"Ini dek Una, kuncinya. Temen kosnya dek Una lagi pulang kampung, jadi deķ una sendirian dulu untuk beberapa hari ini."

Aku mengangguk mengerti, setelah menerima kunci kosanku pria paruh baya bernama pak Ato itu izin pamit.

Cklekk

Bismillah, berulang kali kuucapkan bismillah kala pertama kali memasuki kosan baruku. Dan wow, mataku sampai tak mau mengedip rasanya. Jadi ini, kosan dengan tarif kurang dari satu juta setengah pengganti kosan lamaku. Ruanganya luas juga bersih, terdapat dua ranjang ukuran satu orang di sana. Dengan satu pintu yang kuyakini sebagai kamar mandi. Ada lemari baju yang cukup besar disana, dapur kecil, ada televisi juga. Ini sih lengkap sekali, sumpah tidak seperti dugaanku.

Tapi karena kemewaan dengan tarif segitu, kepalaku jadi dipenuhi oleh berbagai pertanyaan. Apa kosan ini bekas tempat pembantaian atau pembunuhan, oleh karena itu harganya murah?

Apa kosan ini banyak mahluk astralnya, sehingga punghuninya pun tidak tampak satupun.

Untuk ukuran kamar luas dengan satu kamar mandi dilengkapi oleh televisi, kipas angin juga ada terlalu murah dengan tarif segitu perbulanya. Belum lagi, keheningan yang amat kentara di kosan ini. Aku bukanlah gadis penakut, namun aku juga harus mengetahui seluk beluk tempat tinggalku untuk beberapa bulan kedepan. Ayolah, aku ini kaum rebahan yang tidak mau diganggu ketenanganya.

Selesai dengan ekspresi penuh kekagumanku, aku memilih membongkar barang bawaanku. Menyusun baju bajuku yang tak seberapa, juga beberapa barang barang kepentinganku sepertu buku buku pelajaran matkul, ñovel juga dan barang barang lainya. Kutata dengan sedemikian rupa, sebelum menjajal kamar mandi baru untuk kugunakan.

Pukul delapan malam aku baru selesai mengerjakan pekerjaanku. Selesai melaksanakan ibadah sebagai sorang muslim, aku memilih merebahkan tubuh letihku di tempat tidur baruku. Aku tidak asal menempati, kuyakini ini kasur tempat tidur miliku. Karena tempat tidur satunya aku yakin milik teman satu kos ku, mengingat ada beberapa benda di atasnya.

"Sepi amat ya?"

Aku pikir kosan ini akan lebih nyaman juga ramai. Tetapi kenyataanya seratus delapan puluh derajat terbalik.

Dari awal aku tiba hingga kini, aku tidak menemukan satu mahluk pun di sini. Sungguh, kosan ini terasa lebih sepi dari pada kuburan. Meninggalkan segala keluh kesah di otak cantikku, aku lebih memilih untuk mengistiŕahatkan tubuhku. Mungkin, keadaan esok hari akan lebih baik dari sekaran ini.

"Good night."

🏡🏡

Ketikkan jariku di atas keyboard laptop spontan berhenti. Aku yakin mendengar ada suara ketukan dari pintu kamarku. Tapi, siapa yang bertamu pagi pagi begini?

"Mungkin aku salah dengar?" Sugesti diriku, sebelum aku memilih kembali untuk mengetik.

Tok   Tok   Tok

Oh good, demi apapun itu benar pintu kosanku yang di ketuk dari luar. Masih dengan piama cute bergambar tsumsum milikku, aku berjalan dengan agak ogah untuk membuka pintu.

"Hallo, dek Una, ya? Anak kos baru 'kan?"

Aku tersenyum kecil, di depanku ada tiga orang perempuan yang datang bertandang. "Ah iya, mbak yang tinggal disini juga ya?" Tanyaku berbasa-basi.

My Mysterious Dosgan : Dosen Ganteng (Lengkap)Where stories live. Discover now