#2 - Pengepungan

3 0 0
                                    

Pagi hari sekali bahkan sebelum matahari terbit Radamel sudah terbangun. Entah mengapa dia begitu bersemangat untuk melakukan suatu perbuatan keji ini. Seakan-akan ada yang memberikan semangat padanya. Dia mempersiapkan barang-barang yang akan dia bawa dalam misi, yaitu senjata jarak dekat bernama Karambit dan Katana yang akan ia sembunyikan didalam tas.

Tepat jam 9 AM, satu jam sebelum aksi perampokan akan dimulai Radamel sudah berada di markas perampok. Disana sudah ada Dio dan Dean, mereka sudah mempersiapkan semuanya, bahkan alat-alat canggih pun sudah siap dibagikan.

Dean memberikan Radamel sebuah alat kecil, bentuknya panjang dan terbuat dari besi, diujungnya terdapat sebuah kabel lengkap dengan speaker kecil serta microphone mini.

"Apa ini?"

"Ambil saja dan pasangkan, ini yang akan menjadi acuan kita saat beraksi, usahakan jawab dan informasikan keadaan!" jawab Dean.

"Maksudnya ini "

Dio memotong ucapannya, "Iya, ini alat komunikasi kita nanti."

Radamel mengangguk mengerti, dia mencoba alat komunikasinya, apakah menyala atau tidak.

Tak lama kemudian Dean mendorong sebuah box besar, terlihat berat, memang berat. Disana tertulis Jangan Dibuka Jika Tidak Ingin Celaka, dia sudah menduganya kalau itu berisikan senjata. Matanya tertuju pada box itu, ia terus melihatnya sampai Dean mengeluarkan sebuah senapan.

"Ini ambillah! mungkin kau tidak butuh ini, tapi ambil saja untuk pegangan," ujar Dean sambil memberikan pistol mitraliur.

"Wowowo, aku tidak bisa menggunakannya," balas Radamel menolak.

"Ayolah bro, sekarang kau seorang perampok, cobalah dulu," bujuk Dean.

Radamel tidak bias melakukan penolakan lagi, ia merasa malu jika melakukannya lagi. Seperti tindakan bodoh, sudah diberi yang terbaik masih menolak. Selain kedua peralatan penting tadi, Dean juga memberikan satu lagi yang lebih penting.

"Privasi! jangan sampai orang-orang tahu identitas kalian, ambil dan pakailah topeng dan kain penutup kepala ini!" perintah Dean.

Semua sudah dipersiapkan, mereka bergegas pergi menuju target. Dio akan menyamar sebagai seorang pemuda yang mengenakan jaket, dia membawa gitar dan menutup kepalanya dengan tudung, dia juga mengenakan jaket hitam, tepatnya berpura-pura sebagai pengamen jalanan.

Pukul 10 AM, sudah waktunya perampokan terjadi. Dean dan Jordi memberikan aba-aba penyerangan. Radamel Bersama Dean dibelakang, mereka memasang peledak di tembok Gudang emas, hanya butuh aba-aba lagi maka seisi Gudang akan terlihat. Mereka berdua menunggu laporan dari Dio yang berjaga di depan.

"Bagaimana keadaannya?"

"Sesuai rencana, tidak ada yang harus dicurigai, sepertinya tidak ada pihak berwajib disini, kecuali satpam yang nantinya akan ku bungkam."

"Kalau begitu lanjutkan!"

"Oke, Just do it!" ucap mereka bersamaan.

Dean membakar sumbu peledak, sumbu yang cukup Panjang ini hanya membutuhkan 10 detik sampai benar-benar meledak. Keduanya mundur beberapa langkah, Dean mengeluarkan pistol mitraliurnya untuk mengantisipasi, dia mengintruksikan Radamel untuk mempersiapkan kantungnya.

3 2 1 Duarrr

Tembok seketika menjadi keropos dan terbentuklah sebuah lubang yang cukup besar. Ledakan itu membuat seisi Bank kaget, mereka ketakutan dengan apa yang terjadi, listrik langsung padam sehingga semua kegiatan didalam menjadi terhenti. Beberapa karyawan mencoba mendekat untuk mencari tahu apa penyebab ledakannya, tapi baru saja beberapa langkah sudah disambut oleh peluru tajam.

Nasib baik dia, pelurunya meleset, hanya saja dia terkaget dan menuju Pos Satpam untuk melapor. Tidak ada pemborosan waktu, radamel langsung memenuhi dua kantung tas dengan emas batangan, dia hanya membutuhkan waktu kurang dari lima menit. Bagian Gudang sudah dikuasai, begitu juga dengan bagian depan, dua Satpam sudah ditumbangkan. Dengan ini pengepungan sudah terjadi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The FalchionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang