Dia mengayunkan tongkat sihir dengan bibir yang mengecap beberapa kata pada ujung lidah. Dia coba untuk pusatkan seluruh atensi agar tak pecah dan terbelah ke mana-mana. Ujung tongkat bergetar, waktunya sudah tiba.
Yoongi melihat semua dengan jelas. Semuanya, termasuk ujung tongkat Jennie yang mengeluarkan cahaya merah pekat. Barangkali ia salah menyebut, mari koreksi. Bukan cahaya, tetapi petir. Ujung tongkat Jennie memproduksi kilatan petir berwarna merah pekat. Suaranya gaduh sekali. Dan ia tak pernah menyangka Jennie dapat menciptakan mantra sedahsyat ini.
Gubuk wanita itu terguncang hebat. Seluruh penduduk Pixabay mendadak terdiam, mematung. Tak ada suara yang terdengar kecuali suara gaduh dari petir di ujung tongkat Jennie yang warnanya semakin memudar. Hoseok tidak berkedip. Dobrakan pada pintu gubuk tak lagi terdengar.
Hanya Yoongi dan Jennie yang benar-benar hidup. Dan pada waktu yang sama, Yoongi cukup tertegun. Jennie bukan penyihir junior biasa. Jennie penyihir hebat. Julukan tak pernah menjamin kualitas.
Jennie menoleh ke arah Yoongi dengan keringat yang bercucuran. Dia tersenyum. Masih dengan salah satu tangan yang menodongkan tongkat ke arah depan, dia berkata, "Mantra ini bekerja hanya dalam beberapa waktu saja, kita harus bergegas pergi. Warna kilatannya akan memudar, maka semua akan kembali normal."
"Kau ... kau menghentikan waktu?" Yoongi salah fokus di saat yang tidak tepat. Ia terlalu takjub.
Jennie mengangguk. "Sudah, ayo, kita harus pergi dari sini."
Kini giliran Yoongi yang beraksi. Ia merapalkan mantra untuk membuat sebuah tameng transparan yang dapat menyamarkan tubuhnya dan Jennie. Sepersekian detik bersamaan dengan mantra Jennie yang meluruh, mereka segera bergegas meninggalkan gubuk. Namun, rencana yang disusun dengan baik-baik ternyata gagal. Hoseok dapat mendengar suara langkahnya dan Jennie yang hendak melesat menuju pintu gubuk.
"Jangan karena kalian tidak terlihat, aku bisa lengah begitu saja!" Hoseok mengarahkan ujung tongkatnya untuk segera menutup akses pintu belakang gubuk Jennie. Ia menyongsong senyum ketika suara langkah kaki Jennie dan Yoongi tak lagi terdengar. "Bagus, berhenti di tempat kalian. Jangan berani-berani kabur."
Yoongi memutar otak. Jennie juga demikian. Tidak ada akses menuju ke luar kecuali pintu belakang dan pintu depan. Bukan pilihan yang baik jika mereka ke luar melalu pintu depan. Bunuh diri namanya.
Yoongi seketika teringat. Ia menyentuh pundak Jennie, kemudian membisikkan rencana yang disusun secara mendadak dan tergesa-gesa karena terhimpit waktu.
Hoseok menoleh ke arah kanan. Hening benar-benar membunuhnya. Ia tidak dapat mendengar apa-apa.
Sedangkan tepat di depan pintu belakang gubuk, Jennie dan Yoongi sudah menyentuh kenop pintu secara hati-hati untuk segera melesat ke luar. Diam-diam Yoongi merasa cemas sebab tameng yang dibuatnya akan pecah untuk beberapa saat ke depan, dan itu bukan berita baik tentu saja.
Hoseok bangkit. Bergerak mendekat menuju pintu belakang gubuk dengan langkah pelan-pelan, tetapi tetap waspada. Tangkapan besar, dan ia tidak boleh gagal, reputasinya dipertaruhkan dalam penangkapan kali ini.
Yoongi dan Jennie saling melirik. Mereka sama-sama mengumpat lirih tatkala tameng transparan tersebut meletus begitu saja.
"Nah, sekarang kalian mau ke mana?" Hoseok tersenyum pongah. Ia akan selalu menang dalam semua aspek kehidupan. Ia dilahirkan sebagai seorang pemenang, dan selamanya akan begitu. "Sudah, menyerah saja, Jun? Yoongs?" Suara tawa menggema ke seluruh penjuru gubuk.
"Belum!"
Serempak dengan sahutan tersebut, Yoongi dan Jennie segera berlari meninggalkan gubuk. Jubah Jennie tersangkut, tetapi tak ada waktu untuk sekadar menjerit dan menarik jubah tersebut. Jalan satu-satunya adalah merobek jubah itu dan kembali berlari.
Yoongi membantu Jennie dengan cepat, lantas langsung melesat secepat yang mereka bisa untuk meninggalkan Pixabay. Mereka tidak akan pernah kembali ke negeri itu lagi.
Napas mereka terengah-engah. Teriakan Hoseok dan para penyihir yang tertinggal di belakang masih dapat terdengar. Jantung mereka berdegup kencang, bertalu-talu tak beraturan. Mereka kelelahan, energi mereka harus terisi kembali, tetapi tak ada waktu untuk beristirahat sejenak. Mereka terus berlari, melewati jalan berkelok-kelok walau langkah mulai terseok-seok. Jennie berulang kali menengok gerombolan penyihir di atas langit yang nyaris menyusulnya dengan Yoongi menggunakan sapu terbang.
