Sialan. Darah di lututku lumayan banyak.
Kucing calico itu terus mengekoriku.
"Kenapa kau ikut denganku? Aku bahkan tidak becus mengasuh kucing...."
Kucing itu tetap mengikutiku sampai persimpangan.
"Hei, kalau kau bertemu dengan Sugar tolong beritahu dia kalau aku mencarinya. Bulunya berwarna hitam, telinganya seperti terlipat dan dia sangat besar," ucapku dan kucing itu mengeong, lalu berbelok.
Aku tentu terus melanjutkan langkah menuju rumah. Merasa jauh lebih baik walau sekadar berbicara dengan kucing liar.
"Meow." Aku mengabaikannya, karena sebentar lagi akan sampai ke rumah. Kucing calico itu sepertinya masih mengekoriku.
"Meow." Aku nyaris tersandung dan ingin menggerutu. Namun, sedetik kemudian bibirku mengatup, karena yang kutemukan adalah seekor Scotishfold hitam menghadang jalanku.
Sugar.
Seperti anak kecil, aku tersedu dan langsung memeluknya--membawanya masuk ke rumah.
***
"Kau ini ke mana saja?" Aku masih sesengukan saat mengelap badan Sugar yang kotor. "Aku khawatir tahu!"
Sugar hanya menatapku, tidak bersuara sama sekali.
"Aku ini miskin, tahu! Apa kata tuan aslimu kalau kau hilang? Aku mau menggantinya dengan apa? Apa aku harus menjual perabotan untuk mengganti rugi?"
Kuraih wajahnya dan kutatap lekat. "Dengar, Sugar tidak boleh pergi lagi, mengerti?"
"Meow...."
Tangisanku pecah lagi. Aku benar-benar menjadi sangat sensitif.
"K-kau... kapan berubah menjadi manusia lagi?"
Dia diam.
"Kenapa kau berubah menjadi kucing? Apa aku berbuat salah?".
Sugar mengeong lagi, tapi kali ini dia mencondongkan wajahnya ke arahku dan mengusap sisi wajahnya di daguku.
"Sekarang kau tidak boleh ke mana-mana, mengerti?" Aku menggendongnya masuk ke kamar. Hari sudah larut dan tubuhku penat sekali. Rasa nyeri di lututku terkalahkan dengan kelelahan yang menjadi. Aku hanya sempat menyiramnya dengan air bersih tadi.
Maka, aku dan Sugar tidur. Kali ini aku benar-benar menjaganya dan membiarkannya tidur di sampingku, mendengkur seperti biasanya.
Dengkurannya seperti nyanyian pengantar tidur.
Hingga dini hari, dengkuran itu tidak lagi terdengar olehku yang terjaga. Kepalaku pengar dan tubuhku menggigil, sepertinya aku akan demam. Tenggorokkanku sakit, dan....
Kamar ini terasa aneh.
Semua semakin aneh saat aku melihat bayangan seseorang tengah bersujud di dekat kakiku, di tengah kegelapan ruang.
Bulu kudukku berdiri.
Tanganku gemetar meraih tombol lampu meja bersamaan dengan deru napas dan sesuatu yang basah menyentuh lututku.
"Nuna?"
Tanganku terkulai di sisi ranjang. "Sugar?"
Dia tersenyum padaku. Telinga dan ekor kucingnya bergerak lucu.
"A-apa yang kau lakukan?" tanyaku, menyadari posisinya masih bersujud di atas kakiku yang berselonjor.
"Sugar mengobati Nuna. Lihat...." Dia membungkuk dan mengecup kedua lututku yang luka, kemudian menjilatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CATNIP
FanfictionRate M [ ON GOING ] Tentang aku dan seorang laki-laki asing yang kutemukan tidur di atas ranjangku ketika aku baru saja pulang ke rumah. Siapakah lelaki itu? Apakah dia seorang maniak atau byuntae yang akan merugikanku di kemudian hari? AU! Fantasy...
8. Pulang
Mulai dari awal
