#numbe; one

141 3 1
                                    

Terimakasih bagi yang mempersempatkan waktunya untuk membaca cerita dari saya yang mungkin entah bagaimana ini. Iya, silahkan di baca. Voment, terimakasih.

Wsslm.

##

Pagi ini Syalimar Nerwana atau biasa dipanggil Sye telah diruntuki berbagai macam kesialan. Entah itu bajunya yang robek, porsi makannya yang sedikit dikurangi ibunya (menurutnya banyak), bahkan sampai ponselnya yang tergenang di genangan air di depan kampusnya. Sungguh pagi hari yang sangat sial. Namun ternyata bukan hanya itu saja, kesialan yang lainnya pun telah mengantri menunggu gilirannya dibelakang.

"Oy,".....

"ndut,".....

"gembrot,".....

"Buset dah si gajah bengkak dipanggilin kaga nengok- nengok!" Sye menggeram, ingin rasanya meninju muka tak bersalah Reyhan yang sedari tadi memanggilnyaa dengan panggilan- panggilan yang ia tak sudi mendengarnya itu.

"Berapa kali gue bilang Rey, gue ga suka dipanggil kaya gitu," bisik Sye yang menyadari kehadiran Reyhan disampingnya. Pria itu tanpa rasa bersalah tersenyum simpul dan menaruh tangan kirinya di pundak kiri Sye. Sye hanya bisa mendengus kesal.

"Makin hari makin lebar aja sih badan lo Sye," ucap Reyhan dengan suara lantangnya. Membuat beberapa orang di koridor kampus pagi itu cekikikan melihat tingkahnya. Sye masih menahan amarahnya, ia menarik nafasnya dalam, lalu menghembuskannya perlahan. "Buset Sye, kalo mau ngusir gue tuh jangan diterpa angin gini dong. Badan gue kan ga segede elu!" Reyhan menjauh limbung dari Sye bertingkah seolah terkena hembusan angin dari hembusan nafas Sye. Sye geram, orang- orang dikoridor tertawa seakan disuguhkan tontonan lawak yang lucu dan menarik.

"Reyhan ini ga lucu, dan masih pagi ya! Capek gue! Ga pengen diajak bercanda, liat sikon dong Rey!" Sye yang meluap terlihat telah berkaca- kaca matanya. Membayangkan paginya telah diruntuki segala macam hal yang membuatnya jengah. Ini masih pagi! Pikirnya begitu.

Reyhan yang tak pernah melihat Sye marah didepan umum jadi merasa bersalah. Apalagi dari sudut mata Sye, buliran air matanya akan turun. Biasanya Sye akan tertawa jayus, dan mengomelinya di kelas. Tidak seperti pagi ini. Ia makin meras bersalah.

"Sorry dong Sye.... Gue kan-" Reyhan baru ingin menghentikan buliran air mata itu jatuh, sepersekian detik Sye berlalu sambil terisak dalam. Menambah penyesalahan Reyhan.

"Duh, gue udah kelewat batas apa ya?" batin Reyhan.

##

Siang ini terasa menyesakkan bagi Desta Adrian. Bagaimana tidak? Beberapa kancing kemejanya copot, dan pengait celana bahannya tiba- tiba mental dan hilang entah kemana. Bahkan ditambah dengan kerjaan yang menumpuk dimeja kantornya. Membuat siang ini benar- benar panas. Dan sangat menyesakkan.

"Ta! Lo ga makan siang?" tanya Tobi dari cela pintu ruangannya.

Desta mengangguk, namun masih duduk di kursi kerjanya sambil berkutat dengan laptopnya.

"Lah kok ga bangun? Jangan bilang susah bangunnya," Tobi telah bersedia masuk, namun Desta segera bangkit dari duduknya.

"Mudah kan?" seru Desta bangga,

"Lah yaudah buru," Tobi yang kesal berbalik kearah pintu lagi. Namun seperti tak diikuti dari belakang ia memastikan keberadaan temannya yang bertubuh tambun itu. Ia hanya mendapati Desta yang berkutat didepan laptopnya sembari duduk kembali.

"Lo mau makan ga sih ta! Apa diet?" tanya Tobi geram.

Destaa menatapnya sebentar, lalu kembali memfokuskan dirinya ke layar laptop, "Gue mesen makanan kok elah," tangannya melambai kesamping seolah mengusir Tobi "Tutup pintunya, gerah Tob." Tobi yang kesal dengan tingkah temannya menutup kasar pintu tersebut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 14, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Our Obeshitty, Our LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang