Hanya saja intinya, Jeno tak ingin Chaelin mengetahui dari mulutnya. Biar Chaelin sendiri yg melihatnya, karena jika hanya sekedar kata-kata tanpa bukti itu hanya akan terdengar seperti bualan.

Tapi ternyata Jeno salah, Chaelin sudah berkali-kali melihatnya.

Melihat Mark dengan Yeri, melihat bagaimana perlakuan Mark pada Yeri, melihat Mark yg berbohong pada Chaelin hanya untuk pergi bersama Yeri. Chaelin tau semuanya dan sialannya ternyata Chaelin tetap memilih bertahan dan memaklumi sikap kekasihnya itu. Entah kata-kata manis apa yg Mark sampaikan pada Chaelin, sampai perempuan itu bisa memahaminya. Sungguh Jeno tak habis pikir dengan Chaelin.

"Jen"

Jeno menaikkan alis kanannya sebagai respon dari panggilan Jaemin.

"Itu Chaelin udah biasa kayak gitu?" Lanjut Jaemin menanyakan hal yg sebenarnya sudah sangat ingin di tanyakannya sejak tadi.

"Kayak gitu gimana?"

Jaemin mengusap tengkuknya karena merasa bingung harus menjelaskan pertanyaannya sendiri.

"Ya gitu, nangis gara-gara Mark"

Mulut Jeno langsung membentuk huruf 'O' sembari mengangguk paham.

"Awalnya hampir gak pernah, tapi akhir-akhir ini dia sering kayak gitu. Meskipun gue jarang sama dia akhir-akhir ini, tapi Chaelin suka tiba-tiba menghubungi gue dengan keadaannya yg udah nangis, dan itu sering terjadi di tengah malam"

Menghela nafasnya yg terasa berat, lantas Jeno kembali melanjutkan "Gue gak tau apa yg udah terjadi sama Chaelin selama hampir 1 bulan ini, karena seperti yg kalian tau Mark melarang Chaelin ketemu gue. Dia cuma nelfon gue tengah malem dalam keadaan udah nangis, terus nyebut nama gue dengan lirih, dia nangis sampai dia ketiduran sendiri dan berakhir dengan gue yg bingung, karena setelahnya Chaelin bersikap seperti gak terjadi apa-apa"

"Kalian juga pasti tau kan kalo Mark sering kayak gini, bahkan lebih parah dari ini tapi Chaelin dulu gak pernah nangis" Lanjut Jeno.

Jeno menatap was-was ke arah pintu yg di dalamnya terdapat perempuan yg dicintainya sedang terlelap.

"Gue rasa Chaelin mungkin sudah ada di titik terlelahnya dia, hanya saja yaa.... dia masih cinta sama Mark, mungkin?" Ucap Renjun dengan ragu.

Tapi Jeno balas dengan anggukan setuju "Gue rasa lo bener Jun"

"Atau mungkin ada kejadian yg lebih parah dari hal yg lalu, yg mungkin lo gak tau Jen" Timpal Jaemin ikut masuk dalam percakapan.

"Maksud lo?" Haechan yg tak paham dengan ucapan Jaemin langsung mengutarakan pertanyaannya.

Jaemin mengusak rambutnya, membuat rambutnya berantakan tapi tetap enak untuk di pandang "Chaelin akhir-akhir ini sering sama Mark kan? Tapi lo sadar gak sih kalau Chaelin itu tertekan?"

Renjun yg memang pada dasarnya hidupnya di dedikasikan 24/7 untuk ngegas, langsung saja menggeplak punggung Jaemin dengan keras "Mata lo nyoh tertekan! Darimananya yg tertekan?! Gue copot juga nih gigi lo satu-satu!"

Haechan tertawa mendengar penuturan sahabatnya itu, sedangkan Jaemin hanya bisa meringis sembari mengusap punggungnya yg terasa panas.

"Nih ya gue kasih tau!" Ucap Haechan menarik perhatian teman-temannya untuk mendekat.

"Apa?" Ini nada suara Renjun sudah tidak enak di dengar, karena Haechan selalu ada saja tingkahnya yg berhasil membuatnya naik pitam.

"Kali ini gue serius anjir jun!"

"YAUDAH APA?!"

"Anjir gausah ngegas jugak nyet!"

"Ini jadi gak sih? kalo mau ribut yaudah selesain dulu, gue sama Jeno mau ambil popcorn" Ucap Jaemin yg sudah mulai jengah dengan adu bacot Renjun dan Haechan.

My Boyfriend - Mark Lee [ON HOLD]Where stories live. Discover now