"Aku," tunjuk Hyeyoon pada dirinya sendiri, Soobin mengangguk.

Hyeyoon tau Rowoon Soobin merupakan pasangan yang terkenal, dua-duanya calon dokter yang hebat. Apalagi Rowoon, sebentar lagi ia akan lulus dengan prediksi dokter terbaik, hanya saja kecelakaan yang dialaminya merenggut penglihatannya, dan membuatnya harus berhenti kuliah untuk sementara waktu mengambil cuti sampai matanya pulih kembali.

"Bagaimana? Jangan khawatir aku akan membayarmu dengan layak," iming-iming Soobin membuat iman Hyeyoon sedikit goyah. Bagaimanapun dirinya memang membutuhkan uang itu, jumlah uang yang ditawarkan Soobin tidak sedikit.

"Baiklah." Hyeyoon mengangguk setuju.

"Tapi ada syaratnya Hyeyoon-ah," ucap Soobin setengah menyesal.

"Apa itu?" Hyeyoon penasaran kenapa harus ada syarat segala kalau pekerjaannya hanya mencuci baju dan mengurus seorang yang buta.

"Kamu tidak boleh memakai nama aslimu dan apabila Rowoon sudah bisa melihat, kamu harus segera berhenti, ah satu lagi kamu tidak boleh jatuh cinta padanya." Soobin mengacungkan satu jarinya tanda mengingatkan.

Syarat yang gila, menurut Hyeyoon. Apa yang ditakutkan Soobin coba? apakah tunangannya tersebut seganteng dewa yunani atau setampan grup band favoritnya, sehingga ia mengajukan persyaratan tersebut. Tapi demi upah yang menggiurkan tersebut membuat Hyeyoon setuju dengan persyaratan yang baru saja diajukan Soobin.

"Baiklah, aku tidak akan pernah jatuh cinta dengan tunanganmu itu," janji Hyeyoon mengangguk

"Jangan khawatir aku tidak akan mau merepotkan diriku dengan cerita cinta sialan itu," batin gadis mungil tersebut.

"Terima kasih, mau menuruti syaratku, Hyeyoon-ah. Besok aku akan mengantarmu ke apartemen Rowoon, pokoknya ingatlah satu hal jangan memakai nama aslimu," ujar Soobin mengingatkan sambil berlalu dari hadapan Hyeyoon.

"Iya.. iya." Hyeyoon melanjutkan aktifitasnya mencuci piring yang sempat terhenti karena wanita itu. Di asrama yang ditempatinya, para mahasiswa biasa memasak ataupun mencuci piring sendiri-sendiri.

💕💕💕

Keesokan paginya sebelum Hyeyoon berangkat kuliah, Soobin sudah bersiap menjemputnya untuk menemui tunangan yang dia maksud di apartemen pribadinya.

"Rowoon-ah.. aku membawakan seseorang yang akan membantumu," ujar Soobin halus pada laki-laki yang duduk di kursi roda, dan menghadap ke arah jendela di mana matahari sedang terbit.

Raut kekesalan muncul diwajahnya, "Kamu kira aku orang jompo yang tidak bisa mengurus diriku sendiri, Soobin-ah," teriak laki-laki itu kesal.

"Bukan begitu sayang, tapi orang ini yang akan membantumu menyiapkan segala keperluanmu."

Hyeyoon melihat dari sudut matanya, penasaran dengan wajah laki-laki yang terhalang sinar matahari tersebut.

Seperti apa rupanya? seperti apa wajahnya?

Rasa penasaran itu semakin bertambah besar saat laki-laki itu menarik kursi roda yang di dudukinya menghadap ke arah dirinya dan Soobin. Hyeyoon dapat melihat garis ketampanan wajahnya dari balik cahaya matahari, bahkan walaupun sedang duduk di kursi roda tak mengurangi kadar ketampanan laki-laki itu. Hyeyoon juga melihat tinggi badan orang yang bernama Rowoon tersebut bukan main tingginya_ melebihi tinggi badan orang lain di atas rata-rata_membuat Hyeyoon ternganga takjub, saat ini hanya satu kekurangan yang dimiliki laki-laki itu, dia buta.

"Sayang, mau tidak mau orang ini yang akan membantumu," bujuk Soobin bersikeras, "Kamu tau kan aku terlalu sibuk dengan praktek-pratek menjelang kelulusan kita, sehingga aku jarang punya waktu untukmu. Jadi aku sengaja menyewanya, ayolah sayang..kasian dia, dia butuh sekali uangnya." Soobin terus saja merengek .

"Oke.. oke.. Soobin-ah aku akan menerimanya," akhirnya laki-laki tersebut menyerah dengan bujukan yang dilontarkan Soobin.

Hyeyoon menaikkan alis matanya sedikit, ternyata dibalik sifat jutek yang ditunjukannya dia masih mau menghargai usaha tunangannya.

"Siapa nama kamu?" Tanya laki-laki itu tiba-tiba, membuat Hyeyoon bingung. Dia belum memikirkan nama sama sekali, apa yang harus dijawabnya.

"Nngg.."

Soobin mencolek bahunya, membuat Hyeyoon makin gugup. Tetapi gadis itu berusaha menutupi kegugupannya dengan menelan ludah sebanyak-banyaknya.

"Kamu tuli, siapa nama kamu?" Tanya laki-laki itu lagi, kali ini dengan nada yang berbeda, jauh lebih ketus dari pada yang pertama.

"Rowoon jangan seperti itu, kamu terlalu menakutkan untuknya, tidak bisakah kamu lebih lembut?" tutur Soobin mengingatkan.

"Huuh.." Rowoon hanya melengos tak suka.

Hyeyoon menghela nafas apakah dia akan kuat menghadapi sifat kasar laki-laki tersebut. "Danoh, Eun danoh," entah dapat dari mana nama tersebut, hanya nama itu yang terlintas dipikirannya.

"Mmm, Eun Danoh?! Mulai sekarang kamu harus menuruti perintahku," ucap laki-laki yang bernama Rowoon sambil menarik kursi rodanya menuju kamar, sekali lagi membuat Hyeyoon menelan ludah.

"Pekerjaan yang pastinya akan sangat melelahkan." Ucap Hyeyoon lirih.

💕💕💕

Hai...hai...kembali lagi nih ceritanya, kayaknya bakal yang up ini dulu dech,,berasa lebih greget yang ini soalnya tapi entahlah kalau aku bisa bakal aku up dua-duanya....🤣🤣

Tapi jangan bosan-bosannya baca, vote and komen disetiap cerita ini selesai, berharap banget ceritaku disukai😍😍✌✌

Terimakasih

Between You, Me, and HimWhere stories live. Discover now