Me and My Specialty Love [HIATUS]

[1] Sukarelawan

(bahasanya diubah jadi lokal aja ya, happy reading!)

•
•
•

Disini sekarang Ahn Lalisa berada, duduk santai sembari menikmati makan siang yang terhidang ditemani dengan sang bunda tercinta di salah satu restoran mahal di Korea Selatan. Awal-awal semuanya memang masih berjalan baik, hingga celetukan sang bunda berhasil mengambil atensi penuh anaknya.

"Lice, setelah memikirkan ini dengan matang, Ayah dan Bunda sepakat untuk menjodohkan kamu."

Lisa tidak tau apa ini, mendadak mulutnya bisu, tubuhnya menjadi kaku dan sedikit banyak perasaan kecewa terhadap lontaran kalimat dari bundanya. Mungkin akibat respon terkejut bukan main dari Lisa.

"Jangan membantah, umur kamu itu sudah sangat matang untuk berkeluarga. Kalau memang kamu belum menemukan pendamping yang cocok sampai saat ini, terpaksa Ayah dan Bunda harus ikut campur tangan. Daripada nunggu kamu jadi perawan tua." sambung Ahn Tiffany--Bunda Lisa.

Yang benar saja, menurut Lisa sendiri umurnya tidak begitu tua untuk dikatakan terlambat menikah. Hey! Mana ada umur 25 udah jadi perawan tua? Bunda nya ini pintar sekali memilih kata.

Tiffany kini mengalihkan pandangan pada anak sulungnya tersebut.

"Lice, coba lihat adikmu, dia saja sekarang sudah punya Yuqi sebagai pendamping. Kamu gak ada niat nyusul gitu? Apa gak iri ngeliat mereka gendong bayi lucu imut kaya Lucy hm?"

"Tapi Lisa pengennya nanti anak pertama cowo sih Bund," tukasnya dengan polos.

Sialan! Please, kali ini tolong biarkan Lisa mengumpat. Kenapa dia bisa dengan bodoh berkata seperti itu tanpa beban. Secara tidak langsung ia mengklaim pada sang Bunda bahwa ia juga iri terhadap adiknya, Lucas.

Ngomong-ngomong soal Lucas, adiknya itu memang sekarang sudah punya momongan.

Iya. Lucas mendahuluinya, terkesan kurang ajar memang membuat Lisa persis seperti jomblo karatan.

Mereka menikah 1 tahun lalu dan memang baru sebulan ini secara resmi Lisa sudah dinyatakan sebagai aunty karena kelahiran keponakan pertamanya bernama Lucy.

"Kalo gitu, bagus dong kalo Ayah dan Bunda jodohin kamu. Kamunya juga udah ngebet pengen punya anak tuh?" goda Tiffany.

"Ih! apaan sih Bunda, yang ngebet pengen punya anak siapa? Bunda aja tuh yang pengen punya cucu kedua." Sergahnya, kemudian Lisa mengalihkan pandangannya dengan malas, kembali ingin menyantap makan siangnya yang tadi sudah diacuhkan sejak beberapa saat.