"A-aku tidak tahu."

"Benar-benar sudah diberi makan?"

"Sudah, Jinyoung!" sahutku frustrasi.

"Badannya panas sekali, lho!"

"A-apa?"

"Dia demam!"

Aku melongo. Baru kali ini tahu kalau hewan bernama kucing bisa demam. Namun, setelah mengingat kembali apa yang terjadi sebelum Sugar kembali ke bentuk kucing, aku merasa ada yang mengganjal.

Sugar tetap makan dan tidur dengan baik, lantas mengapa sekarang ia justru jatuh demam?

"Sugar demam?" Aku membeo dengan suara kecil, tapi Jinyoung mampu mendengarnya. Kening Jinyoung berkerut.

"Sugar?"

"I-iya, namanya Sugar. Masa kau tidak tahu?"

Jinyoung menggaruk kepalanya dan aku merasa aneh.

"Oh, namanya Sugar, ya? Sungguh aku tidak diberitahu oleh orang yang memberikan kucing ini padaku."

Aku hanya diam dan mencoba meyakini ucapannya, memandangi pria yang ada di depanku mengecek kondisi Sugar.

"Kita harus bawa ke vet!" Jinyoung menggendong Sugar dan mencari pet cargo untuk membawa kucing itu.

Aku yang panik segera mengambil tas dan bergegas ikut dengan Jinyoung. Kami menuju vet.

***

"Apakah baru pertama kali dia seperti ini?" tanya Jinyoung saat kami pulang dari vet. Sekarang Jinyoung sudah tahu nama kucing itu Sugar.

Tatapan curiga Jinyoung membuatku menunduk dalam. Kedua telunjukku bertaut satu sama lain. Apakah aku harus mengatakan yang sebenarnya? Apakah Jinyoung akan memercayaiku?

"Jinyoung, sebenarnya...."

"Sugar harus minum obat ini tiga kali sehari. Kau sudah paham, 'kan, cara memberikannya bagaimana?"

Sepertinya suaraku terlalu kecil sehingga Jinyoung tidak mendengarku.

Sebagai jawaban pertanyaannya, aku mengangguk kaku. Semua fakta yang hendak aku ucapkan tidak dapat kulontarkan. Jinyoung pasti tidak percaya.

"Dia belum bangun juga?" tanyaku, tadi saat di vet aku memang tidak ikut masuk ke ruangan dokter karena takut ditanyai. Seingatku memang saat dibawa ke vet, sampai kami tiba Sugar tidak juga bangun.

Jinyoung menggeleng. "Kata dokter dia dehidrasi. Apa yang dia lakukan di rumah ini?"

"Dia hanya bermain," ujarku.

"Kenapa bisa, ya?" Jinyoung berkacak pinggang menatap bingung pada Sugar yang napasnya masih tampak teratur. Mata kucing itu masih terpejam erat.

"Cheonsa, kumohon rawatlah dengan baik. Akhir bulan ini aku akan menrasfer gajimu."

Aku menunduk. "Iya... maaf."

"Pemiliknya akan datang lagi mengambilnya. Kau tidak mau, 'kan, disalahkan kalau terjadi sesuatu padanya? Kau juga akan kena getahnya nanti."

Ucapan Jinyoung membuatku tersadar bahwa Sugar tidak selamanya bersamaku. Rasa bersalahku semakin besar. Seharusnya aku tidak boleh terlalu kasar. Seharusnya aku sadar bahwa Sugar milik orang lain dan memperlakukannya sedikit lebih baik.

Entah mengapa aku jadi sedih.

"Kalau ada sesuatu, hubungi aku, ya?" ucap Jinyoung sebelum memutar tumit.

CATNIPWhere stories live. Discover now