• the interview •

Start from the beginning
                                    

"Mereka tidak tahu saja kalau aku sebenarnya sudah memilikimu. Iya kan, sayang?"


"Kau tahu? Belakangan ini aku tidak bisa tidur. Makanku juga sedikit. Dan kau tahu? Prof Park suka sekali memarahiku karena aku ketahuan selalu melamun ketika sedang melakukan operasi, hahaha. Dia itu benar-benar pria tua yang sangat bawel."



Donghyuck masih saja terus mengoceh, menceritakan kegiatan yang ia lakukan hari ini. Walaupun ia tahu, tidak akan ada yang meresponnya kecuali kesunyian.


Setelah hampir lima belas menit ia mengoceh tanpa ada jawaban, ia menghela napasnya dengan kasar. Sarat akan kekecewaan. Dia menyerah. Ia sudah tidak tahan lagi.


Setetes demi setetes air mata tumpah dari kedua pelupuk matanya. Air matanya mengucur semakin deras. Bahunya bergetar hebat. Dadanya terasa sesak.


Buket bunga Lily yang dipegangnya ia remat erat, hingga tak terbentuk.


Ia berjanji tidak akan menangis di hadapan orang yang paling dicintainya itu.


Tetapi, apa daya? Ego dan hatinya menang lagi kali ini. Ia benar-benar tidak bisa menahannya, lagi. Untuk kesekian kalinya.




"Maafkan aku, aku menangis lagi kali ini. Padahal aku sudah berjanji untuk tidak menangis lagi dihadapanmu."



"Maafkan aku karena menjadi selemah ini. Sebenarnya, kalau kau melihatku menangis saat ini kau pasti akan memukuliku kan? Mengataiku? Tapi, setelah itu kau akan memberikanku pelukan tererat dan terhangat di dunia."




"Maaf, kalau belakangan ini aku tidak pernah bisa tidur. Padahal kau bilang aku harus sayangi tubuhku sendiri. Padahal kau bilang begadang itu tidak baik."



"Maaf karena belakangan ini aku jadi sering melamun. Tatapanku selalu kosong. Maaf karena belakangan ini aku jadi susah makan. Padahal, kalau kau tahu pasti kau akan memukulku habis-habisan, tapi setelahnya membawakan makanan favoritku."










"Dan maaf ... karena belakangan ini, aku tidak bisa hidup bahagia."











"Aku sangat menyesal. Dan aku sangat merindukanmu, kau tahu?"

"Aku benar-benar menyesal dan minta maaf karena meninggalkanmu waktu itu."


"Tapi, aku juga sangat marah padamu! Kenapa?! Kenapa setelah kita terpisah sangat lama, kau malah menyapaku kembali dengan cara seperti itu?!"




Tangisannya semakin pecah, beradu dengan langit mendung dan hembusan angin sore yang mengisi kesunyian di depan gundukan tanah bertabur bunga itu.



Tangisannya semakin pecah, beradu dengan langit mendung dan hembusan angin sore yang mengisi kesunyian di depan gundukan tanah bertabur bunga itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
hyuckren playlist ✔️Where stories live. Discover now