PART XXXVII: Penghargaan Untuk Leo

1.8K 69 6
                                    

Leo memutuskan untuk pindah di ruang rawat inap VIP mengingat Lira sama sekali tidak mau pulang. Manjanya pun semakin parah menjelang trimester 3 kehamilannya. Ranjang rawatnya pun diperbesar supaya Lira bisa tidur di sampingnya. Luka tembaknya sudah membaik namun harus tetap di kontrol dokter karena cukup dalam melukai perut bagian dalam Leo. Seperti pagi ini Lira masih bergelung manja di lengan kekar suaminya itu. Leo tersenyum melihat wajah polos istrinya itu tampak damai dalam tidurnya. Di sibakkan rambut panjang Lira yang menutupi sebagian wajahnya dan di kecup pelan puncak kepalanya.

Lira menggeliat pelan dan perlahan lahan mengerjakan matanya dan menemukan Leo tengah menatapnya, sayang. Lira tersenyum.

"Pagi sayang,"

"Pagi mas. Udah bangun aja," Lira mengernyit pelan saat perutnya sedikit kram. Dengan memegang lengan Leo, Lira berusaha duduk dari tidurnya.

"Pelan-pelan sayang." Lira mengangguk, di elus perutnya dengan lembut. Setelah kram di perutnya hilang, perlahan Lira masuk kedalam kamar mandi.

Leo pun terduduk di atas brangkarnya tetap memperhatikan semua yg istrinya kerjakan pagi itu. 10 menit kemudian Lira keluar dengan wajah yang sangat fresh dan sudah mengenakan hijab dusty pink nya. Lira tersenyum melihat suaminya tetap memandangnya. Didekati Leo,

"Kenapa Mas?" Lira mengelus kepala Leo pelan.

"Pulang aja yuk. Mas di rawat dirumah aja." Lira mengecup pipi Leo cepat.

"Sembuh dulu sayang." Leo diam. Lira terkekeh melihat wajah suaminya itu tertekuk masam.

Tidak lama dokter dan suster masuk kedalam kamar Leo. Lira menjauh dan memilih duduk di sofa sambil memperhatikan dokter dak suster memeriksa luka di perut suaminya itu. Senyum dokter mengembang.

"Alhamdulillah, lukanya sudah mulai membaik dan tidak meradang."

"Jadi bagaimana dok? Saya sudah bisa pulang kerumah?"

"Sabar pak Leo. Bapak baru boleh pulang besok siang."

"Alhamdulillah."

"Kami permisi Bu Pak. " Pamit sang dokter. Lira menghampiri Leo dan menepuk bahunya.

"Terima kasih Dokter." Setelah dokter dan suster pergi, Lira pun segera menyiapkan sarapan dengan untuk suaminya itu.

"Makan dulu mas, baru minum obat." Leo mengangguk dan menarik Lira untuk duduk di sampingnya. Lira tersenyum melihat Leo begitu lahap memakan hidangan dari rumah sakit yang sebenarnya terasa hambar.

***

Lira memasangkan dasi di kemeja dan merapikan jas hitam yang di pakai Leo pagi ini. Setelah kemarin sudah di ijinkan pulang oleh dokter dan beristirahat sehari dirumah akhirnya Leo sudah mulai bekerja lagi. Namun pagi ini ada acara khusus untuknya, Lira pun diminta untuk mendampingi suaminya itu. Sebagai ibu bhayangkara, Lira pun sudah siap dengan seragam merah mudanya. Selesai memasang kan dasi untuk suaminya itu Lira pun merapikan hijabnya.

"Udah siap sayang?" Leo meraih tangan Lira dan menggenggamnya.

"Udah Mas. Kita berangkat sekarang?" Leo mengangguk dan menggandeng tangan Lira lembut untuk keluar dari kamar mereka.

***

Lapangan luas di depan kantor dinasnya sudah di penuhi dengan rekan sejawat saat Leo dan Lira memasuki lokasi beberapa petinggi di POLDA pun sudah ada di lapangan, menandakan upacara penghargaan dan kenaikan jabatan untuknya dan beberapa anggota tim segera di laksanakan.

Lira yang tengah hamil pun memilih duduk di barisan ibu ibu bhayangkara lainnya yang kompak mengenakan baju persatuan warna merah muda itu, sambil terus memperhatikan suaminya mengikuti upacara itu dengan hikmat. Kilas bayangan masa lalu pun berputar di otaknya, bagaimana awal pertemuan mereka yang absurd, cara pendekatan Leo yang sangat memaksakan keinginannya untuk segera menikahinya, kencan kencan tapi gak manis mereka, kegalakan dan arogannya Leo di awal pernikahan dan hingga sekarang. Sampai se-bucin ini Leo padanya. Senyumnya tiba-tiba mengembang, di elus perutnya dengan sayang saat Lira merasakan tendangan kecil dari perutnya.

"Iya sayang. Bunda juga Bucin kok sama Ayah." Bisik Lira pelan.

Tidak memerlukan waktu yang terlalu lama serangkaian upacara itu pun selesai di gelar dan Leo sekarang sudah benar benar sah menjabat sebagai Direktur Reserse Narkoba dan memiliki beban kerja yang semakin berat tentunya. Lira tersenyum bangga melihat ketekunan Leo yang sekarang membuahkan hasil.

***

Lira sudah mengganti bajunya dengan dress selututnya, karena mereka tidak berniat untuk keluar rumah lagi Lira pun tidak menggunakan hijab, di biarkan saja rambut panjangnya tergerai. Sepulang dari acara penghargaan itu, Lira mengeluh sakit perut dan membuat mereka segera kembali kerumah. Agar kandungan Lira tetap aman. Dan Sekarang dia sedang  menunggu Leo memasak makanan untuk makan malam mereka.

Setelah menunggu 20 menit, Leo pun segera membawa hasil makanannya ke ruang televisi. Leo tersenyum melihat Istri mungilnya itu tengah memejamkan mata sambil terus mengelus sayang perut buncitnya itu.

"Sayang, kita makan dulu ya." Leo mendekat dan duduk di sampingnya di kecup Pipi Lira cepat dan segera membantu Lira untuk duduk lebih tegap. Lira menatap makanan di depannya dengan antusias. Nasi goreng bakso buatan suaminya itu memang tidak ada duanya, dan selalu berhasil membuat selera makan Lira naik cepat. Segera di suapkan sesendok penuh kemulut kecilnya dan di ikutin dengan gumaman kepuasan akan rasa makanan itu yang selalu pas di lidahnya.

"Makasih sayang, enak banget." Leo mengelus pipi Lira pelan.

"Iya sayang. Habisin ya." Lira mengangguk antusias. Leo tersenyum melihat wajah Lira yang sangat sumringah itu, padahal hanya makan nasi goreng buatannya yang kalau dia pikir gak seenak yang Lira katakan. Tapi Leo cukup bahagia mendengarnya.

Lira meletakkan piring bekas makannya ke meja di depan dan langsung meneguk air putih yang di sodorkan Leo untuknya.

"Kenyang?"

"Banget." Lira menarik tubuh Leo menjadi lebih dekat dan segera memeluknya erat-erat, di tumpuhkan kepalanya di dada bidang Leo dan menghirup aroma tubuh Leo lama lama.

"It's my best favorite ever. I love you hubby." Leo menengadahkan wajah Lira keatas dan mencium lama pipi gembul istrinya itu dan sukses membuat Lira tertawa geli.

"Di cium atau di sedot Mas?" Sindir Lira.

"Pengennya sih di makan." Celetuk Leo. Lira mengerucutkan bibir.

"Emangnya pipi aku makanan? Iya deh yg sekarang udah chubby banget."

"Jangan ngambek sayang. Mau chubby juga, kamu malah tambah gemesin." Leo mencubit pelan pipi Lira dan membuatnya tertawa.

Lira masih menengadahkan kepalanya ke atas dan masih menatap wajah Leo, Leo semakin mengeratkan pelukannya di pinggang Lira dan sesekali mengelus nya pelan.

"I love you." Leo tergelak dan menundukkan kepalanya.

"I love you too sayang." Tangan Leo bergeser ke tengkuk Lira dan menariknya lebih mendekat. Lira tersenyum saat bibir Leo sudah mendarat sempurna di bibirnya, walau sudah berkali kali di cium oleh suaminya itu. Lira masih saja merasa gugup dan perutnya seperti di penuhi kupu kupu yang berputar putar tiada henti. Perasannya pun kian membuncah, di lingkarkan kedua lengannya ke leher Leo. Tidak tahu kapan Leo pun sudah memindahkan Lira untuk duduk di pangkuannya dan mempermudah kan Leo mencecap bibir manis istrinya itu.

Okeeeeee cut.

Finally. Alhamdulillah, akhirnya aku berhasil nyelesain part ini. Oh my God hampir sebulan gak ada di sentuh. Makasih banyak yang udah nungguin cerita aku ya guys. I'm so proud it.

Dan minal aidzin wal faidin mohon maaf lahir dan batin buat semuanya ya.

I love you guys

Typo is everywhere.

SALAM

DII

My Husband Police (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang