"Kita akan memburu target pertama." ajaknya, tersenyum. Alih-alih membalas senyuman, Kai malah merinding lagi.

"Oke, tapi kenapa kita ke atas?" Segera setelahnya Kai kini dipaksa mengikuti tempo cepat langkah Beomgyu menuju ke atas, anak tangga demi anak tangga dilewati dan tak jarang pun dilompati.

"Kita tidak akan mencarinya dengan menyusuri jalan seharian, Kai, jadi kita harus ke tempat tinggi untuk bisa memeriksa jalanan." Beomgyu merogoh sakunya dan mengeluarkan lock pick, berkatnya dengan mudah ia dapat membobol pintu ke rooftop motel ini.

Kai mengangguk-angguk, itu terdengar masuk akal, untuk sekarang. "Tapi kau bilang kau tidak tahu namanya?"

"Iya."

"Lalu bagaimana kita tahu yang mana dan dimana?"

Angin pagi berhembus dan matahari segera menyapa mereka begitu keduanya berhasil mecapai atap. "Tukang pukul bekerja dengan cara disewa, Kai. Mereka dibayar sejumlah uang untuk memukuli sandera jika butuh memeras jawaban. Tapi seringkali korban dari klien mereka akan membalaskan dendam pada si tukang pukul meski itu bukanlah masalah pribadi. Semakin terkenal, semakin mudah ditemukan." jelas sang mata-mata, Kai dapat melihat pengalaman dari bagaimana Beomgyu menjelaskan.

"Oh, aku tahu! Aku selalu menghindari satu gang sempit karena selalu terjadi perkelahian disana." tukas Kai seketika, matanya berbinar, sangat antusias dengan usul yang ia miliki. "Baguslah, dimana?" dan rekannya yakin, Kai tidak akan mengecewakan.

Huening Kai pasti sudah tahu seluk-beluk daerah ini dengan baik karena ia pencopet yang handal. Ia harus bisa memikirkan rute yang tepat jika sampai ia nyaris tertangkap. Maka dari itu, Beomgyu camkan, Huening Kai tidak akan mengecewakan.

"Baiklah, tunggu apa lagi?" ajak Beomgyu, namun Kai tidak bergeming, ia tetap berada disana dengan wajah bingung. "Arahnya salah? Bukankah kita harusnya turun ke bawah menuju gangnya? Gangnya terletak beberapa blok dari sini saja kok." Kai menatap tangganya.

"Begini, jika kita akan mencari si tukang pukul yang tengah berkelahi, kita tidak mungkin muncul di hadapannya, bukan?"

✖✖✖

Beomgyu mengambil ancang-ancang, menekuk lutut kirinya sedikit sebelum akhirnya kaki kanan memberikan dorongan. Selepas itu, ia berlari lalu terbang. Ia terbang sesaat melewati sebuah gang, dengan melompat menuju atap gedung di bagian belakang motel. Dan ia berhasil, itu bukanlah hal besar untuk Beomgyu.

Tapi berbanding terbalik dengan lelaki blasteran itu, yang berdiri saja, kakinya semakin bergetar. "Hyung, kau gila?" teriak Kai, setengah kesal dan setengah tidak percaya.

"Tidak, aku hidup." balas Beomgyu, dan ia masih punya nyali untuk tertawa. "Huening Kai, lakukan apa yang telah kulakukan tadi." titahnya pada anak muda itu.

"Hyung, terus bagaimana kalau aku akan jatuh?" Kai mendekat ke tepian, dan ketinggian yang ia lihat sudah bisa membuatnya mual.

"Semakin berpikir kau akan jatuh, semakin memungkinkan untuk terjadi. Lakukan saja, aku ada disini."  Beomgyu berdiri sejajar dengan Kai, tepat di tepian lainnya.

Kai meremat celana kainnya. Ia tahu trik psikologi ini, kekuatan pikirannya yang akan menentukan hidup dan matinya untuk sekarang. Ia pun melangkahkan kakinya untuk mundur, mengambil ancang-ancang.

Four Aces and The Joker || TXTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang