Pada akhirnya, wanita itu menyerah. Dia tidak bisa melakukan apapun. Menekan klakson ribuan kali pun percuma, yang ada orang-orang itu akan mengutuknya.

"Ahjussi. Apa terjadi sesuatu di depan sana?" tanya Ye Rin pada seorang pria dengan skuter-nya yang lewat.

"Sepertinya ada kecelakaan. Apa kau sangat terburu-buru?" tanya paman itu kemudian.

Ye Rin mengangguk, memasang wajah sesedih mungkin.

"Bagaimana jika kau menepikan mobilmu dan ikut saja denganku? Skuter-ku akan lebih cepat menerobos kemacetan.

Memasang ekspresi berpikir dan pada akhirnya gadis itu mengangguk. Jika paman itu macam-macam dia bisa melapor. Wewenang besar diberikan padanya untuk hal itu.

Skuter lamban berjalan menembus kemacetan yang ternyata lebih parah dari yang Ye Rin lihat. Sebuah truk besar terguling dan menutup hampir seluruh bahu jalan. Ternyata pilihan untuk ikut paman baik hati itu benar.

.

.

.

Dengan cepat Ye Rin melepas helm yang di pakai, lalu membenarkan busana dan rambutnya yang berantakan karena angin.

"Apa kau ada kencan?" tanya paman itu setelah menerima helm dari Ye Rin.

Hanya senyum malu tanpa jawaban yang dia tunjukkan. Memalukan untuknya, mengatakan jika ibunya baru saja mengatur sebuah kencan buta. Dia merasa terlalu cantik untuk itu. Tapi,  ibunya yang sangat teropsesi dengan pernikahan itu malah terus mendorongnya pada kencan buta gila.

Ye Rin merogoh tasnya. Menyodorkan beberapa lembar won pada paman baik hati itu, tapi dengan halus paman malah mendorong tangan Ye Rin.

"Kau tidak perlu memberikanku apapun. Lakukan saja dengan baik kencanmu. Aku harap kau bahagia dalam hidupmu."

Ye Rin tersenyum menyaksikan paman yang mulai menjalankan skuter-nya kembali ke jalan. Dia juga berharap paman itu mendapat kebahagiaan dalam hidupnya.

Hembusan nafas berikutnya membawa Ye Rin masuk ke dalam cafe bernuansa klasik di depannya. Sebenarnya ini sudah melewati 10 menit dari waktu.

Ye Rin celingukan mencari seorang yang akan melakukan kencan buta dengannya. Sampai seorang pelayan datang untuk bertanya dan mengantarkannya pada satu meja di dekat jendela yang terasa asri karena beberapa pot tanaman tertata di dekatnya.

"Kim Seok Jin-ssi?" tanya Ye Rin berharap tebakannya benar.

Ketika pria itu menoleh rasanya jantung Ye Rin akan lepas dari tempatnya.

Pria itu tersenyum sangat manis. Senyuman yang bisa menaklukkan gadis manapun. Bibirnya yang tebal melengkung. Matanya yang sipit membuat pengamatan singkat lada Ye Rin yang masih diam mematunh di tempatnya.

"Shin... Ye Ri-ssi?" pria itu bertanya dengan suara merdunya sambil berdiri dari kursinya. Astaga, tolong selamatkan jantung Ye Rin kali ini, pria ini mungkin akan membuat dirinya lepas kendali dengan menyerahkan diri sepenuhnya.

Ye Rin mengangguk bodoh. Tapi, sebelum kebodohannya benar-benar terjadi, Ye Rin memilih menundukkan sedikit kepalanya untuk memberi hormat, "Maafkan saya karena terlambat. Apa saya membuat anda menunggu lama?"

Pria itu tersenyum sekali lagi. Kepalanya menggeleng menolak ucapan Ye Rin, "Saya juga baru tiba. Silahkan duduk," uacapnya berjalan untuk menggeser kursi untuk Ye Rin duduki. Perlakuannya bahkan semanis ini. Ibunya benar, kali ini wanita itu memberinya umpan yang bagus.

"Ah... Ya kita belum berkenalan. Nama saya...."

Ye Rin mengangkat tangannya untuk memberi intruksi pada kata-kata Seok Jin. "Bisakah kita menggunakan bahasa yang lebih santai."

Seok Jin manggut-manggut, "Baiklah!"

"Shin Ye Rin. Kau pasti sudah tahu itu."

"Tentu saja, siapa yang tidak mengenal-mu. Kau dan tim-mu berhasil mengungkap kasus besar. Kalian sangat terkenal akhir-akhir ini."

Ye Rin tersenyum cerah. Sebenarnya itu bukan apa-apa. Lagipula dia tidak merasa pernah melakukan apapun. Semua berakhir dengan baik, seperti kasus-kasus sebelumnya.

"Aku juga banyak mendengar tentang anda, Kim Seok Jin-ssi. Pengacara ternama dengan bayaran tertinggi. Aku jadi ingin tahu, kenapa kau merelakan waktumu untuk kencan buta semcam ini. Aku merasa banyak wanita yang akan mendekatimu dengan wajah dan pekerjaan itu."

Seok Jin tertawa renyah. "Apa yang terlihat kadang tidak seperti apa yang ada. Bagaimana denganmu? Kau cantik, memiliki penampilan baik dan pekerjaan yang sempurna. Apa yang membuatmu melakukan kencan ini?"

Ye Rin tiba-tiba diam. Ekapresi-nya berubah sendu. "Hanya ingin mencoba suasana baru," katanya kemudian sambil memberi sebuah senyuman.

"Suasana baru?"

Ya, Ye Rin sedang ingin melupakan sesuatu. Apa yang tidak mungkin lagi dia lihat dan dia temukan. Karena itu mungkin hanya sebuah mimpi panjang yang indah.

"Kau tahu. Mungkin ini terdengar aneh, tapi aku baru saja berpetualang ke dunia yang lain. Perjalanan waktu yang abstrak. Sesuatu seperti itu."

Satu alis Seok Jin terangkat tidak mengerti. "Kau akan menceritakannya padaku, dipertemuan kita selanjutnya?"

Ye Rin tersenyum singkat, teramat singkat, karena detik berikutnya setelah senyuman itu wajahnya berubah terkejut. Tangannya ditarik untuk berdiri secara paksa. Matanya terbelalak lebar setelah melihat siapa yang dengan gila ingin merusak acara kencan butanya.

"Ka... Kau...."

"Maafkan saya tuan. Tapi sepertinya tidak akan ada pertemuan selanjutnya." Pria yang memaksa Ye Rin berdiri menunjukkan senyumannya. "Wanita yang akan anda kencani ini adalah istri dari seseorang. Kami permisi." Setelahnya pria itu menarik Ye Rin untuk keluar dari cafe.

Ye Rin masih tidak mengerti dengan situasi. Kepalanya berputar kebingungan, mencari jawaban tidak masuk akal tentang apa yang baru saja terjadi.

Setelah sampai di luar cafe, Ye Rin segera menghempas tangan yang menariknya. "Kau! Bagaimana kau bisa ada di sini?" tanya Ye Rin masih dengan wajah tidak percayanya.

Pria itu menoleh. "Menjemput seorang istri yang berselingkuh."

Ini gila. Apa langit baru saja runtuh. Atau... Dia masih terjebak atas apa yang belum bisa dia pahami. Pria itu di depannya. Pria dalam mimpinya.

.

.

.

Story Begining






Invisible Thread
Fhypi Mardin
03 Juli 2020

Invisible ThreadWhere stories live. Discover now