8. Saingan

577 121 43
                                    



"Hoi, anak klub dance yang namanya Song Hyeongjun tuh yang mana yaa?"




Kang Minhee sore itu tersedak cukup parah, terbatuk-batuk dengan air yang menyembur sembarangan saat sebuah nama tak sengaja mampir di obrolan meja himpunan.

Song Hyeongjun, siapa lagi? kkk

Woobin-- tetua himpunan mesin yang sedang getol-getolnya menggarap skripsi, ikut tertawa cukup lebar saat menyaksikan rekan-rekan himpunannya basah kuyup, walau sesungguhnya bukan itu saja yang ia tertawakan.

(Sstt, setelah insiden perkelahian karena pena keramat, Woobin memang jadi satu-satunya orang yang tahu rahasia itu)


Jujur, Kang Minhee tak akan sekaget ini jika nama si kecil muncul karena gurau iseng beberapa teman lama, yang kadang kerap bernostalgia kala mereka masih sama-sama mahasiswa piyik di kelas tahun pertama.

Yang membuatnya cukup terkaget adalah, ada nama lain, yang tanpa permisi ikut menempel bersama nama kesayangannya di pembicaraan itu.

Dari bisik-bisik kecil anak himpunan yang ternyata punya hobi menggosip, pemuda yang tengah giat mengumpulkan dukungan menjadi ketua himpunan itu tahu satu berita besar.

Cukup besar, untuk Kang Minhee yang kini nyalinya tiba-tiba saja tersulap menjadi sekecil debu-debu di angkasa.

"Gosipnya, si Minkyu lagi naksir anak dance yang biasa latihan di selasar seberang tuh."

"Hayoloh Wonjin, Minkyu akhirnya moveon, diajak balikan berkali-kali susah banget sih hahaha."

Tawa menggelegar lagi-lagi terdengar, disusul dengus tak bersahabat milik sosok Wonjin. Sedang Minhee hanya mengulas senyum sungguh kecut-- kalau Seo Woobin, rasanya hampir mati karena menahan tawa saat melihat ekspresi kedua junior kk.

Kang Minhee cukup tahu sosok itu, sosok sempurna tanpa celah, yang walau hanya lewat tatapan sekilas pun tetap akan memukau lawan pandangnya.

Kim Minkyu.

Si pentolan BEM kampus dari Jurusan Teknik Sipil-- yang tampannya cukup teruji, prestasinya lumayan tersohor, pun perilaku kesehariannya yang selalu dikagumi rekan-rekan.

"Udahan dong bahas mantan gua nya," rengek keras milik Ham Wonjin yang kemudian memutus gosip-gosip sore itu. Wonjin terus saja menggerutu sembari memasang wajah kesal, walau penghuni meja diskusi bukannya berhenti, namun makin giat menggoda pemuda mungil itu.

"Dia tuh kadang mirip makhluk gaib, kalau diomongin sering banget muncul."

Wajah pemuda Ham semakin terlihat menggemaskan, seiring tiap rengekan dan celoteh kecil yang ia lontarkan tentang si mantan. Minhee hampir-hampir saja ikut tertawa dengan yang lain, jika bukan karena bungkam tiba-tiba dari bibir Wonjin yang sedikit meresahkan, jika bukan karena dua sosok familiar di arah pandang si pemuda-- yang cuma bisa memaku diam di antara riuhnya oknum penggosip di meja diskusi himpunan.


-- 🌸


"Halo Song Hyeongjun?"

Kali pertama sosok itu tiba-tiba datang, lantas menyapa tanpa ada basa-basi perkenalan, Hyeongjun sejujurnya sempat kaget. Dan ... sedikit takut mungkin? (bayangkan saja, ada pemuda yang tiba-tiba menyapa tanpa pernah berkenalan sebelumnya-- diiringi senyuman kelewat lebar yang jika salah sedikiit saja, bisa terlihat super menyeramkan kk).

