"My Dear. Cameron, baby. Mengapa kau tidak memberitahuku...." ucapan Adele berhenti ketika tatapannya berhenti kepada Reynald.

Reynald menatap Adele dengan syok. Sepertinya, pria ini sama sepertiku tidak mengetahui akal bulus Adele. "Adele? Mengapa kau memanggilnya dengan sebutan baby?" tanyanya dengan bingung. "Dan apa yang kau lakukan disini?"

"Aku... aku..." ujar Adele dengan terbata - bata.

"Bisakah kau jelaskan semua ini, Miss Taylor?" tanyaku dengan dingin. "Mengapa pria di depanku ini bisa mengatakan kalau dia merupakan pacarmu, sedangkan aku sendiri juga adalah pacarmu?"

Adele menatapku dan Reynald bergantian dengan wajah panik. "Cameron, baby. Aku tidak mengenalnya sama sekali."

Aku menaikkan alisku. "Lalu mengapa dia mengatakan kalau kau adalah kekasihnya?"

Adele segera mendatangi dan memegang wajahku dengan jarinya yang rapi. "Honey, jangan mempercayainya. Aku hanya mencintaimu. Dia berbohong kepadamu."

"Berbohong?" tanya Reynald dengan nada marah. "Untuk apa aku berbohong."

Aku menggelengkan kepalaku dan segera melemparkan Adele beberapa fotonya dengan pria lain. Wajah Adele memucat ketika melihat foto – foto tersebut. "Apakah kau masih ingin berbohong lagi?"

Tangan Adele tampak gemetaran. "Cameron, maafkan aku. Kumohon!" ujarnya bersimpuh di kakinya.

Aku menatapnya dengan dingin "Sepertinya hubungan kita harus sampai di sini saja, Miss Taylor." Aku segera berdiri dari kursiku. "Tenang saja, aku tidak akan melukai keluargamu," ucapku tenang. "Untung saja ibumu adalah orang baik Miss Taylor."

"CAMERON LEGROSS!" teriak Adele dengan marah. "Kau tidak bisa membuangku setelah apa yang kulakukan selama tiga tahun ini."

Aku berhenti di tengah jalan. "Kau tahu Adele Taylor. Hal yang paling kusyukuri adalah aku tidak pernah memperkenalkanmu kepada publik." Aku menatap Reynald dengan kasihan. "Kurasa Mr McKinley, kau sudah tahu kelakuan macam apa pacarmu itu."

Lalu, aku meninggalkan Adele tanpa menoleh kebelakang lagi. Dan aku merasakan suatu beban terangkat dari pundakku. Seketika itu, aku tahu keputusanku untuk memutuskan Adele adalah tepat.

*******

Aku masuk ke dalam mansion milik keluargaku dengan lelah. Aku menatap jam yang menunjukkan pukul tiga pagi. Beberapa pegawaiku memberi hormat kepadaku. Saat aku hendak berjalan menuju kamarku, asisten dad - Lance mendatangiku.

"Mr LeGross, maafkan mengganggu tapi...."

"Aku tahu," ujarku mengusirnya, segera berbalik arah menuju ke ruang kerja father. "Father." Aku menyapanya dengan tegang. Ayahku masih mengenakan pakaian formal lengkapnya walaupun jam sudan menunjukkan larut malam.

Father meletakkan bolpennya dan menatapku. "Baru saja aku menerima pesan dari ayah Adele kalau kau memutuskan putrinya. Boleh tahu apa alasan mendadakmu itu?"

Aku berusaha keras tidak memutar bola mataku, melakukan itu berarti bentuk ketidaksopanan menurut standard father. "Aku baru saja menemukannya berselingkuh dengan pria itu."

Wajah father tampak tidak terkejut mendengar perkataanku. "Biarkan dia bersenang - senang dengan pria lain. Tapi, saat dia menjadi istrimu - Miss Taylor tidak akan berani untuk bermacam - macam dengan pria lain."

Aku terdiam beberapa saat untuk meresapi perkataannya. "Apa dari awal kau sudah tahu kalau Adele sering berselingkuh dariku?" tanyaku dengan marah.

"Dia adalah calon istrimu tentu aku harus mengawasinya."

"Mantan," ujarku dengan dingin. "Dan aku menolak untuk kembali dengannya. Kau dengar itu."

"Well, dia adalah anak dari keluarga tersohor di London. Memiliki pendidikan yang tinggi dan dia tahu tata krama bangsawan. Dia adalah calon istri yang tepat untukmu," ujar father. "Lagipula, kau sudah tidak memiliki waktu untuk mencari calon penganti baru, Cameron."

Aku menatap dad dengan tidak percaya. Rambut keabuannya masih tersusun dengan rapi, matanya yang kehijauan tampak sama persis denganku. "Tenang saja, sebelum berumur delapan belas tahun, aku pasti akan mendapatkan calon istriku. Jika, itu yang kau takutkan."

"Berarti empat bulan lagi," ujar father tersenyum. "Kalau kau sampai tidak menemukanya, aku sendiri yang akan mencarikanmu jodoh."

"Itu tidak akan terjadi, father," ujarku dengan sinis. "Kalau kau berkenan, aku harus beristirahat terlebih dahulu karena sejak tadi pagi - aku sudah melakukan perjalanan jauh."

"Pergilah!" usir father pelan.

*******

"Cameron," bisik sebuah suara di telingaku. "Cameron LeGross."

"Grandmother, biarkan aku tidur sebentar lagi," ucapku mengambil bantal lainnya dan menutup kepalaku.

"Cameron LeGross, jika kau tidak bangun dalam hitungan kesepuluh. Grandmother akan mengguyurmu dengan air dingin!" bentaknya.

Aku segera bangun dari tidurku dan menatap Grandmother dengan jengkel. "Bagaimana orang tua menjengkelkan sepertimu merupakan keturunan bangsawan?" tanyaku dengan frustasi.

"Bagaimana orang malas sepertimu adalah cucu seorang bangsawan?" balas Grandmother dengan cerdik.

"Apa maumu?" tanyaku kembali merebahkan kepalaku di atas bantal.

"Apa begitu caramu berbicara dengan nenekmu, Cammy?"

"Jangan menyebutku dengan nama menjijikan itu," ujarku dengan jijik. "Apa yang kau inginkan Grandmother ku yang cantik hingga kau berbaik hati mengunjungiku sepagi ini?"

"Aku mendengar informasi kalau kau putus dari Adele Taylor?" tanya Grandmother menatapku dengan penasaran.

Aku meruntuk pelan. Apakah tidak ada sesuatu yang bisa kurahasiakan dari mereka semua. Sepertinya, aku tidak dapat memiliki privasi sama sekali. "Ya. Apakah kau puas?"

"Tentu saja tidak. Karena anakku yang arogan telah memilih calon pendampingmu yang baru, Bianca Grimm. Dan, perempuan muda itu sama menjijikannya seperti Adele Taylor. Grandmother tidak bisa membiarkanmu berakhir dengan perempuan seperti itu."

"Terima kasih atas informasinya grandmother," ucapku menarik nafas panjang. Sepertinya, dad bergerak sangat cepat. "Apa kau memiliki ide supaya aku dapat menemukan calon istri normal dalam waktu kurang dari empat bulan?"

Grandmother mengerjapkan matanya kepadaku. "Bagiamana kalau menjadi anggota chatting group di sebuah website?"

"HA?" Aku menatap Grandmother dengan syok.

"Bukankah remaja jaman sekarang menyukainya?" tanya Grandmother dengan tatapan inosen. "Bahkan, aku sendiri juga memiliki akun disana."

"Grandmother. Bisakah kau memiliki ide yang sedikit normal?"

*******

His Royal Bride (FINISH)Where stories live. Discover now