SATU

1.4K 204 34
                                    

Haii... Diriku hadir dengan cerita Kalven. ini buku #2 dari seri The Heirs yah setelah buku satunya A Prince For Rented hampir finish. semoga kalian menikmati juga cerita ini. Luv!

================================================================================

"Anak kita?" tanya Kalven bergetar, menatap bayi mungil dalam gendongan Deeva yang duduk manis dan bersandar di kepala tempat tidur. Dia baru saja kembali, dan kemudian terkejut dengan kabar jika anaknya dengan Deeva telah lahir. Baru beberapa minggu yang lalu. Anak laki-laki.

"Ya." Jawab Deeva singkat. Matanya terpaku pada wajah Kalven yang mengerikan.

Sebelah wajahnya hancur akibat luka bakar dari kecelakaan helicopter sekitar delapan bulan lalu, yang juga membuat dia menghilang. Dan hari ini, tiba-tiba dia kembali bersama dengan dua orang yang katanya penolongnya dari sebuah desa tertinggal. Desa yang ternyata masih memiliki penghuni yang menetap di sana tanpa laporan.

"Bagaimana bisa?" tanya Kalven lagi masih tidak yakin jika dia memliki anak. Seingatnya, Deeva tidak pernah memberitahukan jika dirinya hamil. Atau sudah tetapi ingatan itu tidak kembali? Karena setelah kecelakaan, Kalven sempat kehilangan ingatan.

"Bagaimana jika kau membersihkan diri dulu? Aku akan meminta pelayan melakukan scrubing untukmu dengan garam dari laut mati. Kau pasti lelah setelah semua yang terjadi. Apalagi, setelah perjalanan panjang yang baru saja kau tempuh."

"Baiklah." Setuju Kalven setelah tertegun untuk sesaat. Masih dengan linglung Kalven membalikan diri, berjalan menuju lorong ke kamar mandi mereka.

Dia tidak tau apa yang dia rasakan. Senangkah? Fakta jika dia memiliki anak, bermain-main dalam benaknya dengan cara yang ganjil. Mungkin karena dia tidak pernah memikirkannya sama sekali. Dan jika dihitung, Deeva hamil ketika Kalven belum menghilang. Jadi itu memang anaknya!

Kalven terus saja berpikir. Mencari tau perasaan asing itu. Dia bahkan tidak peduli lagi akan rasa rindu yang menderunya semenjak ingatannya kembali. Tidak peduli lagi ketika tidak ada raut bahagia di wajah Deeva ketika dia masuk kamar tadi. Hanya sekedar terkejut saja tidak. Deeva hanya menatap Kalven seperti orang-orang lain menatapnya. Pertama-tama, menyerengit ngeri, bertanya-tanya dosa apa yang telah Kalven perbuat sehingga mendapat kutukan seperti itu. Selanjutnya, jijik, berusaha menjauhkan Kalven dari pandangannya.

Paling tidak, itu yang dirasakannya ketika memasuki Istana dan orang-orang menatapnya. Parut di wajahnya memang sangat mengerikan sehingga Kalven tidak menyalahkan siappun yang merasa terganggu olehnya.

"Ya Tuhan! Apa yang telah terjadi padamu?" Kalven menoleh ketika dia sedang mengancingkan kemejanya di ruang pakaian.

"Kenapa kau kesini, Ibu?"

Najma, ibunya tidak menjawab. Dia hanya terus menatap wajah Kalven dengan kening menyerengit seolah-olah dia merasakan sakit. Najma mengangkat tangan untuk mengelus bagian wajah Kalven yang mengerikan, namun belum sampai ketika tengkuknya meremang ngeri, kemudian hanya mendaratkan tangannya di pundak Kalven. Tidak ada pelukan hangan untuk menyambutnya yang baru saja kembali dari kematian.

"Beruntung sekali kau masih hidup dan kembali tepat waktu!"

"Yeah, Mom, aku baik-baik saja." Kalven menjauh dari ibunya dan mengaitkan kancing kemejanya yang tersisa.

"Baik-baik saja? Kau Nampak mengerikan!" ceplas-ceplos. Khas Najma pada Kalven. Hanya kepadanya.

"Aku tau." Kalven berjalan keluar dan Najma membuntutinya. "Seperti yang kau bilang, hanya beruntung karena masih hidup. Dan apa maksudmu dengan 'tepat waktu'?"

THE KING AND HIS MISTAKEN #2ndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang