Stand by You

3.2K 248 62
                                    

"Terima kasih telah terbang bersama kami, semoga hari Anda menyenangkan." Pramugari cantik mengucapkan terima kasih kepada penumpang pesawat satu persatu. Begitu juga padaku saat aku berjalan keluar dari kabin menuju jembatan penyeberangan ke bagian kedatangan. Aku menganggukkan kepalaku ringan dan mengucapkan terima kasih saat melewati pramugari.

"Haah... akhirnya aku pulang juga." Sambil menggeret koper tangan untuk keperluan perjalanan bisnis, aku memijat leher belakangku dan mereggangkan otot punggungku ringan. "Aku masih saja belum terbiasa dengan perjalanan dinas keluar kota." Setelah keluar dari area kedatangan, aku berjalan ke area transportasi dari bandara menuju ke kota. Memilih untuk naik kereta monorail, aku mengeluarkan IC Card-ku dan melewati gerbang tiket.

Sambil menunggu kedatangan kereta, aku berdiri di lajur tunggu bersama beberapa karyawan kantor lainnya, menunggu sembari bermain dengan ponsel.

"Sudah sampai? Turun di stasiun biasanya?"

Aku menatap pesan masuk yang aku terima beberapa puluh menit lalu, mungkin sebelum pesawat mendarat di bandara.

Dengan cepat aku mengetikkan balasan untuk pesan tersebut dan setelah mengirimkan balasan, kereta yang aku tunggu pun tiba. Aku menyelipkan ponselku ke dalam saku, menggeret koper tanganku bersamaku masuk ke dalam gerbong kereta.

"Mungkinkah ia akan datang menjemputku di stasiun?" pikirku sembari berdiri memegang handgrip kereta. "Apa yang ia masak untuk makan malam?" memikirkan tentang makan malam, aku merasa laparku tergugah. "Setelah sampai di rumah, aku ingin makan, mandi dan tidur...ah, tapi aku juga harus memikirkan bab baru untuk ceritaku selanjutnya... tapi rasanya aku tidak ingin sibuk dengan word lagi setelah seminggu ini aku terus berhadapan dengan layar putih dokumen..." Aku menghela napas ringan dibalik masker yang aku gunakan.

Setelah hampir satu jam perjalanan, akhirnya aku tiba di stasiun tujuanku. Aku keluar dari gerbong kereta bersama penumpang lainnya. Aku menenteng koper tanganku dan menaiki tangga untuk keluar dari stasiun, rasanya menyenangkan kembali ke suasana kota yang aku kenal.

Keluar dari stasiun, aku berhenti dan menoleh ke sekelilingku. Ke kanan dan ke kiri, mencari sosok yang aku kenali. Di saat yang sama, ponselku bergetar di dalam kantong—membuatku terkejut karena getarannya—aku cepat-cepat mengeluarkan ponselku dan berjalan lebih menepi dari pintu luar stasiun.

"Terima kasih untuk kerjamu seminggu ini," ujar suara dari seberang line.

Aku menoleh ke sekeliling lagi. "Dimana? Aku tak melihatmu?" Ia melihatku namun aku tak melihatnya.

Sampai akhirnya ia berdiri di sampingku dan menepuk bahuku ringan. "Yo." Suara dari ponsel itu mulai terdengar jelas dan dekat.

Aku menoleh ke arahnya yang berdiri di sebelahku dengan senyuman kecil, ia mematikan panggilannya dan menyimpan kembali ponselnya di saku jaket parka-nya.

Aku ingin melemparkan diriku dan memeluknya, tapi itu tidaklah mungkin dilakukan di tempat umum seperti ini. Meski tidak ada yang akan melarang dan marah bila hanya sebatas memberi pelukan, namun tetap saja tak mungkin dilakukan—setidaknya untuk orang yang masih ingin hidup dengan damai di luar dunia fiksi.

"Seminggu tak melihatku sampai kau berdiri bengong?"

Aku mengedipkan mataku ketika mendengar tegurannya. "Bukan, aku hanya berpikir ingin memelukmu tapi aku malu melakukannya di depan umum."

"Pfft..." Ia tertawa kecil dari hidungnya di awal dan terdengar tawa kecilnya keluar dari mulutnya. "Pelukanmu bisa menunggu setelah kita di rumah," balasnya lalu mengambil alih koper dari tanganku. "Aku parkirkan mobil di belakang gedung apparel di sana."

Stand by YouWo Geschichten leben. Entdecke jetzt