:OO6

345 85 185
                                    

"Tadi itu, eum... nomor siapa?"

Keira bertanya dengan lirih dan sedikit ragu. Pasalnya Dejun adalah orang yang mudah tersinggung. Salah sedikit saja, maka akan timbul masalah baru.

"Bukan siapa-siapa." Dejun sama sekali acuh, tidak memalingkan pandangannya ke Keira.

Keira bimbang sebenarnya, begitu banyak keretakan dalam hubungan yang selama ini ia bangun bersusah payah.

Seharusnya ia percaya, namun hatinya berkata tidak untuk itu.

Emang ya, hubungan pacaran tidak bisa di ajak main-main. Bisa fatal yang ada.

"If you have a problem, you can talk to me." Keira menghela sejenak, "And i know you're hiding something from me."

Dejun bungkam, tubuhnya bereaksi dalam keheningan. Kegiatan sebelumnya terhenti setelah Keira memberikan pernyataan tersebut.

Pemuda itu kembali memutar ulang otaknya. Terlihat berpikir, tapi tidak begitu terlihat oleh siapapun keanehannya.

Should Dejun find another way?






















































































"Lo ngapain disini? mau nemenin pak somad jualan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo ngapain disini? mau nemenin pak somad jualan?"

Entahlah, Keira juga tidak mengerti kenapa Renjun bisa seperti itu. Terkadang anaknya bisa melucu, dan bisa juga menyindir orang sekitarnya dengan kalimat pedas.

Heran. Kira-kira bunda ngidam cabe kali ya makanya anaknya terlahir menjadi savage.

Sudah lah, hanya Tuhan dan bunda yang tahu mengenai putranya itu.

Keira melepas earphone yang dikenakan, kemudian memasukan benda tersebut ke dalam saku. Ia segera mengangkat kepala.

"Ya engga lah, ngadi-ngadi lo," ketus Keira.

Renjun masih setia berdiri di depan Keira, hingga menghalangi pantauan kedua mata Keira yang hilir mudik.

"Can you sit here?" gadis itu menepuk tempat di sebelahnya yang kosong. "You're blocking my view, Huang Renjun."

"Hmm, okay."

Renjun berakhir duduk pada tempat itu, sambil sesekali menikmati betapa sejuknya udara pada sore hari di taman.

Sore ini hati Renjun sangatlah damai, tidak ada masalah yang mengganjal disana. Tapi apakah Renjun boleh menyatakan sesuatu?

Tatkala Renjun hampir sedikit merasa nyaman, namun tak lama kemudian seseorang datang dalam keadaan tergesa-gesa. Orang itu menarik Keira, membuat sang gadis terlonjak karena refleks.

"You ignored my message," dari nada bicara pemuda itu, ia sangat tidak suka pacarnya kepergok berduaan dengan Renjun.

"Is there a reason to avoid?" mata Dejun memicing tajam. Keira langsung menunduk akan hal itu.

"Dejun, kamu kenapa... jadi posesif gini?"

"Aku engga suka kamu deket sama dia," Dejun menunjuk Renjun dengan semena-mena.

"Still want to bring up the past again? Cih, lo bener kenak-kanakan."

Renjun mencibir pelan, tapi tiba-tiba air muka Dejun berubah menjadi gelisah.

"I also have many ways to solve everything so that it can quickly be exposed, wanna try?"

one night, one lieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang