Ternyata dari atas gedung kosanku, ada pemandangan seperti ini. Keiindahan malam di ibu kota nampak cantik dari atas sini. Gemerlap lampu lampu menambah kesan indah dari ketinggian, lalu lintas yang padat juga nampak jelas disini. Belum lagi gelapnya langit yang ditaburi kemerlap bintang, menambah kesan menakjubkan di tempat ini.

"Jakarta indah kalau malam, kenapa kalau siang kerasa sumpek ya?"
Gumamku.

"Kok bapak gak pernah bilang ada tempat sebagus ini sih?" Kesalku, sejak aku tinggal di sini dia memang pelit berbagi informasi.

Selain itu, ke dekatan kami ini sebenarnya membingungkan. Bukan saja tidak ada kejelasan, dia juga kadang suka seenakna mengklaim diriku miliknya. Kan gak adil, kalau aku baper gimana. Tanggung jawab loh?

"Jadi kekasih saya, Aruna."

A-apa? Apa katanya barusan?
Itu bukan sebuah pertanyaan, tetapi pernyataan. Dia mengajakku pacaran, tepapi begini caranya?

Wah, tidak ada romantis romantisnya sekali!

"Maaf pak, saya gak dengar." Dalihku acuh.

"Saya butuh kamu, di hidup saya."

Butuh? Sebuah kebutuhan macam apa maksudnya. Semacam simbiosis mutualisme maksudnya, keadaan dimana saling mengutungkan kedua belah pihak. Atau hanya sekedar butuh agar terikat dalam hubungan toxic relationship? Atau, kebutuhan lainya. Aku tidak mengerti dengan kebutuhan yang dia maksud di sini. Ucapanya terasa ambigu untukku.

"Kenapa bapak mau pacaran sama saya?" Tanyaku serius.

Aku baru dua bulan menyandang status Jomblo di tinggal nikah. Aku masih trauma, jujur. Sebuah pengkhianatan membuatku sedikit paranoid untuk merajut kasih kembali. Aku takut tersakiti lagi, wajar. Aku parno dikhianati, manusiawi bukan? Karena sebuah penghianatan itu menyakitiku begitu dalam.

Walaupun ya, aku selalu menyembunyikan kesakitanku dengan apik.

Orang bilang, obat patah hati adalah orang yang patah hati pula. Karena mereka mengerti apa yang kita rasakan, juga apa yang kita takutkan. Bersanding dengan orang yang memiliki luka yang sama, dijamin akan membuat kita saling mengerti. Karena sama sama pernah tersakiti karena di khianati hingga patah hati.

Apakah itu juga berlaku untuku?
Ntahlah, akupun masih bingung.

"Saya butuh kamu, untuk melengkapi hidup saya."

Sebenarnya aku bingung, setiap kali dia berkata butuh aku. Tapi dari sikapnya, seakan akan dia tidak pernah butuh aku dihidupnya. He is introvert.

Dia pendiam, jarang bicara dan pelit berbagi tentang sesuatu yang menyangkut dirinya. Jadi, bagaimana aku bisa masuk kekehidupanya, jika dia saja tidak membuka sepenuh hati jalan itu untukku.

Setidaknya, di dalam sebuah hubungan itu sarus saling percaya dan terbuka, agar kita dapat meminimalisir hal hal yang tidak diinginkan terjadi dikemudian hari. Bukan seperti dia yang masih sulit terbuka kepadaku.

"Saya ingin kamu di sisi saya, agar saya bisa melawan sakit di hati saya."

Aku tahu, ibunya kala itu juga pernah bilang jika dia sakit. Tapi sakit apa?
Aku tidak tahu, jadi bagaimana aku mau membantunya.

"Trust me, Aruna."

Bibirku kelu, aku ingin menolak. Tetapi dilain sisi, diriku memberontak untuk menerimanya. Memberi kesempatan tuk mengenal dia lebih jauh. Setidaknya, kita bisa saling mengenal terlebih dahulu bukan?

"Hm, gimana kalau kita jalani dulu pak. Kita saling mengenal dulu, baru bapak pertimbangkan jika benar bapak mau menjalin hubungan dengan saya."

"Istilah kerennya, kita PDKT--an dulu pak?"

My Mysterious Dosgan : Dosen Ganteng (Lengkap)Where stories live. Discover now