Namun usai temu kedua, ketiga, dan seterusnya tanpa ia sempat hitung, Song Hyeongjun akhirnya mulai biasa saja, toh sudah cukup paham gerak-gerik si pemuda.

"Kak Minkyu ada perlu apa lagi?"

"Masih mau cek perizinan selasar ini untuk latihan klub dance? Minggu lalu dongpyo sudah kasih kan kak, bukti perizinan untuk satu bulan kedepan?"

Hyeongjun-- yang baru saja rampung memimpin latihan salah satu kelompok tahun pertama, kemudian menyahuti, setengah terengah ulah beberapa gerakan yang tadi dilakoni.

"Cuma mau numpang duduk, sekalian lihat kalian latihan, gapapa kan?"

Mata Song Hyeongjun sempat beberapa kali mengerjap lucu, tatkala otaknya mencerna kata demi kata yang diucapkan oleh Minkyu. Walau sesungguhnya ia tak nyaman, hanya sebuah anggukan kecil yang bisa ia berikan.

Sosok yang jadi lawan bicara kemudian hanya mengulas senyuman aneh seperti biasa.

"Makasih yaa, ada hadiahnya loh jun hehe."

Minkyu dengan cepat merogoh isi kantung hitam yang sedari tadi dibawa, lantas mengeluarkan satu kaleng dingin minuman isotonik, yang kemudian ia tempelkan di pipi manis milik Song Hyeongjun.

Saat dingin itu sontak menyusup di pipi gembil miliknya, ada semburat kemerahan yang kemudian samar-samar menemani, pelan-pelan merebak manis hingga ke telinga kecil milik si mungil.

Bukan, ia bukan sedang terpesona kok kk.


Song Hyeongjun itu tengah malu, malu yang sungguh-sungguh malu, terlebih saat tiba-tiba suara menggelegar cukup familiar terdengar, yang datang tepat dari sekretariat himpunan di seberang selasar.

"KALAU MAU PENDEKATAN, JANGAN DI SITU YA MAS! KELIHATAN, YANG LAGI DISKUSI TERGANGGU FOKUSNYA. "

Ayo tebak, suara siapa itu?


-- 🌸



Jadi ... sudah bisa tebak belum si pemilik suara? kk


Yang Hyeongjun tak tahu, teriakan galak itu sesungguhnya bukan ditujukan untuknya.

Lalu untuk siapa? Yaa Kim Minkyu tentunya!!

Hari itu, untuk kali pertama dalam hidup, Kang Minhee akhirnya bisa merasakan gelenyar aneh yang ia pikir hanya akan dirasakan oleh anak labil di sekolah menengah.

Hanya akan ia lihat di drama picisan kesukaan sang ibunda Kang.

Atau hanya akan ia dengar lewat lagu mendayu yang diputarkan si adik, Kang Taeyoung, di tiap minggu malam kelabunya.

ㅡ Sst! Jangan beritahu Kang Minhee yaa, kata orang, itu namanya cemburu kkk.

Walau sempat linglung beberapa jam setelah kejadian, sosok itu akhirnya berani mengendap ke sisi Woobin, pelan-pelan berbisik tepat kala senja telah menutup.


"Bang Woobin, caranya nembak gimana yaa bang?"


"Mau ketemu dia setelah pemilihan kahim akhir minggu ini, ternyata garela kalau ada yang mau ambil hehe."



(Kang Minhee kemudian dikurung di sekretariat himpunan malam itu, diberi wejangan-wejangan jitu ala Woobin-- turut dibantu pacar manisnya, Jungmo, yang datang jauh-jauh dari gedung Manajemen)

-- 🌸





Another update!! Walau mungkin kurang menarik, semoga tetap menghibur yaa hehe

And as always, your comments and other feedbacks are always loved ^.^

An Ordinary Me ┊ Deullem / MinisongWhere stories live. Discover now