Still You Part 10

Start from the beginning
                                    

Mengerti dengan keadaan yang canggung, Yuda benar-benar tidak habis pikir Aga akan seperti ini. Dasar. Yuda menghela nafas panjang dan meraih ponsel di saku jasnya.

“AGA. Balik sekarang, Papa tunggu di ruangan Papa!” tidak menunggu jawaban dari Aga, beliau lantas menutup panggilannya dan menatap Clara dengan tatapan bersalahnya.

“Om tinggal dulu. Kalau ada apa-apa jangan sungkan bicara pada Om, ya.”

“Ba-baik, Om. Makasih banyak.”

“Selamat bekerja. Kalau Aga macam-macam aduin ke Om. Nggak usah takut.” ucap Om Yuda dengan tenang dan sepertinya raut wajahnya serius walau beliau tampak tersenyum simpul sembari mengusap puncak kepala Clara.

Sepeninggal Om Yuda, Clara langsung menghembuskan nafas panjangnya. Lega...

Tidak berapa lama saat dia akan kembali duduk di kursi kerjanya, suara pintu terbuka dan menampakkan sosok yang membuatnya kembali berdebar.

Aga masuk dengan raut wajah yang sulit ia artikan. Menatapnya kemudian, berdiri di depannya dengan pesonanya yang dingin...

Clara bisa mencium aroma musk dari tubuh Aga membuatnya nyaman. What? Nyaman?

“Jangan harap kamu bisa seenaknya di sini karena ada Papa.” ujarnya tiba-tiba dan terdengar nyaris berbisik.

Clara tidak bisa bernafas mendengar nada ancaman dari mulut Aga ini. Terlalu sulit untuk tidak terpesona walau Aga terlihat mengerikan sekalipun...

Jarak tubuh mereka yang dekat membuat Clara juga sulit berpikir sekalipun kata-kata ancaman Aga terlalu menusuk untuknya.

Clara berusaha menjaga raut wajahnya agar tidak terlihat tegang dan terluka. Ia menghembuskan nafasnya pelan seraya menjawab, “Saya tidak...tidak mengerti maksud—“

“Jangan sok bodoh ya. Kamu tidak tahu kecanggihan alat jaman sekarang.” potongnya sambil mendengus, kesal. Ia terlihat frustasi atau hanya penghilatan Clara saja yang salah.

Oh, CCTV? Jadi Aga tahu pembicarannya dengan Om Yuda karena di ruangan ini memang dilengkapi dengan CCTV. Jadi Aga melihatnya tadi saat ia berbincang dengan Om Yuda?

Ya, Tuhan... Pria ini kenapa sih? Aneh dan sadis disaat yang bersamaan?

Clara akhirnya mengangguk dengan ragu. Ia tahu posisinya kini. Siapa dia dan dia juga tahu dia bukan siapa-siapa lagi dalam keluarga Mikail. Ia juga tidak mau belas kasian dari keluarganya Aga.

Tatapan Aga masih tertuju padanya. Clara mengalihkan tatapannya karena ia tidak ingin terlalu sakit melihat sorot mata Aga yang ditujukan untuknya.

“Saya tahu. Saya memang dan hanya karyawan Bapak. Saya sadar posisi saya.” jawab Clara sembari menahan amarahnya.

Dadanya tiba-tiba terasa sesak.

Tanpa melihat reaksi wajah Aga, Clara mengambil langkah untuk kembali ke meja kerjanya. Mengabaikan pria itu yang masih mematung menatapnya tidak percaya.

Clara berusaha menahan air matanya dengan menyibukkan diri dengan kertas-kertas yang ada di depannya walau pikirannya masih tertuju pada pria yang-mungkin kini sedang memerhatikannya.

Masa bodoh.

Clara mendengar Aga menghembuskan nafasnya kasar dan sepertinya ia mengerang frustasi entah karena apa, lalu suara ponsel berdering, ponsel milik Aga.

“Papa...” suara Aga menyahut dengan nada bosan. Kemudian tidak lama, tanpa menatap Aga yang kini sepertinya sedang menuju pintu keluar, Clara sibuk memikirkan apa yang akan terjadi dengan dua orang tadi, Om Yuda dan Aga?

Still YouWhere stories live. Discover now