Bagian 6

8.6K 1.5K 65
                                    


"Tante Luna, aku kangen banget." Aleta memeluk tante yang sangat disayanginya itu. Hari minggu ini, dia memang meminta Pak Joko untuk mengantarkannya ke Bogor, ke rumah Tantenya—Laluna. Sebelum tinggal bersama dengan Zyan satu setengah tahun ini, Aleta dibesarkan oleh adik mamanya.

"Tante juga kangen sama kamu. Kamu sehat, kan?"

Aleta mengangguk.

"Ayo duduk sini. Tadi waktu kamu bilang mau ke sini, Tante udah masakin makanan kesukaan kamu. Tumis pare teri medan."

Wajah Aleta langsung berbinar. "Udah lama banget nggak makan itu, Tan. Mas Zyan nggak suka pare. Jadi di rumah makanannya nggak pernah ada pare."

Laluna tersenyum sambil mengusap kepala keponakannya itu. "Gimana Zyan?"

"Ya kayak biasa sih, sibuk kerja. Sibuk juga mikirin nilai aku yang katanya rata-rata banget. Emang salah ya, Tan?"

"Salah apa?"

"Dapet nilai rata-rata."

Laluna tertawa. "Mas kamu kan hobinya belajar, dia maunya nilai kamu di atas rata-rata kayak dia." Itu juga alasan kenapa akhirnya papa Aleta memintanya untuk tinggal bersama dengan Zyan, bukan tinggal di Bogor bersama dengan Laluna. Karena nilai-nilai akademik Aleta saat SMP biasa-biasa saja. Papanya tidak bisa membawa Aleta tinggal bersama di rumah, akhirnya Aleta tinggal bersama Zyan. Lagipula mereka dekat, sejak kali pertama Zyan bertemu Aleta, laki-laki itu seperti memikul tanggung jawab sebagai seorang kakak.

"Kamu sering ketemu Mama Sekar, nggak?" tanya Laluna.

Aleta menggeleng. Mama Sekar adalah ibu Zyan. Orang yang paling membencinya, beberapa kali mereka bertemu berakhir dengan Aleta yang menangis tersedu-sedu. Laluna memandang wajah keponakannya yang berubah sedih. Sebenarnya dia tidak mau melepaskan Aleta ke keluarga Rahadjiwa, dia tahu bagaimana perangai Sekar, istri pertama Agung Rahadjiwa itu. Namun, setelah mendaftarkan Aleta sebagai anaknya secara resmi, hak asuh tentunya jatuh pada Agung. Untungnya, Zyan Rahadjiwa anak satu-satunya dari pernikahan Agung dan Sekar, menyayangi Aleta.

Zyan benar-benar menjalankan pernannya sebagai kakak yang baik untuk Aleta, dia bahkan pernah bertengkar dengan mamanya saat memutuskan untuk tinggal bersama Aleta. Zyan pernah berkata padanya, kalau dia membenci Diva yang telah merebut papanya dari sang mama. Namun, dia tidak bisa memutus darah. Aleta memiliki darah Rahadjiwa, Aleta adiknya dan dia tidak bisa membuang adiknya begitu saja. Laluna benar-benar salut dengan pemikiran Zyan yang begitu dewasa.

"Kakak kamu itu nggak ada pacar, ya? Kerja mulu."

Aleta menaikkan alisnya. "Mas Zyan? Pacaran? Aduh Tan, aku kasihan sama pacarnya, pasti dicuekin mulu."

Laluna tertawa. "Tapi dia udah tua, lho."

"Emang."

"Nggak mau nikah?"

Aleta mengangkat bahu, Aleta juga tidak tertarik dengan hubungan percintaan kakaknya. "Gio mana, Tan?" tanya Aleta. Gio adalah anak laki-laki Laluna yang usianya sepuluh tahun.

"Ikut papanya mancing."

"Uh, si Om tetep ya kerjanya mancing. Ayo makan Tan, aku laper, nih."

"Yuk, ke dapur."

Setelah makan siang, dan berbagi banyak cerita dengan Laluna, Aleta berjalan mendekati piano yang ada di ruang tengah. Dia duduk di kursi sambil mengusap tuts-tuts piano itu. Piano ini salah satu peninggalan mamanya. Dulu saat mamanya masih hidup, Aleta sering diajak duduk di sini, mendengarkan mamanya yang bermain piano sambil bernyanyi. Aleta mulai memainkan piano itu. Dia memainkan lagu Jealous dari Labrint.

Cause I wished you the best of

All this world could give

And I told you when you left me

There's nothing to forgive

But I always thought you'd come back, tell me all you found was

Heartbreak and misery

It's hard for me to say, I'm jealous of the way

You're happy without me

Laluna melipat tangannya di depan dada, dia memandang keponakannnya yang sedang menyanyi dengan suaranya yang begitu indah. Keponakannya ini benar-benar mirip dengan kakaknya. Laluna kadang merasa hidup ini begitu keras untuk Aletanya yang begitu polos. Saat tahu kakaknya menjalin hubungan dengan Agung dulu, Laluna benar-benar menantang. Namun kakaknya sudah jatuh dalam pesona Agung, hingga harus menanggung semuanya, termasuk menerima cacian dari seluruh masyarakat Indonesia, merelakan kariernya hancur begitu saja, hingga harus meninggal karena depresi.

Saat pertama tahu kalau Aleta juga memiliki bakat seperti mamanya, Laluna sempat menentang keinginan Aleta, namun dia tahu itu hanya akan membuat Aleta kehilangan apa yang dia inginkan. Lagipula Diva hancur bukan karena kecintaannya pada musik, tetapi karena dia salah bergaul. Laluna tahu Agung dan Zyan berusaha menjauhkan Aleta dari dunia musik, namun mereka terlambat, karena sejak tinggal bersama Laluna, Aleta sudah mengikuti kelas musik. Dan Laluna berjanji akan membuat Aleta menjadi penyanyi yang sukses dan menjaganya agar tidak salah bergaul seperti kakaknya dulu.

******

Hari minggu ini, Kala disibukkan dengan kegiatan bersih-bersihnya. Sejak pagi dia membersihkan kamar kosannya, juga mencuci semua baju-baju kotornya. Kala juga memasak makanan sederhana untuk dirinya sendiri. Sebenarnya minggu ini dia ada janji dengan Satria, namun ternyata pacarnya itu harus lembur di kantor.

Akhirnya Kala memutuskan untuk bersantai dikosannya saja sambil menonton drama Korea. Dia bukan pecinta drama Korea sebenarnya, tetapi drama yang sedang ditontonnya ini ceritanya cukup seru dan menguras emosi. Menceritakan tentang pasangan suami istri yang bekerja di kantor dan tim yang sama, di mana suaminya ini berselingkuh dengan salah satu anggota timnya.

Episode demi episode Kala dibuat bertanya-tanya tentang siapa yang menjadi selingkuhan suami si tokoh utama. Kalau kata Ayumi, tebak-tebakkan pelakor. Kala tahu drama ini juga dari Ayumi yang memang menggilai Korea.

Pukul dua siang, Kala mendapat telepon dari Satria, Kala segera menangkat panggilan itu. "Kamu masih di kantor?" tanya Kala.

"Iya, kayaknya sampe sore. Kamu masak apa tadi?"

"Tahu cabe garam sama tumis kacang panjang aja."

"Huh, aku kangen masakan rumah," keluh Satria.

"Kan aku udah bilang, kamu mending langganan ketering daripada makan nasi padang terus."

"Maunya masakan kamu."

Kala tersenyum. "Manja banget, sih."

"Nggak papalah manja sama pacar sendiri."

"Oh ya, Sat, ada berita baik, nih."

"Apa?" tanya Satria penasaran.

"Aku diminta jadi wali kelas. Sementara sih, gantiin seniorku yang cuti melahirkan. Tapi seneng aja dipercaya kepala sekolah," cerita Kala penuh rasa bahagia.

"Oh, kirain apa. Udah dulu ya, Kal, aku lanjut kerja dulu."

Setelah panggilan itu diakhiri, Kala termenung. Kenapa dia merasa Satria baru saja menyakitinya?


*******


Happy reading

Tentang Mimpi (BISA DIBACA DI GOOGLE PLAYBOOK)Where stories live. Discover now