Ruang cuci baju dan kamar mandi yang jadi satu.

Letak ruang cuci baju di rumahku yang sempit berada di satu ruangan yang sama dengan kamar mandi, hanya cukup untuk memuat satu mesin cuci dan keranjang baju kotor saja kemudian disekat oleh partisi yang tidak transparan dan ada sebuah pintu penghubung antara kamar mandi dan ruang cuci. Karena aku hanya ingin mandi, setelah melepas baju aku langsung meletakkannya ke dalam keranjang dan mengunci pintu penghubung ruang cuci dan kamar mandi.

Jangan sampai Sugar datang tiba-tiba menerobos masuk, lalu mengintipku yang sedang mandi. Bukan tidak mungkin dia melakukan hal itu, 'kan?

Serius, selama air mengguyur tubuhku, aku selalu dilanda cemas. Aku khawatir kalau Sugar mendobrak masuk dan melakukan tindak asusila padaku. Sejujurnya aku masih belum memercayainya sekali pun ia terus memasang wajah polos dan berperangai layaknya bocah Taman Kanak-kanak. Dia bisa saja jadi jahat dalam sekali kedipan, kurasa.

Usai mandi dan berpakaian, barulah aku bisa menarik napas lega. Ternyata dia tidak mengintipku atau melakukan hal lain yang tidak kuharapkan.

Namun... saat keluar dari kamar mandi, aku merasa ada yang janggal.

Aku terdiam. Berpikir keras apa yang membuat janggal di ruang cuci, kamar mandi dan....

Sugar tidak kutemukan di ruang tengah!

"Sugar?" Aku memanggilnya sembari menengok kembali ke ruang cuci dan menelisik dari tempatku ke kamar mandi. Mencari-cari keberadaan Sugar, sekaligus mencari keanehan yang membuat perasaanku gelisah.

"Sugar?" Melangkah keluar dan menutup pintu ruang cuci, aku perlahan menyusuri ruang tengah seraya menengok dapur. Tidak mendapat jawaban, aku pun langsung menuju kamarku.

Dan betapa terkejutnya aku melihat sosok berdaster merah jambu bergambar wajah Hello Kitty yang begitu besar di bagian punggung berdiri di depan ranjangku.

Aku seperti mengenal daster itu.

Tunggu....

Itu, 'kan, daster yang kupakai tidur semalam!?

"Nuna...."

Aku membelalak dengan napas tercekat. Sosok itu menoleh dengan wajah tanpa dosa, tapi bukan itu saja yang membuatku terkejut.

Melainkan benda yang ada di tangannya.

Dia menggenggam sepasang dalamanku.

Dalamanku.

Catat ini baik-baik.

Dalamanku.

Bra dan celana dalamku. Bahkan sekarang ia sedang mencoba memakai bra, dia menyangkutkan di bahunya lalu di pinggang dan aku hanya bisa mematung.

"Ternyata baju ini lebih besar sedikit dari baju yang dipakai Sugar tadi, ya, hehe," ucapnya tanpa dosa sembari menggaruk kepala. Daster yang ia kenakan sedikit naik, hampir menampakkan celana dalamnya. Bagaimana pun juga, jika daster yang biasa kukenakan bisa mencapai lutut di tubuhku, akan tampak pendek dikenakan olehnya yang lebih tinggi dariku.

"Baju Sugar basah, soalnya Sugar menumpahkan minuman, hehe. Sugar masih belajar minum dari gelas. Oh, iya, apa Sugar harus memakai yang ini juga? Bagaimana cara pakainya?" Dia membentang celana dalamku di depan wajahnya. "Ini seperti yang dipakai Sugar, ya? Tapi, punya Sugar yang seperti ini tidak basah. Hanya baju dan celana Sugar yang basah...."

Dengan wajah memerah, aku langsung merampas dua benda sakral itu dari tangannya.

"Ke-kenapa?" tanyanya dan aku melotot padanya. "Su-Sugar menemukannya di sebelah. Sugar tidak tahu harus pakai apa...."

CATNIPWhere stories live. Discover now