Wisha Halima (3)

1.2K 62 0
                                    

Hidupku sudah kembali seperti sedia kala. Aku menjalani aktivitasku sebagai model lagi dan berhasil melupakan pria itu.

Aku bahagia dengan hidupku yang sekarang. Walaupun terkadang kenangan masa laluku bersama kendra muncul, bram selalu disampingku untuk membantuku berusaha melupakannya kenangan tersebut.

Benar, bram menepati janjinya padaku. Bram selalu ada ketika aku sedih, maupun bahagia.

Lucunya, sekarang aku merasa sepi jika sehari saja tidak mendengar suara bram. Apa aku sudah membuka hati untuk bram? Apa aku sudah jatuh cinta dengannya?

"Hei, ngelamunin apa sih?", tanya bram menghentikan lamunanku.

"Bisa ga sih datang gausah bikin kaget? kalo aku punya penyakit jantung gimana?", cerca ku pada bram yang sekarang hanya menyengir kuda.

"Maaf. Lagian kamu ngelamunin apa sih? serius banget kayanya. Apa jangan-jangan kamu lagi ngelamunin aku ya??", goda bram dan berhasil membuatku salah tingkah.

"Ihh, kamu kepedean deh!",

"Hehehe, gpp dong. Daripada minder?",

Aku tertawa melihat sikap lucunya. Sungguh, aku rasa aku benar-benar jatuh cinta pada bram.

"Sha", panggil bram dengan nada serius.

"Aku mau melamar seorang perempuan",

Jlebb! Hatiku terasa seperti di terkam banyak pisau. Sakit, sakit sekali. Aku baru saja membuka hati untuk bram, tapi ternyata?

Apa kalimat bram yang menyatakan ia akan selalu disisiku hanya bercanda? Lalu bagaimana dengan hatiku yang mengaharapkan cinta bram?

"Siii..siapa?", tanyaku tergagap.

"Dia salah satu model di sini. Aku sudah mengenalnya lama.", jawabnya.

"LALU UNTUK APA KAU MENGATAKAN INGIN SELALU BERADA DISAMPINGKU? UNTUK APA KAMU MENGATAKAN JIKA KAMU MENCINTAIKU? UNTUK APA KAMU MENGATAKAN SEMUA ITU JIKA KAMU TIDAK MENEPATINYA? UNTUK APAA???!!", aku berteriak pada bram.

Aku melupkan segala isi hatiku pada bram. Sungguh, aku tidak bisa memendam perasaan ini lagi. Aku.. aku sudah benar-benar jatuh cinta pada bram.

Dengan gerakan cepat aku pergi meninggalkan bram yang terkejut mendengar perkataanku. Aku pergi dengan air mata yang mengalir deras dipipiku.

                                     ***

Sudah seminggu aku mengurung diri di apartementku. Semua panggilan telfon dan sms dari bram aku tolak. Hatiku terlalu sakit untuk mendengar suara bram.

Tiba-tiba saja ponselku berdering. Aku berniat ingin mengabaikannya. Tapi melihat siapa yang menghungiku, akupun mengangkatnya.

"Halo", sapa seseorang disebrang sana. Sandara. Ya, hanya dengan sandaralah aku berbicara seminggu ini.

"Kenapa?", tanyaku dingin.

"Sha, bram sha. Bram..", ucap dara dengan suara tercekat.

"Kamu kenapa? bram kenapa?", tanyaku panik.

"Bramm, kecelakaan mobil sha..", jawab sandara yang membuatku lemas seketika.

"Kkkaamu, ber..candakan, dara?",

"Aku serius sha. Dan.. dann..", ucap dara menggantung.

"DAN APA?!", teriakku tak sabar pada dara.

"Dan nyawa bram tidak terselamatkan sha",

Aku hanya bisa menangis. Aku tidak siap untuk kehilangan bram. Tidak, bram tidak boleh meninggalkanku.

Perempuan Di Atas Rata RataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang