Cantik kan, hehe. Dikit tapi ya cantiknya. Fhoto ini diambil oleh salah satu pelanggan yang aku mintai tolong. Biasalah, untuk update dan kelancaran bisnis. Biar endorsan dari IG ku banyak.

Hari ini aku ada jadwal temu untuk revisi bab I dari skripsi yang aku ajukan. Iya, dan dosen pembimbingku tak lain dan tak bukan adalah Mr. Arafka Davial Evildiantoro yang terhormat. Heh, lagi lagi diriku harus kembali berjumpa dengan dosen yang digadang-gadang killer tingkat dewa tersebut.

Langkah kakiku menuju luar gedunģ ini terhenti. Saat nada dering dengan lagu I like me better by Lauv menggema dari dalam tas milikku. Kulirik sejenak notifikasi yang muncul, ada satu misscall dari nomer bernama kontak 'Si Evill keturunan Lucifer👿' di sana. Dengan sebuah notifikasi chat dari nomer yang sama.

Si Evill keturunan Lucifer👿
Pukul 13.00, saya tunggu di ruangan.

Heh, iya aku gak lupa. Pukul satu siang nanti aku ada jadwal temu dengan dia. Terakhir kali saat bertemu denganya, pria evill itu meminta nomer teleponku dengan dalih demi kepentingan bimbingan. Tetapi, menurutku sih, sekalian modus.

Hadehh, bodo amatlah. Yang penting skripsiku selamat dan aku bisa lulus tahun ini, Amiin.

🍰🍰🍰

Dengan segala sumpah serapah yang keluar dari bibir cantikku. Aku menjatuhkan tubuh mungilku di atas tempat tidur. Aku letih, sumpah! Seharian ini pria bermarģa Evill itu membuatku kesal sampai ke ubun-ubun. Pesanya pukul satu bertemu diruangan, tunggu tiga puluh menit selama dia rapat dengan Dekan. Tapi nyatanya, sampai jam empat sore dia tidak muncul muncul juga.
Sialan memang, membuang buang waktuku saja.

Ditambah tanggal merah yang telah melandaku, membuat èmosiku naik turun tak karuan.

"Eghh, sakit banget ini perutku."
Ujarku bergumam lirih, sebelum aku berlalu ke kamar mandi.

Selesai dengan hajatku di kamar mandi, aku memilih untuk membuang sampah terlebih dahulu. Mengingat aku belum buang sampah hari ini. Dengan langkah lunglai sambil menahan sakit, aku menyeret kakiku untuk membuang sampah kelantai dasar.

"Mbak Una, apa kabal?" Sapa seorang bocah kecil saat aku tiba di lantai dasar.

"Kabar baik, Iqbal kabarnya gimana?" Tanyaku balik sambil mencubit pipi gembul bocah bersia 5 tahun tersebut.

Putra sematawayang dari pasangan yang nge-kos di lantai satu. Lantai satu memang diperuntukan untuk pasangan yang sudah berkeluarga.

"Mbak Una mau kemana?"
Tanyanya.

"Mbak mau buang sampah kedepan."

"Owhh." Bibir mungilnya yang masih berucap cadel itu membulat saat menjawab.

Tak lama aku meladeni bocah gemes cadel yang giginya ompong tersebut. Aku memilih bergegas membawa kresek hitam besar berisi sampah ini. Sebelum aku membuangnya didepan sana.

"Buang sampah nèng?" Sapa mang Ujang--salah satu security yang jaga dikosan ini.

"Iya mang."

Selesai dengan aktivitas membuang sampah harianku, aku langsung kembali ke kamar kosku. Tepat dilorong menuju kosanku, ada seorang wanita paruh baya, usianya berkisaran 49 atau 50-an tahun. Tengah berdiri sambil menengteng beberapa paperbag dengan kebingungan.

Nyasar kali ya?

"Permisi ibu, ibu cari siapa?"
Tanyaku ramah, mungkin aku bisa membantu.

"Saya cari kamar kosnya Aruna. Kamu tahu?"

My Mysterious Dosgan : Dosen Ganteng (Lengkap)Where stories live. Discover now