Pikirannya kini entah kemana, setelah melihat pria dia hadapannya dengan kekasih barunya itu. Cemburu? Mungkin.
"Ayo duduk dan memesan makanan." Ucap Jin Young yang menyadari raut wajah sekertarisnya itu berubah. Jin Young yang tadinya duduk di hadapan Ji Eun langsung pindah kesebelah wanita itu.
Sembari menunggu makanan mereka datang, mereka berbincang mengenai apa saja. Tidak. Hanya mereka bertiga, Ji Eun tidak ikut dalam perbincangan itu, dia fokus pada gadis yang ada di sebelah Jungwoo. Gadis cantik asli Sidney berambut coklat dengan senyum manis dan tinggi. Melebihi dirinya maksudnya. Oh iya tak lupa dengan cara berpakaiannya yang sangat feminim dan cara berbicaranya yang sangat sopan, berbanding terbalik dengan dirinya yang kadang tidak bisa mengontrol apa yang keluar dari mulutnya.
Pantas Jungwoo tertarik dengan gadis itu. Batin Ji Eun.
Tak lama pasanan mereka datang, mereka menikmati makanan itu sambil sesekali berbincang. Tapi seakan tak tertarik Ji Eun asik dengan dunianya sendiri memandang keluar jendela resto itu dan melihat mobil lalu lalang di jalan yang sedang ramai itu.
"Woy!" Ucap Jungwoo sambil menjentikan jarinya di depan muka gadis bersurai legam itu.
"Ish apaan si lo." Ucap Ji Eun sambil menepis tangan Jungwoo.
"Bengong aja lo, kesambet baru tau rasa." Sarkas Jungwoo. Ji Eun mencibir tanpa suara. "Oh iya, gimana kinerja di cewe cerewet ini?" Tanya Jungwoo pada bosnya sambil melirik gadis di hadapannya ini.
"Kinerja gue bag.."
"Gue ngomong ama bos lo. Diem!" Ucap Jungwoo sambil membekap mulut gadis itu. "Anjir sakit." Keluh Jungwoo ketika Ji Eun menggigit tangannya.
"Ya lagian mulut gue lu bekep, kalo gue keselek gimana?!" Sungut Ji Eun. Jin Young dan Samantha tertawa melihat kelakuan keduanya.
"Kalian berdua lucu ya. Kalian emang kaya gini tiap kali ketemu?" Tanya Samantha. Jungwoo mengangguk.
Ji Eun menatap horor sahabatnya itu sambil memainkan garpu yang dia pegang seolah siap menusuk laki-laki itu kapan saja jika dia berbicara yang tidak-tidak. Jungwoo memeletkan lidahnya.
~~~
Hari keduanya di Sidney, Ji Eun di ajak bosnya melihat lahan yang dijadikan cabang dari perusahaannya. Selama seharian ini Ji Eun mengenakan heelsnya dan bisa kalian tebak kakinya serasa mau copot, dan ia rasa tumit dan kelingkingnya lecet karena sejak tadi terasa perih.
Mengambil kesempatan duduk saat bosnya berbincang dengan mandor yang ada di sana -Oh iya Mr. Robbie segera melakukan pembangunan setelah tanda tangan kontrak dengan Jin Young- Ji Eun melepas sepatunya untuk melihat kedua kakinya.
Meringis kesakitan melihat kedua kelingkingnya berdarah Ji Eun mencoba mencari plester di dalam tasnya, namun tak kunjung menemukannya.
"Baiklah, kalau begitu saya akan kembali lusa untuk melihat bahan materialnya." Ucap Jin Young pada mandor paruh baya itu.
Ji Eun menyadari bosnya telah selesai berbincang langsung mengenakan sepatunya dan berdiri sambil menahan sakit. Tersenyum ramah ke arah bosnya dan berjalan membuntuti laki-laki dengan surai legam seperti dirinya.
Menahan rasa sakit sambil mengikuti bosnya yang kakinya panjang itu membuatnya berhenti berkali-kali untuk mengurangi rasa sakitnya. Lokasi yang berbatu membuat penderitaan Ji Eun bertambah, berjalan memilih jalan yang tidak berbatu membuatnya kesulitan.
Tak tahan dengan rasa sakitnya Ji Eun akhirnya mencopot sepatunya dan menenteng sepatu itu. Cukup tersiksa karena kakinya luka-luka. Setelah membuka sepatunya Ji Eun berlari kecil menyusul bosnya yang sudah berada jauh di depan karena langkah pria itu yang sangat lebar.
"Nona Cha..." Jin Young berbalik dan melihat sekertarisnya itu menenteng kedua sepatunya dan berlari kecil mengejarnya. "Kenapa dengan kakimu?" Tanya Jin Young.
"Ah... Maaf pak, kaki saya lecet jadi saya copot sepatu saya. Umm sehabis dari sini bisakah kita mempir ke toserba untuk membeli sandal?" Ucap Ji Eun. Jin Young tersenyum simpul.
"Baiklah ayo kita pergi sekarang?" Ucap laki-laki itu.
Jin Young melihat sekertarisnya itu berkali-kali merintih kesakitan. Laki-laki itu menepikan mobilnya di depan toserba begitu mereka sampai. Jin Young langsung berlari keluar mobil dan memutari mobilnya.
Ji Eun bersiap keluar namun ditahan oleh Jin Young. Laki-laki itu menyuruh Ji En duduk saja di mobil, dia yang akan membelikan sandal untuk gadis berlesung pipi itu. Setelah berdebat dengan bosnya karena merasa tidak enak, gadis itu akhirnya memilih duduk di mobil sambil menunggu bosnya kembali.
Tak lama pintu toserba itu terbuka, menampilkan Jin Young berlari kecil dari sana. Ji Eun segera membuka pintunya dan bersiap keluar.
"Udah gak usah keluar, duduk di situ aja." Perintah Jin Young. Ji Eun menatap bosnya itu. "Keluarkan saja kakimu." Tambahnya.
Ji Eun menuruti perintah bosnya, namun karena perempuan itu memiliki postur tubuh yang kecil, membuat kakinya tidak sampai ke tanah. Jin Young tersenyum melihat perempuan itu kesulitan.
Laki-laki itu melepaskan jasnya dan meletakannya di paha gadis itu, karena Ji Eun mengenakan rok pendek -takut di tuduh mengambil kesempatan- setelahnya dia berjongkok di hadapan gadis itu. Ji Eun terkejut dan berusaha menolak bantuan bosnya itu. Namun Jin Young tetap saja memaksa.
Jin Young melihat kaki gadis itu yang merah dan berdarah. Mengoleskan obat merah dan menutupnya dengan plester. Ji Eun memperhatikan laki-laki itu dengan telaten sambil sesekali meringis menahan perih.
"Besok kamu gak usah pake heels lagi, pake flat shoes aja." Ucap Jin Young setelah memasangkan sandal pada kedua kaki gadis di hadapannya.
"Oh? I-iya pak, besok saya pake flat shoes." Jawab Ji Eun. "Terima kasih atas bantuannya pak." Tambahnya.
Jin Young berdiri di hadapan Ji Eun dan tersenyum. "Kalo kita lagi di luar kantor. Gak usah panggil saya bapak, panggil aja Jin Young. Bisa?" Ucap laki-laki tampan itu.
"Tapi pak.."
"Udah panggil Jin Young. Okeh?" Potong Jin Young.
"B-baiklah, pak.. maksud saya Jin Young." Ucap Ji Eun. Jin Young mengusap rambut gadis itu dan tersenyum.
Jantung perempuan bermarga Cha itu tidak karuan. Memikirkan betapa manisnya perlakuan manusia bernama Park Jin Young yang kini duduk di sebelahnya. Baru kali ini dia mendapat perlakuan manis seperti ini, memang Jungwoo sering bersikap manis padanya, namun mereka lebih sering beradu argumen ketika bertemu ketimbang bermanja-manja.
•••
YOU ARE READING
Where Do Broken Heart Go (Kim Jungwoo)
Fanfiction"But nothing ever stays the same" -Cha Ji Eun
Part 5
Start from the beginning
