilih menjawab jujur. "6 tahun pak, masih TK."
"Wah, seumuran anak saya dong. Anak saya juga TK. TK di mana-"
Pertanyaan Jaehyun terpotong oleh telepon yang masuk. Baik Jaehyun maupun Taeyong sama-sama meraih gagang telepon di meja masing-masing. "Saya aja." Kata Jaehyun seraya mengisyaratkan Taeyong untuk meninggalkan teleponnya.
Taeyong mencoba kembali fokus dan mengabaikan Jaehyun yang sedang menjawab telepon. Taeyong sudah tenggelam dalam pekerjaannya saat Jaehyun lagi-lagi mengganggunya.
"Taeyong, kamu ikut saya ya? Kita makan siang bareng klien."
"Tapi Pak, kerjaan saya-?"
"Itu bisa nanti. Ayo ikut saya dulu. Dadakan ini, janji makan siangnya satu jam lagi. Kalau ga berangkat sekarang bisa telat kita."
"I-iya pak, sebentar."
.
.
.
Taeyong dan Jaehyun kini berdua saja di dalam mobil. Jaehyun menyetir sambil sesekali mengikuti nyanyian yang terputar dari radio. Harus Taeyong akui, suara Jaehyun masih sama merdunya seperti dulu.
YOU ARE READING
In Between [JaeYong version]
FanfictionJaehyun kira ia telah berdamai dengan masa lalu. Nyatanya saat "dia" kembali, hatinya kembali goyah. . . . . JaeYong & JaeTen, bxb, mpreg, age switch, plot receh ala sinetron indo**ar, local setting, bahasa baku-nonbaku, the world of the married ver...
![In Between [JaeYong version]](https://img.wattpad.com/cover/233637683-64-k106652.jpg)