'Chat' Tawaran Ta'aruf

206 16 0
                                    

Seperti biasanya, terbangun dan meraih ponsel melihat jam menunjukkan pukul 03.00 Wita dini hari, yah selang 3 menit alarm yang tersetel 02.57 Wita berhasil membuat terbangun.

"Alhamdulillah" decap Anna sembali menyunggingkan senyumannya.

ia kemudian bangun dan beranjak mengambil air wudhu kemudian melaksanakan sholat tahajjud. Rakaat demi rakaat sholatnya lalu berujung pada munajat pada-Nya.

lirih suara itu mulai getir, menyebut asma Allah, memuji kebesaran Rabb nya, mengucap syukur atas nikmat yang ia rasakan hingga saat ini.

Yaa Rabbi.. Aku hadir dan menjumpaimu lagi, dengan segala kerendahan hatiku mengharapkan rahmat dan hidayah dari-Mu. Engkau yang maha pengasih dan maha penyayang, yaa Allah berikan kasih dan sayangmu kepadaku, tambahklah rasa cinta di hatiku untuk-Mu, buatlah aku jatuh cinta pada kalam-Mu, tambahkan pula rasa syukurku atas nikmat yang telah engkau berikan kepadaku.

Lirih bait-bait doa ia ucapkan.

"Yaa Rabbi, Aku memohon petunjukmu seungguh engkau maha mengetahui sementara aku tak berdaya apa-apa. Engkau yang mengetahui bagaimana kesudahan atas apa yang kuawali, engkau yang mengetahui mana yang terbaik untuk dunia dan akhiratku."

"Yaa Rabbi, sedang ada seorang lelaki yang ditawarkan kepadaku, katanya ia pemuda yang sholeh, berilmu dan sangat baik. Namun, Aku masih ragu. Haruskah kuterima tawaran itu, atau menolaknya. Berikan aku petunjukmu yaa Rabb."

Rasa hangat dalam do'anya membuat hati luruh dan mengalirkan air mata. Betapa tidak, Anna Al Latifatunnisa memang sedang menanti seorang jodoh, sudah beberapa kali ta'aruf dengan beberapa ikhwan tapi belum saja ada yang cocok.

Kini, hadir lagi tawaran itu. Semula ingin ia tolak, namun dengan gambaran bahwa pemuda itu sholih, baik Akhlaknya, dan juga memiliki keilmuan yang baik, sedikit menggerakkan hatinya sehingga membuatnya mempertimbangkan kembali tawaran itu.

Setelah merasa cukup, Anna Al Latifatunnisa mengusaikan munajatnya, menyeka sisa-sisa air mata yang masih sembab di matanya, melanjutkannya dengan beberapa kali sholawat, kemudian beristigfar lagi.

Ia mulai meraih kembali ponselnya, jam menunjukkan pukul 03.40 Wita. Ia kembali mengambil mushaf kesayangannya, membaca berulang-ulang ayat yang ingin ia setorkan beberapa menit via WA.

Setelah menyetorkan hafalan, Anna Allatifatunnisa membuka Chat WA. Ada beberapa pesan yang masuk di WhatsAppnya. 
Seorang teman yang semula menawari Anna ta'aruf dengan temannya.

"Dek, Gimana tawaran kemarin? Udah dipikirkan belum?" Bahasa santun dibalik layar ponsel itu.

"Kak, aku kayaknya ngk pantas deh, jauh dariku kak." balas Anna.

"Dek, menurut kakak, ade coba dulu mungkin kali ini jodoh dek. Ade yang se-masyaa Allah ini kok merasa ngk pantas sih dek?" balasan pesan Anna.

"Kak, Mungkin aku ngk bisa. Coba tawarin ke yang lain aja yaa" Ucap Anna.
"Dek, udah ku tawarin ke yang lain, tapi teman kakak cari yang seperti ade katanya, dan menurut kakak ade cocok".

Rasa tak menentu yang dirasakan Anna Al Latifatunnisa, setelah membaca pesan dari kak Ghazy Fathani. Masih belum memahami isi hati yang sebenarnya. 

Banyak tanya yang muncul dalam benak Anna. 

"Apakah kak Ghazy serius menawarkan ta'arufan ini kepadaku?" Masih dalam tanya di hati Anna.

Ghazy Fathani adalah orang yang lebih dulu Anna kagumi. Sebenarnya mereka tak saling kenal secara langsung. Tetapi beberapa tahun sebelumnya, mereka dipertemukan melalui salah satu akun sosial media. Kemudian tak lagi pernah berkomunikasi sejak Anna Al Latifatunnisa sibuk dengan urusan kampusnya, dan memang sejak saat itu Anna Al Latifatunnisa menolak chatingan dengan lelaki manapun tanpa udzur yang penting.

Rasa kagum Anna Al Latifatunnisa sebenarnya tidak lebih dari sekedar mengagumi ditengah banyaknya pemuda yang memilih menimba ilmu di kampus-kampus umum, tetapi Ghazy Fathani malah menghabiskan waktunya di pesantren dan melanjutkan pendidikannya di Kampus Islami. Dibelakangan Anna Al Latifatunnisa mengetahui bahwa Ghazy Fathani ternyata satu daerah tempat tinggal di Kecamatan kampung halamannya.

Getir di Hati Anna Al Latifatunnisa melihat pesan Ghazy Fathani, ternyata isi pesannya adalah menawarkan Aiman Fadhli, yang katanya adalah sahabat Ghazy Fathani. 

**

"Anna.., apa yang harus kamu lakukan sekarang?" Bisik Anna Al Latifatunnisa pada dirinya. 

Berbisik meneguhkan hati, langkah apa yang harus ia ambil. Perlahan ia memberanikan diri membalas pesan kak Gzazy Fathani.

"Maaf kak, aku beneran ngak bisa terima". Tulis Anna.

"Dek, Apa yang membuatmu Ragu?" jawaban Ghazy Fathani.

Hening, Anna tak bisa menjawab pertanyaan itu. Pada Akhirnya, ia memilih berkilah menghindari pertanyaan itu. Sebab, sebenarnya Anna pun tak tahu.

"Kak, maaf, disini udah Adzan Subuh Aku mau Sholat dulu yah" isi pesan Anna.

"Baiklah, jangan lupa berdo'a yaa, minta ke Allah agar kamu diberikan ketetapan hati dalam memilih." Jawaban santun dari Ghazy. 

"Insyaa Allah kak, Terima kasih". Balas Anna. 

Gema Adzan terdengar dan menghentikan percakapan Via WhatsApp itu. Antara Anna Al Latifatunnisa dan Ghazy Fathani memang tinggal berbeda pulau. Masing-masing dari mereka tinggal di kota rantauan dan melanjutkan pendidikan. Anna Al Latifatunnisa melanjutkan pendidikannya di salah satu kampus umum kota Makassar, Sulawesi Selatan. Dan Ghazy Fathani di Pulau Jawa. 

Percapakan itu usai, Anna beranjak melaksanakan sholat subuh. 

Menelisik RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang