"STOP! Ja-jangan lakukan!" Aku beranjak dan mendorongnya. Saat itu aku menyesal, karena dia tidak memakai baju.

"Kenapa?" tanyanya seraya memiringkan kepala.

"Tidak usah! Apa yang kau lakukan? Itu jorok! Kau, 'kan, lagi sakit! Kenapa malah melakukan itu, kalau kau semakin sakit bagaimana?"

"Sekarang Nuna yang sakit. Sugar sudah baik-baik saja."

"Hah?"

"Sugar mau berterima kasih karena Nuna sudah merawat Sugar saat Sugar sakit!" ucapnya riang, rona di kedua pipinya membuat perasaanku hangat.

"Nuna berbaring saja! Sugar akan mengobati luka ini, oke? Sugar selalu melakukannya kalau dalam kondisi seperti ini."

"Seperti ini?"

"Iya... habis berubah wujud dari kucing ke manusia, biasanya masih ada separuh kekuatan kucing yang tertinggal sampai empat puluh delapan jam. Jadi, Sugar akan memanfaatkannya."

"Kekuatan apa?"

"Mengobati luka dengan liur, hehe."

Aku menghela napas dan entah mengapa dua sudut bibirku tertarik, aku membiarkannya menjilati seluruh luka di lututku, lidahnya bahkan masih terasa kasar untukku.

Beberapa saat kemudian, setelah usai fokus pada lukaku, dia merangkak naik hingga wajah kami sejajar.

Aku menahan napas, takut, tapi tidak bisa mengelak. Aku seperti disihir.

Oh, Tuhan. Dalam jarak ini aku bisa merasakan hangat menguar dari kulitnya yang terekspos tanpa halangan sehelai benang pun.

"Nuna juga demam. Wajahnya merah sekali."

Aku menelan ludah.

"Nuna tadi juga menangisi Sugar, ya?"

"GR!" Aku memalingkan wajah, menghindari tatapannya yang begitu intens. "A-aku menangisi nasibku yang tidak tahu harus menggantimu dengan apa kalau kau hilang!"

"Nuna...."

"Hm?"

"Nuna pacaran sama Jinyoung Hyung?"

Aku terbelalak. "A-apa? Mana mungkin!"

"Kok dia memeluk Nuna?"

"Memangnya tidak boleh?" Aku masih tidak sanggup menatapnya.

Rasanya mau gila dikungkung lelaki tanpa busana.

Sebagai jawaban atas pertanyaanku sebelumnya dia menggeleng, lalu mendekatkan wajahnya. Ia mengjangkau kedua kelopak mataku dengan bibirnya--menanamkan kecupan kecil-- yang membuat kepalaku semakin pusing.

"Nuna tidak boleh berpelukan sama Jinyoung Hyung!"

Aku diam. Tidak mengerti apa yang barusan kudengar.

"Nuna hanya miliknya Sugar. Titik!"

"H-hei, aku masih punya adikku, Jungkook--"

"Pokoknya Nuna miliknya Sugar!" Dia langsung meletakkan telunjuknya di bibirku. "Sekarang kita tidur, karena Nuna demam!"

Sugar langsung menutupi tubuh kami dengan selimut dan memelukku erat.

"Jangan peluk!" ujarku.

"Kenapa? Nuna kedinginan, 'kan? Sugar peluk biar hangat."

Tentu saja aku tidak akan menolak kalau keadaannya tidak seperti sekarang.

"Lepaskan, Sugar. Setidaknya pakailah baju," kataku.

"Kemarin Sugar tidak pakai baju juga, tapi Nuna memeluk Sugar?"

Aku merotasikan mata. "Yaa, kau dalam wujud kucingmu. Tidak pakai baju tentu tidak masalah. Dasar bodoh."

"Sama saja." Dia malah semakin mengeratkan pelukan dan aku menghindar--mendorongnya agar menjauh. "Sugar suka memeluk Nuna. Sugar sayang Nuna! Tubuh Sugar hangat, lho!"

Aku mendorongnya kuat dan berhasil. "Jangan harap aku mau dipeluk selagi kau masih telanjang!" kataku sembari memunggunginya, kututup telingaku dengan guling.

"Nuna marah lagi, ya?"

"Tidak. Kau tidurlah!"

"Yah, padahal ingin berpelukan...."

"Tidur, Sugar...."

Dia menghela napas dan mulai tidak melakukan pergerakan apa pun.

"Nuna.... Nuna sudah tidur?"

Aku berdeham menyahutnya.

"Nuna, adik Sugar kenapa bangun, ya, malam-malam begini?"

[]

K e n a p a ?

Seperti biasa. Slow update ya. Thankyou 💜

CATNIPWhere stories live. Discover now