Chapter 2 : Lo Nggak Ngabarin

6.1K 711 31
                                    


Win menata buku diktat, tumpukan fotokopian dan kertas binder di atas meja belajarnya. Tiba-tiba dia merindukan kamarnya yang besar dan dilengkapi TV. Meja belajarnya yang sekarang hanya cukup untuk setumpuk buku dan laptop, bahkan untuk meletakkan mouse laptop pun tidak cukup.

Mulai besok dia berangkat ke kampus tidak dari rumah, melainkan dari apartemen. Dia menebak-nebak kira-kira Bright naik apa ke kampus? Selama ini dia belum pernah mencari tahu bagaimana Bright pulang pergi dari kampus ke apartemen.

"Apa gue nebeng Bright aja ya?" Win menimbang-nimbang sebelum bicara pada Bright, "Ah tapi gimana kalo ternyata dia naik motor? Gue kan nggak punya helm."

Win beranjak menuju kamar Bright, tapi dia menghentikan langkahnya di depan pintu. Ketika tangannya sudah bersiap mengetuk, lagi-lagi keraguan menyelimutinya. Win pun mengurungkan niatnya dan bergegas ke dapur.

Salah langkah rupanya. Di sana Bright dan Mike sedang sibuk mengerjakan tugas di laptop. Win berpura-pura mengambil minum di kulkas.

"Hei," sapanya, lalu bersandar di kulkas, "Ngerjain tugas?"

Bright menguap lebar, "Iya, gue lupa besok harus ngumpulin tugas ini."

"Prokrastinator." timpal Mike.

"Kayak lo enggak prokrastinator aja, Mike. Suka nunda-nunda kerjaan sampe saat terakhir."

"Udah, udah." Win meletakkan gelas di tengah meja untuk menghentikan cekcok tidak penting antara Bright dan Mike.

Win memberanikan diri untuk bertanya tentang tebengan ke kampus meskipun tangannya berkeringat dingin karena gugup.

"Ngomong-ngomong, besok ke kampus..."

"Win, lo bareng gue aja." Khao berjalan santai ke dalam dapur, sambil menarik kursi makan di samping Mike, "Fakultas kita kan sebelahan."

Sial.

"Bukannya sebelahan sama Bright dan Mike juga?"

"Yaiya sih," Khao tersenyum kecut, "Tapi nggak papa, lo bareng aja sama gue. Oke?"

Gagal rencananya berangkat kampus bersama gebetan, "Oke. Thanks ya, Khao."

"Anytime, bro."

Win masih berdiri di dapur, menunggu komentar dari Bright. Tidak biasanya pria itu diam membisu. Apa mungkin tugas yang dikerjakannya terlalu banyak?

"Gue tidur duluan ya." Win pamit karena tidak mau mengganggu kesibukan Bright dan Mike. Kedua pemuda itu hanya melambaikan tangan, bahkan tidak mengalihkan pandangan dari layar laptop.

***

Tengah malam Win terbangun. Tangannya meraba kasur untuk mencari remote AC. Entah apa yang terjadi karena AC kamarnya mendadak mati, meskipun penanda di remote masih menyala.

Dengan mata setengah terpejam, Win menuju dapur mencari minum dingin. Siapa sangka lampu dapur masih menyala dan Bright belum selesai mengerjakan tugasnya.

"Kok belum tidur?"

Bright menoleh sekilas. Kedua manik matanya memerah dan sudah tidak ada lagi seulas senyum di bibirnya.

"Belum selesai." Kemudian dia kembali fokus mengetik.

Win menarik kursi di hadapan Bright, "Gue temenin."

"Nggak usah lah. Muka lo udah kayak bantal gitu. Tidur sana."

Dia tidak peduli. Kapan lagi dia bisa menunjukkan bentuk perhatiannya pada orang yang dia suka. Meskipun hanya menunggu Bright menyelesaikan tugas, Win tidak masalah.

[BrightWin] Mulai Sekarang Kita Tinggal Bareng (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang