"Jinyoung...."

Pria itu menoleh padaku. "Ya?"

Sekarang aku bahkan tak mampu menatap mata temanku itu. "Kapan Sugar akan diambil lagi oleh tuannya?"

Jinyoung mendekat padaku. "Entahlah... mungkin dua-tiga bulan lagi."

Dua atau tiga bulan lagi. Apakah itu waktu yang lama?

"Sudahlah...." Jinyoung mengusap kepalaku dan menatapku hangat, senyuman di bibirnya terasa begitu menenangkan. "Dia pasti akan sembuh, tadi sudah disuntik oleh dokter. Kau beri saja obat padanya dengan teratur."

Aku mengangguk dan Jinyoung terkekeh. Mungkin baru pertama kali ia melihatku begitu panik dan ketakutan untuk hal semacam ini.

"Dia pasti sangat lucu, 'kan?" ujar Jinyoung seraya membungkukkan tubuhnya sedikit untuk bertatapan langsung denganku yang lebih pendek darinya.

Aku tersenyum kecil. "Dia sangat lucu."

Tatapan Jinyoung menghangat, tangannya menyentuh pipiku. "Kau suka?"

Aku diam beberapa detik, kemudian mengangguk ragu.

"Kau mau yang seperti itu?"

"Ti-tidak juga, sih... hanya...."

"Nanti akan kubelikan. Setelah Sugar kembali ke tuan aslinya." Aku terbelalak dan Jinyoung memangkas jaraknya, menarik tubuhku untuk dipeluk.

Aku membatu di tempatku. Tidak biasanya dia seperti ini.

"Oh, dia sudah bangun!" Jinyoung melepaskan pelukannya dan aku pun langsung menuju ke fokus yang sama dengan pria itu.

Sugar yang semula tertidur di kursi, kini sudah bangun.

Dia menatap kami.

"Sepertinya dia sudah lebih baik," kata Jinyoung sembari menyentuh kepalaku. "Aku pamit pulang dulu, ya?"

Aku mengangguk dan membiarkan Jinyoung pergi.

Sementara Sugar masih tak melepas pandangannya dariku.

***

Aku nyaris menyerah sebelum berusaha saat melihat video tentang cara memberi obat pada kucing di internet. Rata-rata di semua video yang kutonton kucing-kucing itu berontak dan menolak diobati. Berkali-kali aku memberanikan diri, tapi tanganku terasa berat untuk menyentuh Sugar sementara kucing itu terus memandangiku seolah-olah aku makhluk aneh.

Pada akhirnya, aku mencoba nekat dan menyentuhnya kemudian mengambil obat, lalu mencekokinya. Aku beruntung, setidaknya Sugar tidak mencakarku, melainkan langsung turun dan menyudut. Aku tidak mau mengganggunya, membiarkannya tertidur di sana adalah opsi terbaik.

Dua hari berlalu, dan aku masih terus memberinya obat. Pesan dari dokter yang disampaikan oleh Jinyoung padaku adalah, Sugar harus menghabiskan obatnya. Aku mematuhi itu, terus telaten meski di hari kedua ini suasana rumah begitu sepi. Sesekali aku mengajaknya bicara, tapi Sugar hanya diam dan menatapku sebentar sebelum kembali memejamkan mata lalu terlelap lagi.

"Apa kau benar-benar marah padaku?" Aku bersimpuh di depan sofa, merebahkan kepalaku di samping tubuh Sugar. "Kau benar-benar akan selamanya berwujud kucing sampai tuan aslimu menjemput?"

Sugar hanya mengeliat kecil, menghiraukanku.

Setelah beberapa saat memandanginya seperti orang bodoh, aku pun beranjak. Pandanganku mengedar ke segala penjuru ruangan. Dua hari ini aku sangat malas berbenah, sehingga barang-barang yang dua hari lalu tergeletak di beberapa sudut masih teronggok di sana.

CATNIPOù les histoires vivent. Découvrez maintenant