13. Pengakuan Cinta

5.6K 250 16
                                    

Kini Sandra sudah berada di dalam peraduan milik Dominic Alexandre Jhonson. Dia menyalakan lampu dan menatap sekeliling. Kamar yang rapi. Ruangan itu lagi-lagi didominasi dengan warna cokelat dan perpaduan panel kayu-kayuan di bagian langit-langit kamar. Tak ada jendela ataupun ventilasi membuat tempat ini jadi sedikit lembab. Ukurannya sama besar dengan kamar Sandra bahkan desain interior pun nyaris sama, tetapi entah kenapa terasa berbeda. Nuansa maskulin begitu kentara di sini.

Saat pertama kali masuk tak ada hiasan dinding apa pun yang bisa dilihat selain sebuah foto berukuran besar sang konglomerat muda yang tampan. Gambarnya hanya sampai setengah badan dengan latar Mansion Alexurious. Tubuhnya sedikit miring ke kiri namun tatapannya ke depan mungkin mengarah pada kamera saat itu, menyorot tajam dan angkuh seperti biasa. Rambut pirangnya disisir ke belakang dan membentuk jambul. Satu tangannya terlihat sedikit menekuk, mungkin karena dimasukkan ke saku celana. Dia mengenakan kemeja abu-abu tua, sepertinya dia sengaja membuka tiga kancing atasnya sehingga mengekspos dadanya yang bidang walau hanya terlihat sedikit. Tak ketinggalan coat hitam dengan kerah tinggi yang menutupi leher. Benar-benar gaya khas Dominic yang memesona, hanya dengan melihatnya saja sudah membuat Sandra terpaku beberapa lama.

Sandra tidak pernah menyangka dirinya bisa berada di kamar utama mansion ini. Letaknya pasti sengaja dibuat jauh dari lalu lalang para pelayan dan harus melewati beberapa lorong. Meski letaknya terpencil, kamar ini tentu saja menjadi tempat yang paling diistimewakan sampai tak ada seorang pun yang berani mendekat bahkan Albert sekalipun.

Langkah Sandra terhenti di depan sebuah layar yang besarnya sekitar 32 inch. Kenapa benda ini diletakkan berlawanan dengan ranjang dan sofa? Apakah tidak kesulitan saat akan menonton televisi? Sandra menyentuh layarnya, tidak disangka bisa dengan mudah menyala. Namun bukannya menampilkan gambar acara TV, yang terlihat justru sederet tulisan ‘masukkan kode’ dan ada delapan digit yang harus diisi. Sebenarnya benda apa ini? Karena kesal, Sandra pun membiarkannya.

Penghangat ruangan menyala membuat aroma citrun jadi sangat kental, aroma khas Dominic yang mampu membuat Sandra mabuk kepayang setiap kali berada dekat dengan pria itu. Sandra merebahkan diri pada ranjang king size yang empuk dan menyamankan diri di sana. Dia benar-benar tidak sabar menunggu kedatangan Dominic, ingin sekali rasanya bisa tidur dalam pelukan pria itu lagi, lagi dan lagi.

Hampir dua puluh menit menunggu, bunyian pintu yang terbuka membuat Sandra senang. Dominic pasti baru saja menempelkan sidik jarinya di depan sana. Sandra pun berhenti memainkan ponsel lalu duduk dengan bersandar bantal di kepala ranjang.

Benar saja, beberapa saat kemudian Dominic melangkah masuk. Namun tampaknya dia sedang sibuk menerima telepon. “Oh ya, baiklah. Besok adakan rapat darurat dengan seluruh direksi untuk membahas langkah selanjutnya.” Dia terus bicara sementara tangannya yang bebas bergerak melepas seluruh kancing kemeja yang dikenakannya.

Pandangan Sandra terus saja mengikuti langkah Dominic sampai ke lemari, mendengarkan pembicaraannya dengan penelepon di seberang sana.

“Kau sudah menunggu lama?” tanya Dominic setelah menutup telepon.

“Lumayan.”

“Tadi aku harus bicara dulu dengan Albert.”

“Iya, tidak apa-apa.”

“Tadi kau menyentuh monitorku, ya?” Pandangan Dominic tertuju pada layar yang sudah mati secara otomatis.

“Bagaimana kau bisa ....”

“Langsung terdeteksi di ponselku.”

“Ehmm, iya. Maaf, tidak sengaja. Kukira itu televisi.”

“Bukan. Itu layar untuk mengontrol tayangan cctv, tapi tentu saja tidak semuanya. Aku hanya mengambil 12 tempat paling strategis saja, termasuk kamarmu. Aku sudah suruh orang untuk mengontrol tempat lain.” Dominic menjelaskan.

Pernikahan Kontrak Dua Miliar (TERBIT)Where stories live. Discover now