"maaf, tapi aku tidak bisa."

"kenapa?"

"berhentilah hyunjin, aku akan segera menikah dengan mijoo."

"aku tau!" hyunjin menggigit bibir sekeras mungkin, abai pada rasa besi yang tercecap di indra perasa. sakit di hati sungguh lebih menyayat dibandingkan apapun saat ini,

"kalau begitu lupakan wishlist itu."

"aku tidak mau chris, aku tidak mau!"

"hwang hyunjin!"

"apa?! apa?! chris mau bicara apa hah?! empat tahun! empat tahun kita berpacaran. dan secara tiba-tiba kau mengabariku di pagi buta jika kau ingin menikah dengan wanita lain? kau kejam, kau manusia terjahat yang pernah aku kenal setelah ayah dan ibu yang tega meninggalkanku terlebih dahulu!"

"hentikan omong kosongmu!"

"omong kosong? jadi semua kenangan yang sudah kita lalui itu omong kosong? ah, bodohnya aku karena terlalu berharap banyak. seharusnya aku sadar diri kan? aku hanyalah si miskin yatim piatu yang menggantungkan hidup sebagai buruh cuci piring, sementara kau adalah pangeran tampan pewaris perusahaan besar ternama. kenapa pula di hari itu aku harus membalas sapaan basa basimu? jika tau akan berlanjut sampai sejauh ini namun kandas di tengah jalan, akan lebih baik aku meminta tuhan mencabut nyawaku agar aku mati bersama ayah dan ibu dalam kecelakaan sialan enam tahun yang lalu!"

plak!

sisa desisan akibat pertemuan antar kulit menyebar nyaring, merambat disepanjang dinding berwarna kuning kusam yang sebagian sisiannya telah mengelupas. tak lama isak tangis menyusul datang dari sosok yang memegang pipi sembari menunduk dalam.

"sakit chris, kenapa k-kau menamparku?"

"aku menamparmu agar kau sadar ucapan apa yang sudah keluar dari mulutmu!"

ketika wajah rupawan hyunjin mendongak, ada rasa bersalah yang mencubit hati kecil saat chris melihat bagaimana sudut bibir dengan kulit serapuh kertas itu kini koyak mengeluarkan cairan kental sewarna mawar. chris seharusnya tau bahwa apapun yang hyunjin miliki di tubuhnya tidak akan pernah sebanding dengan kekuatannya yang terlalu mendominasi.

"memangnya aku tidak boleh putus asa? memangnya di dunia ini hanya aku yang tidak boleh putus asa?"

"tidak begitu caranya. kau harus merasionalkan pikiranmu. ingat hyunjin, kau bukan lagi bocah lima tahun yang hanya bisa bermain dan menganggap bahwa dunia adalah tempat terbaik untuk menghabiskan masa muda."

"lantas aku harus apa? aku tidak lagi punya alasan untuk hidup. chris adalah satu-satunya yang aku miliki, dan sekarang chris juga akan pergi. bagaimana aku bisa menapaki dunia ketika semua orang pergi meninggalkanku?!"

"pergilah hyunjin, pergi keluar, cari pria yang jauh lebih baik dariku, yang jauh lebih hebat, dan jauh lebih bertanggungjawab."

sepasang jelaga itu menatap nyalang diantara silaunya pantulan cahaya lampu langit-langit ruangan. kedua tangan mengepal erat bak siap meluluhlantahkan apapun yang coba menghalangi di bagian depan. namun tenaga yang hanya tersisa seperempat karena tidak lagi diisi ulang dengan baik oleh si empunya tubuh membuatnya hanya bisa menggertakkan gigi sebagai lambang penyalur emosi.

"jadi kemana kata-kata 'tanggungjawab' yang pernah kau elu-lukan malam itu? setelah aku menyerahkan satu-satunya hal berharga yang aku miliki, kau melupakannya dengan seenak hatimu. harga diriku chris, kau mengambil harga diriku! kau bilang kau akan membawaku ke altar setelah kita bercinta malam itu. tapi, t-tapiㅡ"

kalimatnya tersendat-sendat, hyunjin mulai menangis lagi, kali ini terisak semakin kencang hingga tubuhnya merosot jatuh ke permukaan dingin dibawahnya, "ㅡkau justru m-membawa wanita lain untuk dinikahi."

pyxis | hyunjin softie collectionWhere stories live. Discover now