1. ¦ ■■■

2.6K 185 10
                                    




•Mark as Top
•Jaemin as Top
•Jeno as Bott

.





.
▪︎▪︎▪︎
■■■





.

Janji Suci telah di ucapkan, pernikahan kecil itu menjadi saksi Akan Cinta satu sama lain, kepada dua pria dengan balutan jas formal berwarna senada.

Sebuah ciuman yang dulunya membuat malu-malu, dan merubah warna pipi itupun masih sama. Seperti saat mereka memulai untuk menjalin hubungan. Saat mereka sadar bahwa mereka salah, dan saat mereka menetapkan hati untuk satu sama lain.

Tautan terlepas, wajah memerah itu Makin menjadi, melihat Mata yang lebih tua begitu tulus menatapnya. Menjelaskan besarnya cinta itu hanya dengan Sekali tatap.

Jeno Bahagai, bahagia hingga  dia ingin menagis dan Membatalkan pernikahan ini.

Dan semunya berakhir, Maksud ku berpindah ke tahap yang lainya, Sebagai orang yang sudah menikah, punya rumah sendiri adalah Ide bagus.

▪︎▪︎▪︎

"Kau akan tinggal di sini?, tidakkah terlalu jauh dari ruma Mama?"  Kaka perempuan mark bertanya, sebari mengendong anak Kecilnya.

"Irene nuna jangan khawatir, Aku pasti akan tetap Mengunjungi Eomma"

Irene menghela nafas berat " Yasudahlah, tidak ada yang bisa membantah keras kepala mu itu"

"Kecuali jeno" sambung mark, meraih Aerel dari dekapan ibunya. Menimang nimang bocah 1 tahun itu seperti keponakan yang sngat ia sayangi

"Kalian memanggil ku?" Tepat saat itu wajah manis seorang pria Mendongak Keluar dari Rak rak yang di susun untuk melengkapai rumah baru yang di beli suaminya ini.

Melihat wajah polos itu irene tersenyum Bahagia, meski Menikah sesama pria agaknya begitu Aneh, tapi melihat jeno sebagai pasangan adik kesayangnya, irene sudah sadar, hidup mereka akan bahagia.

"Kalau begitu aku pulang dulu." Pamit irene tidak mau menggu pengantin. Baru ini, tangnya terulur untuk meraih kembali Aerel, tapi di tarik Balik oleh mark.

"Aerel titipkan saja pada ku dan Jeno. Bukanya nuna  mau menjenput suho hyung  di bandara?"

"Kau ini berhenti merepotkan istri mu, lihat dia berkerja sendiri menyusun rak!!"  Irene menjewernya, dan berhasil meraih kembali Aerel yang tertawa senang Dengan pertengkaran Mama Dan pamanya.

"Kak irene makin mengerikan" mark mendumel pada punggung wanita yang sudah keluar dari rumah itu.

Lalu Melihat jeno yang berusah keras dengan rak kecil itu  mengundang kegemasan mark.

Kenapa jeno sangat menggemaskan, wajahnya memerah, alisnya tertaut binggung dan kesal karna sedari tadi raknya tidak pernah jadi.

"Pfft. Kau salah meletakan posisinya"

"Tidak, aku yakin sudah benar. Perintahnya bilang seperti itu"

Tangan besar mark Terlipat angkuh di dadanya, wajahnya di buat Masam.

" bagai mana ya. Aku mau saja membantu tapi  ada satu syarat"

"Apa?" Tangan terlipat itu terlepas dan menunjuk Sebelah pipi tirusnya, mengisyaratkan sebuah ciuman? Atau tamparan?.

Jeno menghela nafas berat "Hyung, tubuh ku berkeringat—tunggu sampai aku selesai mandi ya?"  Bibir lucu mark mengcrucut.  " tidak mau. Kalau selesai mandi harus di tambah 10kali lipat"

"Lho knapa banyak sekali"

"Namanya juga pilihan."

Kebalikanya, kali ini jeno yang terlihat Merajuk. Ia sungguhan kesal, tubhnya berkeringat dan baunya tidak begitu harum. Ia berusah membujuk Suaminya, tapi sepertinya tidak semudah menghebuskan nafas. Mark bahkan Meraih Perabotanya, dan terlihat acuh.

Dia pasti mau mengerjai Jeno.

▪︎▪︎▪︎

Dan jeno benar. Dia baru satu langkah keluar dari kamarnya. Mark sudah berada di depan pintu dengan  mata tertutup dan bibir yang  Manyun cukup jauh. Hampir mencium pintu.

Jeno shock. Itu Mengejutkan. Dia nyaris menamapar wajah Suaminya itu.

"Bikin kaget saja!" Mark hanya menyegir kuda. Dengan keadaan yang masih sama

"Ayo cepat" mark mulai tak sabar. Dan Yang di tunggunya pun ia dapatkan, bibir Penuh jeno menciumi pipinya. tidak puas ia menunjuk sisi sebaliknya, lalu hidungnya. Matanya, dagunya, dia ingin jeno menciumi sluruh wajahnya.

"Di sini juga—" tunjuknya pada Hidung yang sudah di ciumi itu.

"Sudahlah hyung, aku sudah mencium bagin itu tadi"

"Ah sekali lagi"  pasrah. Jeno akhirnya mnuruti keinginan aneh mark.

"Disini jug—"

"Hyuuung!!!"

Tawa gelak Mark memechan keheningan rumah "maaf..maaf aku hanya bercanda"

Dan Sunyi kembali melanda. Diam dalam kenyaman ini Makin membuat satu sama lain makin mencintai. Mata mark tak lepas dari wajah manis jeno begitu sebaliknya.

Tangan Si dominan ia bawa untuk merangkul yang lebih muda, mengusap rambut basah itu, dan menyesalinya karna tangannya ikut basah. Dasar bodoh.

"Kau mau makan malam di luar?"

"Eh tidak mau menunggu aku masak saja?"  Tanya jeno?

"Tidak perl—"

Ponsel mark berbunyi, ia sedikit malas meraih ponsel pintar itu. Apalagi saat tau yang membuat panggilan adalah Mamanya. Ia menoleh pada jeno untuk meminta izin mengankat panggilan.

"Ha. Kau keluar lah lebih dulu" Ia menarik nafas sebelum mengakat panggilan. Dan mencoba untuk setenang mungkin, agar Amarahnya tidak terdengar oleh jeno di luar sana.

"Ye. Mama?"

–Mark, malam ini kau makan di rumah saja

"Aku tidak bisa Ma"

–jangan seperti itu, mama sudah mengundang Yeri kemari. Datanglah

"Ma. Jeno sudah menunggu ku"

–ais, tinggalkan saia dia. Bukankah seumur hidupnya dia tinggal sendiri. Kenapa peduli sekali. Biar saja dia kembali ke panti asuhannya yang dulu. Kau fokus saja pada Yeri

Dan benar, urat urat kecil mulai keluar dari Leher dan pelipis mark.

"Ma!, aku tidak bisa. Titipkan saja salam ku pada yeri"

Panggilan berakhir. Mark masih pada amarahnya. Ia menenangkan dirinya agar jeno tidak juriga jika dia berdebat lagi dengan mamanya.

Mark tidak menyadarinya. Jeno yang tenyata tidak keluar melainkan Menunggu di balik Dinding pembatas, mendengar semua isi percakapan Ibu dan anak itu, hingga pada bagian Yang sangat menyakitkanya. Jeno mendengar semua itu.

Hidup sendirian. Itulah jeno.

.Tbc.

M a r r i e d Where stories live. Discover now