"Kanan! Kiri!" Yoongi berteriak sembari mengangkat tangan, memanggil Kanan dan Kiri.
Kanan dan Kiri yang mengerti pun langsung melemparkan botol ramuan ke arah Yoongi yang segera ditangkap cepat oleh pria itu.
"Minum juga milik kalian tadi!" Yoongi memerintah Kanan dan Kiri yang masing-masing diberi sebuah botol kecil seukuran cakar kucing untuk diminum.
"Itu semua ... apa?" tanya Jennie terbata-bata.
"Penambah energi dan mempercepat pertumbuhan. Kita minum, lalu kau kembali melindungi kami dengan tamengmu, tidak masalah, 'kan?"
Dan Jennie kembali luluh. Yoongi bertanya dengan intonasi selembut kapas di saat-saat mendesak seperti ini. Yoongi tak pernah sekali pun membentak, berbicara dengan volume nyaring, dan dia semakin jatuh hati pada kelembutan Yoongi.
Mereka sama-sama meminum ramuan yang diciptakan oleh Yoongi.
Kanan dan Kiri membesar. Mereka berubah menjadi burung hantu berukuran raksasa. Jennie susah payah harus menahan bibir agar tidak membulat takjub.
"Ayo, naik!"
Yoongi dan Jennie menaiki Kanan dan Kiri. Sedangkan para penyihir lain masih terus mengejar, termasuk Hoseok. Mereka was-was. Kanan dan Kiri tidak terlalu cepat dalam mengepakkan sayap, mereka khawatir. Namun, Jennie akan terus berusaha untuk melindungi Kanan dan Kiri dari mantra para penyihir yang selalu terlanting tiap saat.
Mereka semua tersengal-sengal. Dada mereka baik turun serempak, beraturan tetapi berdegup kencang.
Yoongi dan Jennie menengok lagi ke belakang, kemudian saling melempar pandang. Mereka mengangguk kecil bersamaan sebagai kode.
Jennie mengayunkan tongkat dengan tubuh yang sedikit di arahkan ke belakang. Mengucap rentetan mantra, lantas mengarahkan ujung tongkat pada keberadaan Hoseok dan penyihir lain. Dia memukul mundur tongkat-tongkat para penyihir hingga membuat seluruhnya hilang kendali dan beberapa dari mereka terjatuh.
Kesempatan tersebut tak terbuang sia-sia sebab Kanan dan Kiri yang cukup mengerti keadaan langsung mempercepat laju terbang.
"Kita turun?" tanya Jennie memastikan.
Yoongi mengangguk tanpa menjawab. "Kanan, Kiri, kita turun di sana." Yoongi menunjuk sebuah gunung yang letaknya sangat jauh dari Pixabay dan jangkauan para penyihir.
Semua usaha yang mereka lakukan tak akan pernah sia-sia. Energi yang terkuras akan terganti dengan tawa kebahagiaan. Mereka akan hidup bersama, mereka telah berjanji untuk saling menjaga dan melindungi. Kebersamaan dan kepercayaan adalah kunci dari sebuah keberhasilan. Mereka akan saling memercayai satu sama lain, saling mengasihi, dan saling mengerti. Mereka akan selalu saling, saling, dan saling.
Hingga saat matahari telah terbenam dan digantikan oleh keberadaan bintang-bintang yang bertaburan seperti sampah, mereka telah mendarat di puncak gunung.
Sebuah jamur sudah disulap menjadi rumah. Kanan dan Kiri sudah kembali ke ukuran normal dan segera memasuki rumah baru, meninggalkan Jennie dan Yoongi yang saling menautkan tangan di depan pintu sembari menengok langit yang menggelap.
Mereka merajut tatap. Yoongi membelai salah satu pipi Jennie yang lembab karena air mata. Jennie menangis, terharu dengan seluruh perjuangan mereka. Yoongi menghapus jarak, mengecup kening Jennie singkat.
"Apa semua akan baik-baik saja, Yoongs?"
Yoongi tersenyum. "Aku tidak bisa menjamin apa-apa, tetapi aku akan berusaha untuk selalu melindungi kalian."
Yoongi menutup hari dengan sebuah kecupan berdurasi lama yang mendarat pada permukaan bibir Jennie. Bulan dan bintang, langit gulita, suara hewan-hewan mikro, serta suara Kanan dan Kiri yang saling membeo di dalam rumah adalah saksi bisu dari janji-janji Yoongi dan Jennie yang memproklamasikan diri bahwa akan terus saling menjaga dan menyayangi sampai ajal menjemput mereka nanti.
Fin.
ESTÁS LEYENDO
[✓] Pythonissam
FanfictionPada tahun-tahun yang berguguran bersama daun berwarna oranye di Pixabay, Jennie Imogen yaitu seorang penyihir pemula hendak menciptakan sebuah mantra yang dapat mengubah kehidupan di negerinya. Jennie mengikuti sebuah sayembara yang diadakan setia...
Epilog
Comenzar desde el principio
![[✓] Pythonissam](https://img.wattpad.com/cover/220429928-64-k732129.jpg)