17 Sabotage

185K 8K 271
                                    

Sorry for the late update. Enjoy~

Sejak kembali dari mengontrol pasien rawat inap yang ditanganinya, mata Randi tidak lepas dari berkas-berkas pasien yang dibacanya. Sesekali ia menandai hal-hal penting yang tercatat di berkas pasien yang sebelumnya ditangani oleh Dr. Ratna, dokter yang digantikannya. Meskipun Randi fokus pada apa yang dibacanya, tapi ia menyadari jika mata Tania sedari tadi menatapnya tajam.

"Suster Tania,"kata Randi akhirnya, tanpa mengalihkan perhatiannya pada berkas yang dibacanya. "Apa ada yang ingin kamu katakan pada saya? Sedari tadi kamu belum keluar dan berdiri disana dengan memelototi saya seperti itu,"

Tania terkejut mendengar teguran itu. Jadi dari tadi Randi menyadari apa yang dilakukannya? Apa dokter itu punya mata di balik rambutnya itu sampai menyadari jika Tania memelototinya sejak tadi ia masuk untuk mengantar berkas pasien?

Tania berdeham pelan, berusaha mengatasi rasa gugupnya karena sudah ketahuan memelototi bosnya. "Sejujurnya ada yang membuat saya penasaran,"kata Tania.

Randi tahu sekali apa yang membuat Tania penasaran. Mata asistennya itu tidak bisa lepas memandanginya dengan tanda tanya besar sejak selama beberapa hari ini Tania melihatnya sering bersama Cherisha dan Rendi. Tapi kesibukan mereka selama di rumah sakit membuat Tania selalu tidak mendapatkan kesempatan untuk menanyakannya.

Randi memang sengaja menjemput Cherisha dan Rendi pagi-pagi untuk mengantar Rendi ke sekolah dan mengajak Cherisha berangkat ke rumah sakit  bersama. Memang Cherisha berkali-kali menolak ikut dan hanya membiarkan Rendi yang ikut dengannya, tapi Randi selalu berhasil membujuk wanita itu.

Randi mengangkat wajahnya yang sedari tadi memandangi berkas pasien dan memandang Tania. "Tentang Cherisha dan Rendi?"tanyanya dengan tersenyum.

Mata Tania memicing tajam melihat senyuman di wajah Randi. "Dokter suka Cherisha?"tanyanya langsung. Jika Randi memilih tidak berbasa-basi, maka ia pun akan melakukannya. Lagipula baru sekarang ini ia mendapat kesempatan untuk berbicara mengenai hal ini pada dokter tampan itu.

"Menurut kamu?"tanya Randi balik.

"Dokter menyukainya."kata Tania menyatakan fakta yang dilihatnya dari mata Randi saat laki-laki itu menatap Cherisha. "Ah, bukan. Sepertinya... dokter jatuh cinta padanya."tambah Tania ragu.

Randi tersenyum. "Saya jatuh cinta pada mereka."koreksi Randi. Meskipun Tania sudah bisa melihat pandangan penuh cinta dan kasih sayang Randi pada keduanya, hal itu tetap saja membuat Tania heran. Mereka padahal belum lama kenal.

"Dokter jatuh cinta pada Rendi juga?"

"Kalau ada yang tidak jatuh cinta pada anak itu berarti otak mereka tidak beres,"kata Randi yang membuat Tania tersenyum.

"Tapi... apa itu tidak terlalu cepat? Kalian kan baru mengenal beberapa hari,"kata Tania menyatakan keraguannya.

"Apa ada teori yang mengatakan kalau kita harus mengenal seseorang dalam waktu yang lama dulu baru bisa mencintai orang tersebut?"tanya Randi.

Dulu saat pertama kali bertemu Cherisha yang berseragam putih merah, ia sudah mulai merasakan sayang pada gadis itu. Lalu saat bertemu Rendi, ia juga langsung merasakan perasaan sayang dan cinta yang begitu besar pada anak itu. Memang wajar karena Rendi adalah anak kandungnya. Tapi pada anak-anak yang lain yang menjadi pasiennya pun Randi merasakan kasih sayang pada mereka.

Makanya Randi yakin, jika perasaan kasih sayang dan cinta muncul karena Tuhan yang memberikannya. Hal itu sama sekali tidak terpatok pada seberapa lama mengenal orang itu.

Tania diam-diam merasa lega dengan pertanyaan Randi. Mungkin saja ia bisa mempercayai dokter itu untuk berada di sisi Cherisha. "Berarti dokter serius kan ingin mendekati Cherisha?"

Remember UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang