Secret Mission for Love - 8

Start from the beginning
                                    

Dasar Arogan. Tapi itu hanya bisa Nara teriakkan di dalam hati.

“Sepertinya tidak perlu Bapak meminta izin langsung pada orang tua saya. Orang tua saya bukan orang yang ribut soal pekerjaan saya. Mereka juga tahu kalau perjalanan dinas seperti ini sudah menjadi salah satu tugas dari pekerjaan saya.” Sungguh Nara tidak habis pikir dengan atasannya ini. Buat apa repot-repot untuk meminta izin langsung kepada orang tuanya.

“Kenapa jadi kamu yang mengatur saya? Di sini bosnya siapa?” Tanya Aron dengan nada sinis.

“Ya ... Bapak!” Jawab Nara sambil meringis.

“Kalau begitu terserah saya! Kamu tinggal mengikuti perintah saya apa susahnya? Kenapa kamu harus selalu mendebat perintah saya?” Aron segera melangkahkan kakinya, bermaksud berjalan keluar dari ruangannya. Namun langkahnya terhenti ketika menyadari jika Nara tidak mengikuti langkahnya.

“Kenapa diam saja? Kamu mau tetap di sini atau pulang?” Aron mengangkat satu alisnya saat menatap Nara.

“Pulang Pak.” Jawab Nara dengan lirih. Sejujurnya dirinya enggan pulang dengan Aron, namun Nara tidak punya pilihan lain selain menurut dengan perintah sang atasan.

“Kalau begitu ayo keluar dan segera ambil tas kamu!” Selain mengangguk pasrah, apalagi yang bisa Nara lakukan?

Setelah mengambil tas tangannya yang memang sudah Nara siapkan sejak tadi sebelum masuk ruangan Aron, Nara akhirnya mengikuti langkah kaki Aron. Mereka berdua berjalan beriringan ketika menuju lift yang akan membawa mereka ke lantai satu, karena Aron berjalan pelan berusaha menyamai langkah Nara.

Gedung tempat Nara bekerja sebenarnya memiliki 30 lantai, namun ruangan CEO nya ada dilantai 29. Karena khusus di lantai teratas gedung ini atau lantai 30, berisi ruang istirahat dan ruang hiburan khusus untuk keluarga pemilik perusahaan dan sebuah taman di rooftop. Tidak ada yang pernah menaiki lantai 30 selain keluarga inti dari kalangan Rajata saja.

Kantor inti Rajata Corp itu hanya memakai sekitar 10 lantai dari gedung ini, sisanya disewakan untuk kantor perusaan lain. Gedung ini juga memiliki klinik kesehatan dan supermarket mewah yang masih termasuk dalam bisnis Rajata Corp juga.

Nara bertanya-tanya entah seberapa kaya dinasti Rajata ini dengan gurita bisnisnya yang ada dimana-mana, mulai dari properti, pertambangan, perhotelan dan rumah sakit. Jangan lupakan bisnis Retailnya juga. Nara yakin menghitung kekayaan keluarga Rajata pati akan memakan waktu yang lumayan lama. Jadi dari pada pusing untuk hal unfaedah, lebih baik tidak usah menghitungnya.

Selama didalam lift tidak ada pembicaraan apapun dari kedua orang yang berbeda gender itu. Ketika lift tiba di lantai 1 dan terbuka, Nara memutuskan berjalan di belakang Aron karena sat ini lobby sedang ramai dengan karyawan yang akan pulang kantor. Nara hanya tidak ingin dirinya dinilai sok akrab dan sok dekat dengan Aron, ketika mereka terlihat jalan bersisian.

Tanpa Nara duga, tiba-tiba Aron berhenti melangkah, membalik tubuhnya dan menatap Nara tajam. Nara hanya menatap Aron dengan tatapan bingung.

Aku salah apa lagi Ya Tuhan? Itu kenapa mata tajam banget natap aku?

“Ada apa Pak?” tanya Nara ragu-ragu.

“Kenapa kamu berjalan di belakang saya?” Tanya Aron datar dengan satu tangan yang dimasukkan ke dalam saku celananya.

“Hah?” Nara benar-benar tidak menduga jika bosnya itu rela berhenti di tengah lobby hanya untuk bertanya hal yang tidak penting seperti ini.

“Jalan di samping saya Lova!” Aron berucap tegas dengan nada yang tidak bisa dibantah.

Rajata Series 1 : Secret Mission for Love (REVISI) Where stories live. Discover now