Makanan datang. Mark berdiri dan mengambil pesanan ke luar bilik Alena. Selanjutnya kembali dengan membawa pesanan mereka.

"Paket!" Seru Mark, berlagak seperti pengantar paket yang biasa datang mengantar barang Alena yang dipesan di situs belanja online. Keduanya tertawa. Dan karena suasana yang sedang baik itu akhirnya Alena mau makan, dengan disuapi oleh Mark. Sejenak ia lupa betapa banyak pekerjaan yang harus ia tanggung menyangkut dengan ospek fakultas ini. Untuk kali ini Mark menang, mengalahkan seluruh beban pikiran Alena dan menjadikan otaknya cuma penuh dengan dirinya saja. Alena tersenyum senang, makan dengan lahap karena suapan penuh cinta kasih dari Mark.

Usai makan Mark menyempatkan untuk mencuci peralatan makan di dapur, termasuk yang Alena tinggalkan sejak kemarin di mana rencananya usai gladi hari ini akan ia cuci. Biasanya Mark akan kesal apabila Alena berantakan seperti itu, tapi karena kesayangannya itu sedang sakit maka ia tak banyak mengomel. Tapi sejak tadi jujur saja pikirannya masih melayang-layang ke Jaemin dan seputar itu. Keberadaan Alena selama liburan ini lebih banyak di kepanitiaan itu daripada di apartemennya sendiri. Apa yang coba Mark harapkan dari kesibukan kekasihnya itu? Pulang saja bila sempat, bagaimana ia bisa berharap Alena akan luangkan waktu untuknya?

Mark memang seorang pemilih bila berurusan dengan lawan jenis, dan Alena adalah pilihannya kini. Setelah sekian kali ia mengalami ketidakcocokan, kali ini entah mengapa semuanya berbeda. Mark tak yakin sebenarnya apakah ia cukup cocok dengan Alena, tapi waktu yang mereka habiskan bersama sejak pertama kali mengikat janji adalah yang terlama dari semua perempuan yang pernah dengan Mark. Secara kuantitas pasti, tapi Mark tak yakin soal kualitas, terutama di masa-masa sibuk Alena seperti saat ini.

"Alena?"

"Hm?"

"Jaem-"

"Ah, kemarin anak-anak balistik nitip gitar ke aku. Biasanya kamu suka main gitar, kan, Mark? Mau main?"

Mata Mark berbinar, ia segera menuju ke tempat gitar yang Alena maksud diletakkan. Mark senang sekali bermain alat musik, dan salah satunya adalah gitar. Ia bisa terjaga semalaman untuk memetik senar-senar itu dan menghibur siapapun tetangga bilik apartemennya. Lelaki manis itu kini duduk di tepi ranjang Alena, menyilangkan kaki dan memangku gitarnya di sana. Satu persatu senar mulai dipetik, dan baik dirinya maupun Alena sama-sama hanyut dalam melodi. Alena tersenyum kecil, entah karena menikmati permainan Mark atau menikmati cara Mark bermain. Gadis mana yang tak jatuh hati dengan sosok Mark, yang begitu pandai secara akademik serta memiliki hati yang penuh kebaikan serta ketulusan? Mark memang berbeda. Ia seolah punya sihir untuk membuat Alena jatuh cinta lagi dan lagi.

...don't forget our promise, don't forget our secrets.

Don't forget how my heart raced when you looked at me...

Dalam momen sakral itu tiba-tiba ponsel Alena berdering, yang nama peneleponnya membuatnya jengkel karena sudah mengganggu waktu indahnya bersama Mark.

"Gimana-"

"Ah, adik sepupuku~ Uang sakunya nanti aja ya? Kakak lagi nggak enak badan, nih!"

Sambungan ia putuskan sepihak, mengundang tanda tanya dari Mark. Tapi ia tak peduli, lantas meminta Mark memainkan satu lagu lagi.

Mark tersenyum.

"Anything for you, Princess."

***

Jaemin Maho (6)

Group Chat

Jun Dikma

Pos ketan?

Ecan Balistik

Gada capeknya ya

In BetweenWhere stories live. Discover now