Sesuatu yang Dulunya Indah

720 86 10
                                    

Sesuatu yang Dulunya Indah

Disclaimer :
Semua karakter yang digunakan adalah milik Masashi Kishimoto

#NHTD2020

Kimonoz

Tema :
Love is war : Cinta adalah perang

Summary :

Dulu, sangat indah. Kisah ini memang berbeda. Kita menghabiskan banyak waktu bersama, saling melepas rindu di malam-malam dengan atau tanpa bintang, merasakan gejolak dan tak bodoh lagi untuk menyangkal bahwa itu adalah cinta. Namun, haruskah kita terpisah seperti ini? 

AU, lil bit OOC, OS, mengangkat latar kehidupan kampus dengan kearifan lokal

Kita tidak terpisah oleh pihak ketiga. Kita juga tidak terpisah oleh tuntutan keluarga. Pun tidak oleh maut. Ego lah yang memisahkan kita.

"Hinata?"

Ia berharap suara itu tidak nyata, fatamorgana, hanya imajinasi yang lewat dari sisa-sisa peti kenangan. Namun, ketika ia menoleh dan menyesali perbuatannya, Hinata tahu dia tidak akan bisa lari lagi kali ini. Sebagai penangkal rasa gugup, gadis itu menyingkirkan rambutnya ke belakang telinga.

"Na … Naruto-kun?" ujarnya terbata. 

Nama itu adalah mantra. Mantra bagi pintu terlarang yang ada di sudut memori terkelam Hinata. Gadis itu tahu ketika ia membukanya, maka semua tak akan berakhir baik. Samar-samar suara bising pengunjung serta operator bandara terekam di otaknya. Namun tak cukup kuat untuk menjadi distraksi yang bisa menyingkirkan berbagai kebimbangan di kepala gadis Hyuga.

Pemuda yang telah beranjak dewasa itu menelengkan kepala, melemparkan tatapan penuh kasih sayang. Hasratnya bergejolak hendak meraih dan merengkuh pemuda itu. Namun sesuatu menahannya. Itu ego. Ego yang mencegahnya, memberi Hinata batasan agar tidak terjatuh pada lubang yang sama.

"Bagaimana kabarmu?"

Pertanyaan itu adalah jebakan. Ia tahu hal itu. Hinata memahaminya dengan jelas berkat malam-malam telah ia korbankan selama tujuh setengah tahun terakhir. Gadis itu tak akan lupa kesulitan dan siksaan batin yang telah dilewatinya. Hinata berusaha keras menahan air mata yang hendak tumpah.

"Baik," jawab Hinata dengan senyum palsu. Jangan tanya bagaimana sakitnya. Hinata merasa jantungnya terkoyak oleh sesuatu yang tak bisa ia hentikan. Jantungnya dulu berdentum penuh gempita ketika mendengar suara ataupun memandang wajah khas pemuda itu. Namun, kini tidak lagi.

Kemudian, pemberitaan keberangkatan selanjutnya menyentak keduanya.

Hinata benci situasi ini. Andai kata delapan tahun lalu, ia tidak mengikuti mata kuliah umum  … akankah hari ini tidak akan pernah ada? 

Semuanya berawal di musim semi delapan tahun lalu. Tahun kedua di bangku perkuliahan dan pemrograman mata kuliah umum sedikit berubah dari semester lalu. Karena berstatus mahasiswa yang berada dalam lingkup program studi mata kuliah blok, Hinata tidak punya pilihan selain menambah Bahasa Inggris sebagai salah satu poin penunjang untuk mendapat SKS yang cukup.

"Hinata, mau ke kelas MKU sekarang?" 

Gadis dengan rambut berwarna indigo itu menolehkan kepalanya. Ia menyambut tawaran Ino dengan rekahan senyum di wajah. Hinata beranjak dari kursinya dan berjalan bersama Ino serta Sakura menuju ruang MKU yang terletak di dekat perpustakaan pusat kampus. 

Sesuatu yang Dulunya IndahWhere stories live. Discover now