2

31.4K 2.7K 149
                                    

Pukul 9 pagi Lisa sudah berangkat ke restorannya, kini dihadapannya sudah ada beberapa berkas keuangan yang harus ia teliti. Namun rasanya ia telah kehilangan selera sejak Sungryung membicarakan masalah perjodohan itu. Membuatnya semakin berpikir lebih atas hidupnya.

Lisa hanya takut, gadis yang akan dijodohkan dengannya itu tak sesuai seperti apa yang ia idamkan. Karena ya, bisa dikatakan ia cukup selektif dalam memilih pasangan. Itulah sebabnya selama ini ia tak pernah mau berkomitmen.

Disaat ia tengah larut dalam pikirannya, pintu ruangannya terbuka begitu saja tanpa terdengar suara ketukan. Muncullah sosok yang tak ia harapkan kedatangannya saat ini. Jeon Jungkook, temannya sejak kecil.

"Lalisa, apa kau sibuk?"tanyanya seraya mendudukkan dirinya di sofa ruangan tanpa menunggu Lisa mempersilahkan.

Tenanglah, bukan hanya Jungkook satu-satunya teman Lisa yang tak memiliki rasa sungkan lagi. Bahkan menganggap milik Lisa adalah miliknya juga, masih banyak yang lainnya.

"Sangat sibuk. Dan kehadiranmu sangat mengangguku" jawab Lisa ketus.

Jungkook sama sekali tak terganggu dengan ucapan pedas Lisa. Mungkin sudah sangat terbiasa. Ia bahkan mengangkat satu kakinya untuk kemudian di letakkan diatas kaki satunya lagi, menyandarkan punggungnya di sandaran sofa. Seakan tengah menyamankan dirinya.

"Aishh kau ini ketus sekali. Ada apa dengan wajahmu itu Lalisa. Wajahmu terlihat sangat kusut"tanyanya, matanya memandang Lisa dengan lekat.

Meneliti apa yang sedang terjadi pada teman kecilnya itu. "Aku tak akan mengatakannya padamu. Aku tak ingin menjadi bahan tertawaanmu" tolak Lisa.

Tentu Lisa sangat mengenal sosok  Jungkook yang tak tau diri ini. Ia akan menertawakan Lisa begitu tau alasan yang sebenarnya. Lelaki itu akan merasa ucapan Lisa adalah sebuah lelucon yang patut untuk di tertawakan.

"Katakanlah aku tak akan menertawakanmu"janji Jungkook dengan wajah seriusnya.

Dengan terpaksa tetap saja Lisa mengatakannya. Lisa membutuhkan teman bicara selain daddy dan mommy, mungkin Jungkook bisa membantunya menemukan solusi lainnya.

Menikah adalah sebuah hal yang harus ia pikirkan dengan matang. Lisa tak ingin salah memilih dan berakhir dengan perpisahan. Ia ingin membangun pernikahan seperti mommy dan daddynya, harmonis dan bahagia.

"Mommy menjodohkanku"ujar Lisa dengan cepat.

Jungkook segera menegakkan tubuhnya, mendekatkan telinganya pada Lisa. "Apa? Kau bilang apa?" tanyanya.

Entahlah ia memang tak mendengarnya atau masih tak mempercayai pendengarannya. Lisa terus mengumpati temannya itu dalam hati.

"Mommy menjodohkanku"ujar Lisa lagi, kali ini lebih jelas.

"Pfft, apa telingaku mulai bermasalah sekarang, kurasa telingaku dalam kondisi baik. Apa tadi? Lalisa Manoban di jodohkan? Astaga aku tak percaya ini"tawanya meledak.

Lisa mendengus kesal. Wajah Jungkook yang tertawa puas ini sudah ada di kepalanya bahkan sebelum ia berpikir untuk menceritakannya pada lelaki itu.

"Tutup mulutmu Jeon Jungkook sebelum aku menendangmu dari sini" kesal Lisa, melipat kedua tangannya di dada.

Jungkook pun memilih menghentikan tawanya walau dengan susah payah. Tak ingin Lisa semakin marah dengannya. Ia pun cukup penasaran untuk mendengarkan kisah temannya.

"Baiklah-baiklah, maafkan aku. Jadi laki-laki seperti apa itu yang menjadi pilihan aunty?"tanyanya yang kini mulai serius.

Lisa menunduk lesu, lagi ia merasa ada sedikit rasa tak enak hati dengan kedua orangtuanya yang mungkin saja menginginkan pernikahan seperti orang pada umumnya untuk anak mereka. Tapi sayangnya Lisa tak mampu mengabulkan hal itu.

Entangled with The Supermodelحيث تعيش القصص. اكتشف الآن