sᴘᴀᴄᴇ

384 25 8
                                    

Warning! ⚠ TYPO
.
.
.
.
.
.
.
.
Enjoy Reading
_______________________________________

"kak, tolong dengerin aku dulu—"

"dengerin apa? jelas jelas aku liat kamu nganterin dia sedangkan aku disini nungguin kamu selama dua jam!"

Tsukasa, pria itu menghela nafas mendengar ucapan Nene yang terdengar ditekan di setiap kalimat.

tangan kasarnya mengambil kedua tangan mungil Nene yang ada dihadapannya, "iya kak, aku minta maaf. aku lupa banget kalau ada janji sama kakak, serius."

alih alih mengerti akan keadaan sang kekasih, si manis malah memutar bola matanya jengah. "ini udah keberapa kalinya kamu lupain aku cuma buat cewek itu, aku capek. aku mau datengin dia buat kasih pelajaran—" kaki ramping Nene hendak berjalan meninggalkan Jeongin di parkiran sebelum tangannya di tarik kasar oleh sang dominan.

PS: disini kaki nene ga daikon ye :<

"jangan bertingkah seolah olah kakak yang tersakiti dan paling bener disini. tolong sekali ini aku mohon jangan egois!"

mendengar itu, Nene menatap nyalang Tsukasa dan menunjuk wajah sang kekasih. "kalau sikap kamu nggak kayak gini ke aku, itu juga nggak bakal berdampak buat sikapku!"

tak mau bertengkar lebih lama dan tak mendapat jalan keluar, Tsukasa melepaskan genggaman kuatnya dari tangan mungil si manis.

"terserah kamu, aku capek. jangan buat hubungan kita jadi makin rumit, kak. tolong, bersikap dewasa. demi hubungan kita."

"aku nggak buat hubungan kita ini jadi rumit, justru kamu yang—"

grep

"stop it, kak. aku kasih kakak ruang, buat renungin sikap kakak selama ini sekaligus hubungan kita kedepan, aku pulang dulu." final Tsukasa lalu menaiki motornya setelah memeluk Nene singkat.

selama di perjalanan pulang, ia berharap semoga Nebe dapat mengubah sikap egois dan kekanakannya itu.

memang selalu seperti ini, setiap bertengkar dan merasa tak mendapat jalan keluar, Tsukasa akan selalu membuat ruang untuk sang kekasih. dengan maksud agar Nene dapat mengerti dan meluruskan hubungan mereka kedepannya.

dan ya, hubungan mereka memang selalu begini. dengan Nene yang selalu menyudutkan Tsukasa dari setiap masalah, seolah olah dirinya lah pihak yang paling tersakiti.

namun Nene tak tau kan? kalau Tsukasa pun menjadi pihak yang juga tersakiti dan jengah akibat sikapnya selama ini.

"kenapa lagi lu?"

tak menjawab, Tsukasa tetap menghisap batang nikotin itu lalu menghembuskannya ke angin lalu.

Natsuhiko, teman dekat Tsukasa sejak sekolah menengah pertama tersenyum miring dan menjentikkan jarinya. "gue tau nih, pacar lu kan?" tebaknya, yang dibalas hembusan nafas kasar dari si lawan bicara.

"ya udah lah, gini. gue kenalin lu ke cewe manis yang baru baru ini deket sama gue. tapi tenang, itu bukan gebetan gue, cuma temen deket aja. gimana, deal?"

Tsukasa menatap Natsuhiko yang ada disampingnya dan berdecak, "ck, udah gila lu bangsat. ya kali gue nyelir?"

Natsuhiko tertawa remeh, "awalnya sih emang ngerasa aneh. tapi lama lama bro, lu pasti ngerasa kalau seliran lu ini lebih baik daripada pacar lu."

pria tampan bermata fire itu terdiam mendengar ucapan menggiurkan Natsuhiko, apakah bisa ia coba?

mungkinkah ini cara untuk melampiaskan kekesalannya pada sang kekasih yang terlampau egois dan kekanakan itu?

ᴏɴᴇsʜᴏᴏᴛ || ᴛsᴜᴋᴀɴᴇɴᴇ✔Where stories live. Discover now