[Special Part] Everything For You

Mulai dari awal
                                    

Nara berkacak pinggang. “Baiklah kita lihat seberapa hebat dirimu,” tantang Nara.

Sehun menyeringai. Ia mulai menampilkan keahlian mengendarai papan itu.

Bibir Nara membuka beberapa inci melihat atraksi yang ditampilkan oleh laki-laki miliknya tersebut. Nara sendiri bertanya-tanya, kenapa Sehun cakap dalam segala hal? Bahkan sesuatu yang tak dapat Nara perkirakan.

“Bagaimana?” ujar Sehun pada si gadis.

Nara membuang muka. “Well, itu sangat mudah. Pasti semua orang bisa melakukannya,” sergah Nara tak ingin kalah. Gadis itu merebut papan skateboard milik suaminya. “Aku akan mencobanya,” lanjutnya.

Alis Sehun bertaut. “Kau harus pakai pengaman dulu kalau baru belajar

Nasihat Sehun pun terputus saat ia melihat istrinya terjatuh. Oh, bukan karena skateboard tapi akibat menginjak tali sepatunya sendiri.

Nara melihat paras Sehun. Ia mendapati ujung bibir Sehun berkedut menahan kekehan. Nara yang awalnya biasa saja, lama-lama ekspresinya mencebik, apalagi lututnya kini berdarah.
Nara menangis di tengah taman yang kini ramai orang-orang.

Sehun melotot, sama sekali tidak mengira Nara akan menangis. Ia memberi kode agar Nara berhenti menangis serupa anak kecil. Langkahnya yang panjang pun segera diambil untuk menghampiri istrinya.

“Jung Nara, kenapa menangis?” tanya Sehun. Pria itu segera mengubah pertanyaannya karena rengekan Nara semakin keras. “Apa sangat sakit?” ulangnya.

Nara mengangguk. Ia mengusap hidungnya yang merah. “Aku sakit dan sangat malu,” vokal gadisnya sembari sesenggukan. Nara menunjuk lututnya yang berdarah. “Ini akan sembuh kalau ditiup,” katanya pelan.

Sehun mengusap air mata Nara yang jatuh. Ia juga menyentuh hidung Nara yang merah. Tanpa berpikir dan menyingkirkan logikanya, Sehun meniup luka yang ada di lutut Nara. Kalau saja orang lain yang memintanya bertindak sebodoh itu, pasti Sehun sudah menolaknya atau memarahinya. Tapi, ini Jung Nara yang meminta. Tentu saja berbeda.

-oOo-

Your Weakness

D

aniel tak dapat menyembunyikan tawanya saat memasuki ruang kerja utama Sehun di The Three Clouds. Pemuda itu tidak habis pikir, bagaimana bisa CEO mereka yang begitu tegaskini justru diam saja saat sang istri mengecat kukunya?

Daniel menanggapi tatapan tajam Sehun dengan kekehan yang semakin keras. Ia ikut duduk di sofa bersama sepasang suami istri itu. Daniel mengamati Nara yang rupawan hari ini. Gadis itu sibuk menghias kuku Sehun.

“Aku tidak percaya kau diam saja, Hyung. Apa dinginnya Oh Sehun sudah meleleh karena wanita?” kelakar Daniel.

“Tutup mulutmu, Kang Daniel,” gumam Sehun datar.

“Kenapa dia bisa menurut seperti ini?” tanya si pemuda pada Nara yang sibuk memilih warna cerah untuk kelingking suaminya.

Nara tersenyum. “Tadi malam dia kalah bermain denganku. Dia janji untuk mengabulkan satu keinginanku.”

“Memangnya, apa yang kalian mainkan?” selidik Daniel.

“Catur,” ucap Nara singkat, kini menggambar titik kecil di kuku Sehun.

“Tidak mungkin,” sergah Daniel. Alisnya naik satu. “Hyung-ku ini bahkan pernah menang turnamen

Ya, Kang Daniel! Kenapa kau tidak selesaikan pekerjaanmu saja, malah bergosip di sini,” potong Sehun.
Sehun membolakan mata pada sepupunya. Ia bahkan memberikan isyarat agar tetap diam.

[Sehun Fanfiction] Dear Husband - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang