2

300 52 23
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



🍁🍁🍁🍁

Sinar matahari masuk melalui celah jendela, membuat Akira berulang kali mengerjapkan matanya. Setiap hari ia harus bangun lebih pagi dari Suaminya. Wajib baginya membangunkan sang Suami dan memasak untuk sarapan mereka berdua.

Ia menatap wajah damai Jimin saat tidur, wajahnya begitu tampan dan manis. Akira mengulurkan tangannya untuk mengelus lembut pipi Suaminya.

Akira menepuk pelan pipi Suaminya "Jimin Oppa. Bangun."

Jimin menggeliat saat tidur nyamannya terganggu. Ia masih setia memejamkan matanya.

Akira tersenyum begitu lembut, lalu menepuk pelan pipi Jimin. "Jimin Oppa. Bangun."

Park Jimin membuka matanya dengan sangat terpaksa. Lalu menatap Akira yang tersenyum padanya. Dengan gerakan cepat Jimin membawa tubuh Istrinya itu kedalam pelukannya. Memeluknya begitu posesiff.

"Oppa bisa singkirkan lengan kekarmu ini dari pinggangku. Kau harus bangun dan aku harus memasak untuk sarapan kita berdua." ucap Akira sembari mencoba melepaskan lengan kekar Suaminya yang memeluk pinggangnya begitu erat.

Jimin semakin mengeratkan pelukkannya "tidak mau." Bisik Jimin tepat ditelinga sang Istri.

"Jimin Oppa. Cepat bangun dan mandi."

Jimin terkekeh pelan, ia sudah terbiasa dengan sikap cerewet istrinya.

"Morning kiss." ucapnya sembari mendekatkan wajahnya pada wajah istrinya.

Akira hanya terdiam, tidak tau harus bereaksi seperti apa. Karena setiap harinya sang Suami yang terlebih dulu memulainya. 

Jimin tersenyum saat Akira hanya terdiam sembari menatapnya. Ia meniupkan napasnya ke wajah sang istri, lalu menangkup wajah Istrinya dan mencium bibirnya dengan sangat lembut.

Kedua tangan Jimin merambat kebelakang kepala Istrinya guna memperdalam ciumannya.

Sadar jika Akira mulai menepuk dadanya berulang kali, Jimin pun segera melepaskan tautan bibirnya.

"Aku akan mandi. Terima kasih ciumannya." ia mengerlingkan matanya, Akira hanya bisa menggelengkan kepala menatap tingkah genit Suaminya itu.







🍁🍁🍁🍁







Jimin pov

Seperti apa yang telah dikatakan semalam pada Hyuna. Sore ini setelah pulang dari kantor ia menyempatkan waktunya untuk mengunjungi Hyuna di apartemen lama miliknya.

Jimin terduduk disofa sembari menatap wajah senduh Hyuna. Ia tak tau harus berkata apa, pasalnya Hyuna sedari tadi hanya duduk terdiam tanpa mengatakan sepatah katapun.

Dapat Jimin lihat tatapan senduh dari kedua manik coklat gadis itu. Ntah masalah apa yang Hyuna hadapi selama ini hingga membuatnya seperti ini. Kim Hyuna yang ia kenal dulu begitu ceria berbanding terbalik dengan yang ia lihat sekarang.

"Selama ini aku begitu tersiksa, Jim." ucap Hyuna sembari menatap Jimin tepat di manik abunya.

Perkataan yang keluar dari bilah bibir gadis itu seketika membuat hati Park Jimin terasa berdenyut nyeri.

"Jika semalam kau tidak menolongku, mungkin aku sudah menjadi Jalang disana."

Jimin dapat melihat air mata yang menggenang disudut mata Hyuna. Dan dalam sekali kedipan mata air mata itu turun membasahi pipinya. Gadis itu terlihat sangat hancur saat ini.

Jimin beranjak dari duduknya, lalu duduk tepat disebelah Hyuna. Mengelus lembut punggung gadis itu, berharap Hyuna dapat lebih tenang karena sentuhan lembut yang ia berikan.

"Kau tidak perlu takut sekarang. Ada aku yang selalu menjagamu." ucap Jimin begitu lembut.

Dapat Hyuna lihat tatapan tulus dari seorang Park Jimin. Ia merasa begitu bersalah pada Namja bermarga Park itu. Sikap lembut yang Jimin berikan padanya saat ini semakin membuat hatinya jatuh terlalu dalam pada Namja bermarga Park itu.

Hubungan Jimin dan Hyuna dulu berlangsung cukup lama. Keduanya berpisah bukan karena orang ketiga, ataupun sebuah pertengkaran yang biasanya dialami pasangan kekasih lainnya. Mereka berpisah karena Hyuna yang tiba-tiba meninggalkan Park Jimin tanpa alasan yang begitu jelas. Hyuna pergi tanpa pamit, menghilang bak ditelan bumi. Hingga membuat hati Namja bermarga Park itu begitu hancur pada saat itu.

"Aku akan selalu menjagamu, Kim Hyuna." Ucap Jimin.

Hingga tanpa sadar jari telunjuk Hyuna menyentuh lembut pipi Jimin. Tapi buru-buru ia menariknya kembali, lalu mengalihkan atensinya pada yang lain.

Beberapa detik setelahnya ia dapat merasakan tangan Jimin yang menggenggam lengannya. Lalu menariknya kedalam sebuah pelukan hangat yang begitu ia rindukan selama ini. Hyuna begitu merindukan Park Jimin. Begitupun Namja bermarga Park itu. Perasaan mereka berdua masih sama seperti dulu, Jimin yang masih menyayangi Hyuna, begitupun dengan Hyuna. Perasaan itu tidak pernah berubah, perasaan itu kembali ketika ia bertemu lagi dengan Park Jimin.

Jimin melepaskan pelukannya, lalu menatap Hyuna dan tersenyum manis padanya. Ini terasa seperti mimpi bagi Hyuna. Pasalnya ia begitu merindukan senyuman manis dari Namja itu. Senyuman yang dulu selalu menghiasi hari-harinya. Senyuman yang sudah lama tak dapat ia lihat secara langsung seperti saat ini.

"Aku harus pulang. Besok aku akan kembali kesini lagi." ucap Jimin sembari mengusak lembut surai Hyuna.

Bersama Hyuna waktu terasa begitu singkat, ia dapat merasakan debaran yang aneh pada hatinya saat bersama dengan gadis bermarga Kim itu. Tapi dengan segera ia menepis semua perasaan itu dari dalam hatinya. Karena saat ini ia sudah memiliki Akira.

"Terima kasih untuk semuanya, Jim." Ucap Hyuna sembaeu tersenyum begitu lembut.

Jimin mengangguk sebagai jawaban. Ia segera beranjak dari tempat duduknya dan segera berjalan keluar. Ia tidak ingin membuat Istrinya kecewa karena kembali pulang telat hari ini.




















****

Park Jimin setia kok, tapi gatau nanti ya. Godaan bisa datang kapan saja. Apalagi godaan yang berasal dari mantan. 😂😂😂😂

Jangan lupa Bintangnya. :)

Pemberi Lara PJM (END)Where stories live. Discover now