20 vs 30 #19

1.5K 148 5
                                    

Pov Avara

Akhirnya acara akhir tahun terselenggara, tapi aku belum lega kalau acara malam ini belum selesai. Sejak pagi aku sudah sibuk memastikan kalau acara dari pagi sampai malam puncak berjalan lancar dan sukses. Kalau siang diisi dengan kumpul seluruh karyawan bersama petinggi perusahaan untuk syukuran atas semua yang sudah didapat selama setahun ini, malamnya adalah pesta beberapa karyawan kantor pusat, petinggi perusahaan dan beberapa kolega untuk mempererat hubungan bisnis.

Malam ini aku memakai dress merah marun selutut dengan aksen mutiara di bagian leher dressku. Rambutku aku gerai dengan sejumput rambut kujepit ke belakang telingan. Menurutku malam ini aku sudah cetar bak Syahrini walaupun badan rasanya udah loyo tapi harus tetep senyum.

Di sinilah aku sekarang, di hall sebuah hotel ternama bersama beberapa teman kantor dan Valdo yang terlihat tampan dengan tuxedonya, sayangnya dia membawa gandengan. Bukan aku patah hati hanya saja yahh satu pria tampan di kantor tak lagi available rasanya itu nggak asyik. Ini gara-gara si om sih pakai selalu muncul di hadapanku jadi Valdo bawa gandengan dan gandengannya bukan aku. Bete juga ini sama Dhipa, kemarin selalu aja muncul hampir seminggu bikin mual dengan tingkahnya tapi dua hari ini sejak fitting baju pengantin terakhir dia nggak munculin batang hidungnya, sekedar telpon apa sms juga enggak. Dasar, niat nikahin aku nggak sih. Bodohnya aku tetep aja mau nikah sama dia walaupun dia gitu dan udah bikin aku patah hati sebelum bahagia. Sial!

Selain nggak mau ngecewain orang tua aku juga terlanjur cinta, yang namanya terlanjur itu susah buat dibalikin. Aku seperti main lotre, menggadaikan kebahagiaanku ke depan. Kalau hasilnya baik aku bahagia sama Dhipa tapi kalau Dhipa masih aja cinta sama Syila ya hasilnya aku patah hati seumur hidup. Tapi melihat seminggu dia bilang cinta sampai bikin aku mual dan malu karena dia nggak tahu waktu dan tempat, aku jadi sedikit yakin Dhipa memang cinta. Apalagi setelah mendengar penjelasan Berlian dan Syila yang menemuiku saat makan siang waktu itu. Ternyata Syila itu baik, aku jadi malu udah sebeli sama dia. Tapi ya, melihat dua hari ini dia nyuekin aku rasanya itu nelangsa, jahat banget dia bikin perasaanku jungkir balik gini. Tarik napas panjang, hembuskan perlahan biar dada plong. Malam ini aku harus tampil sempurna.

"Nunggu seseorang?" Tanya Valdo yang membuatku sedikit berjingkat kaget.

"Hah? Oh nggak sih, cuma lihat jam aja."

"Ada janji?" Tanya Valdo lagi.

"Nggak juga sih." Jawabku nyengir memamerkan gigi kelinciku, kulirik sebelah Valdo sudah tak ada wanita yang tadi bersamanya.

"Undanganmu bagus."

"Yap makasih." jawabku canggung karena Valdo menatapku intens.

"Bener-bener bikin aku patah hati seketika."

Sontak aku memebelalakkan mataku dan bibirku sudah membuka seperti orang idiot. Cepat-cepat kututup mulut bodohku yang mangap-mangap nggak jelas.

"Tapi selamat ya. Moga sampai hari H lancar dan sukses."

Aku sekarang hanya manggut-manggut dan mengamini dalam hati cepat masih sulit mencerna. Tadi Valdo bilang patah hati berarti dia suka sama aku gitu. Terus wanita tadi siapa? Astaga Ava, nggak seharusnya kamu mikirin itu, yang perlu kamu pikirin itu calon suami yang nggak ada kabar dua hari ini.

Antara dongkol dan khawatir sebenernya tapi gengsi dong hubungin Dhipa duluan, aku nggak mau ya keliatan ngarepin dia setelah dia bikin aku jadi pilihah. Ahhh tiap inget itu rasanya hatiku serasa di remas-remas walaupun Syila udah ngejelasin semua tapi tetep aja, SAKITnya tuh di sini.

"Hadirin sekalian, setelah ini akan ada sambutan perwakilan rekan bisni kita dari Perusahaan Rakosa Energy Co.Ltd. Kepada bapak Dhipa Dirgasha dipersilahkan."

In Fact, I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang