✖ Encounter

1.6K 169 23
                                    

"Kita tidak punya banyak waktu." Polisi-polisi itu kembali berlalu-lalang di depan meja-mejanya, sementara mereka berpikir keras. Teror ini sudah keterlaluan, dan ini hanya sebuah permulaan.

Mereka sudah kehilangan begitu banyak personil dalam satu kasus, dan mereka harus meminimalisir kejadian itu terulang kembali.

"Kau sudah beri makan tahanannya?" tanya salah satu dari mereka, yang dijawab gelengan berdamping erang, "Belum!" terdengar kesal entah pada siapa.

Polisi itu kemudian mengambil piring keramik, diisinya dengan kentang tumbuk dingin, kacang polong rebus dan ayam panggang yang kekurangan garam - ia menyebut ini hidangan mewah untuk tahanan.

"Hey, bocah. Makan malam." ucapnya seraya menggedor-gedor jeruji besi tak beradab. Piring itu digelosorkannya melalui celah kecil di bawah jeruji.

Awalnya lelaki berambut golden ash itu memang tidak bergeming sejak polisinya datang, namun setelah polisi itu hendak pergi, ia segera bangkit, "Bisakah kau berikan aku apel saja? Satu apel dalam kondisi yang bagus, tidak busuk di tiap jengkalnya." ternyata ia tidak kuasa menghabiskan "hidangan mewah" yang disajikan.

"Sayang sekali, nak, ini penjara, bukan restoran." balas polisi tersebut lalu melenggang.

Lelaki muda itu mendengus, lalu mengambil piringnya, aku hanya minta satu apel, saja, keluhnya sekali lagi dalam hati.

Tapi tidak apa, aku akan segera keluar dari sini.

✖✖✖

"Hey, tuan, rompimu bagus sekali!" pujinya dengan suara riang, berjalan santai di malam hari sembari menyapa nyaris semua orang yang melewatinya. Tersenyum lebar, matanya menyipit, dan sesungguhnya bocah itu tampak begitu manis.

Mungkin atensinya terlalu tersita pada beberapa orang yang ia sapa, dan ia tidak melihat ke depan. Tanpa ia prediksi, polisi bertubuh tambun tinggi besar berada di hadapannya, dan lelaki muda itu menabraknya.

"Ouch, ah, haha, hi officer, menikmati malam anda?" tawanya kaku, ini sudah kepalang ketahuan. "Ya, tapi sayangnya pencopetan ini harus segera berakhir, tuan Huening Kai." Kata-kata dari polisi itu membuat orang di sekitar segera terkesiap menatap mereka.

"Aku tidak mengerti apa yang tengah anda bicarakan?" Kai tertawa gugup dan melangkah mundur, oh tidak-tidak, ini tidak ada dalam skenario di kepalanya. Polisi itu dengan segera menangkap pergelangan kaki kanannya, menyeret Kai dan membuatnya tergantung di udara ... secara terbalik.

"Ya tuhan! Astaga! Kau tidak bisa melakukan ini, aku masih anak-anak, dan kau tahu? Darah yang mengalir di tubuhku akan terkumpul di kepala dan aku bisa meninggal dengan keadaan wajah merah!" Kai mengoceh terus-menerus, ia tidak akan menang melawan fisik orang ini, setidaknya ia harus bisa memanfaatkan keadaan psikologinya.

Tidak ada yang tahan dengan lelaki muda yang manis, kan?

"Pencopet ulung yang memiliki mulut manis hm, Huening Kai?" Polisi itu malah menggoyang-goyangkan tubuh bocah itu dan serangkaian gelang emas maupun jam tangan mahal berjatuhan dari balik mantel Kai.

Oh, lupakan, perlawanannya gagal.

"Itu jam tanganku!"

"Gelang berhargaku!

"Dompetku!!"

Suara para pemilik dari barang itu mulai bersahutan.

Melihat tatapan yang dilayangkan padanya, Kai pun akhirnya berhenti memberontak dan memutuskan untuk diam, "haha, sial." desisnya.

✖✖✖

"Anak ini, benar-benar!" Polisi itu membanting Kai ke dalam penjara, atau mungkin bocah itu terbanting karena tubuhnya begitu ringan.

Four Aces and The Joker || TXTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang