Sungguh saat ini Chen ingin saja mengatakan semuanya. Perihal Perth yang tiba tiba menghilang. Ingin dia berteriak pada Saint yang sudah dia anggap anak kandungnya sendiri itu.

Flashback

"phi, aku pergi dulu ya. Jangan kabarkan perihal kenapa aku menjauh darinya. Aku mohon"

"tapi kenapa, Perth? Kau bahkan tidak memberitahu ku alasan kenapa kau menjauhinya"

Perth tersenyum. Dia kemudian mendongak melihat kearah gumpalan awan yang bergerak. Saat ini mereka berada di taman rumah sakit.

"aku ingin dia terbiasa dengan semua ini. Disaat aku sudah tiada, aku ingin dia tidak selalu bersedih dengan semua ini. Aku hanya ingin dia bahgia phi. Hanya itu." ucap Perth tulus. Ini memang tekad nya.

Chen memegang dada nya yang terasa sesak. Perth seorang pria yang hidup tanpa ayah dan ibu saat dia berumur 5 tahun. Saat itu, Saint bertemu dengannya dan membawa pulang Perth kerumahnya. Mereka selalu bersama kemana saja dan Saint selalu menganggap Perth adalah nong.

Dan saat umur Perth dan Saint menginjak remaja, Perth menyatakan perasaan nya pada Saint. Awalnya dia berfikir Saint tidak akan menerimanya, tapi Saint tiba tiba memeluknya dan menangis di pundak nya. Saat itu mereka resmi menjadi sepasang kekasih.

"jangan Perth. Phi mohon naa. Jangan tinggalkan Saint" isak Chen memohon pada Perth. Perth tersenyum lalu menggeleng. "kalian sudah banyak berjasa padaku. Tiba saatnya aku membalas budi kalian. Dengan memberikan Saint peluang untuk hidup" ucap nya.

"Perth!!" teriak seseorang. Perth mengalihkan pandangannya kebelakang dan melihat Plan yang tengah melambaikan tangannya. Perth berdiri, memberi wai pada Chen lalu berlari kearah Plan.

Setelah mereka pergi, Chen menangis sejadi jadinya. Selama 5 tahun mereka bersama, kenapa takdir ingin memisahkan mereka?

Flashback off

"Saint.. Perth pasti akan kembali. Jika dia tidak kembali sebelum operasi mu, aku akan menghajarnya" walau Chen sendiri tidak yakin dia dapat menghajar Perth atau tidak karena nanti... Tubuh itu mungkin sudah lemas dengan sendirinya.

Chen kembali menahan air mata yang ingin menetes. Dia melirik kearah Saint.

"aku harap pendonor itu bukan Perth" entah kenapa, dia merasakan hal yang buruk terjadi pada Perth setiap kali mereka membahas tentang pendonor jantungnya. Tapi Saint selalu menepis pikiran itu, dia berharap Perth baik baik saja. Karena walau apa sekalipun, Saint tidak bisa membenci Perth. Dia akan selalu mencintai Perth.
.
.
.
.
.
Seorang lelaki sedang terbaring diatas ranjang pasien. Lelaki itu adalah Perth, dia sedang menunggu Plan yang datang bersama kameranya. Akhirnya Plan datang lalu mendekati Perth.

"kenapa kau ingin kamera ini, Perth?" tanya Plan. Dia sebenar nya agak bingung karena Perth juga meminta Plan untuk membawa tabletnya.

Perth tersenyum. Lalu menjawab, "last letter from Perth to Saint" jawabnya. Plan mengernyit bingung. Perth tertawa kecil. "jangan menganggu ku, ya" ucapnya pelan. Plan hanya mampu mengangguk dan sedikit menjauhi Perth.

Perth memasang kameranya lalu tersenyum.

"hai my sweetheart.....
.
.
.
.
.
.
"phi~ kenapa Perth tidak datang. Aku ingin bertemu dengannya phi" cicit Saint. Saat ini dia sedang menunggu dokter memanggilnya ke ruangan operasi. Chen menghela nafas, dadanya terasa sesak. "Perth akan datang setelah kau sadar. Saat itu kau boleh memeluk nya... Tapi aku tidak yakin kau dapat memarahinya" tentu saja ucapan terakhir itu Chen ucapkan dalam hati.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 02, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

A Gift For YouWhere stories live. Discover now