Part 10

4.5K 186 1
                                    

Apa Theo sudah mulai ingat tentang hubungan kita? Harus berapa lama lagi aku menunggu? Mamanya... Apa yang akan dilakukan oleh tante Brittany untuk menjauhkan Theo dari aku? Kalau dia tidak bisa menjauhkan aku dari Theo, berarti dia akan membuat Theo menjauh dari aku. Bukankah tante Brittany tidak tahu apa-apa mengenai aku? Harusnya aku bisa tenang sedikit, tapi kenapa ada sesuatu yang mengganjal di hati aku? Batin Kiera sambil berjalan ke arah stasiun.

Ia merogoh-rogoh kantung celana jeansnya, tapi tidak menemukan apa-apa. Ia membuka resleting tasnya, juga tidak menemukan benda yang dicarinya. Ia langsung berlari menuju apartemen Theodore, karena merasa ada sesuatu yang tertinggal.

Terengah-engah Kiera berhenti di depan pintu apartemen Theodore, baru tangannya hendak menarik handle pintu ke bawah. Ia mendengar suara bentakan dari dalam. Secara refleks ia menyandarkan punggungnya pada dinding di samping pintu dan menajamkan pendengarannya.

“Kalau kamu ingin sembuh, kamu harus ikut mom!”

“Aku memang ingin sembuh, tapi masih banyak yang harus aku selesaikan dulu di sini, mom!”

“Apa lagi yang harus kamu selesaikan di sini? Gadis miskin itu? Dia yang membuatmu terus bertahan di sini? Kamu harus sadar, Theo, dia hanya akan menghambat dirimu! Dan satu hal lagi, dia tidak setara dengan kita!”

“Kiera... Mom selalu melihat orang dari segi materinya, tapi hatinya jauh lebih mulia daripada mom!”

“Jaga bicaramu, Theo! Mom tidak mau berdebat lagi, kamu harus ikut dengan mom!”

Kiera merasa tak bisa lagi mendengar kelanjutan perdebatan suara ibu dan anak dari dalam apartemen Theodore. Ia langsung berlari menuruni tangga tanpa memikirkan lagi tujuannya kembali ke apartemen Theodore. Air matanya mulai membasahi pipinya. Semua pertanyaan dalam benaknya terjawab dalam sekejap. Mamanya Theodore akan menjauhkan Theodore darinya.

Theo akan pergi... Theo akan pergi... Kata-kata itu terus terngiang dalam benak Kiera. Langkahnya gontai memasuki gerbong kereta paling depan. Ia menyandarkan kepalanya ke dinding kereta. “Kenapa?” gumamnya pelan.

Kenapa ketika aku membuka hatiku untuk laki-laki lain, aku harus mengalami hal menyakitkan lagi? Aku akan kehilangan orang yang aku cintai lagi. Belum cukupkah hati ini tersiksa bertahun-tahun karena Simon? Harus aku merasakannya lagi? Keluhnya dalam hati.

“Maaf, ini sudah stasiun terakhir,” sahut seorang masinis yang baru keluar dari ruang kemudi.

“Ah, iya,” Kiera beranjak keluar dari gerbong kereta. Ia baru menyadari bahwa stasiun yang seharusnya ia turun untuk pulang ke rumahnya sudah lewat setelah berada di depan stasiun. Kiera menghela napas panjang mendapati kebodohannya.

Kiera berjalan menyusuri trotoar tanpa tahu arah tujuan langkah kakinya. Deg. Tiba-tiba seperti ada sesuatu yang muncul dalam benaknya. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya dan mengamati sekelilingnya. Sepertinya aku pernah melewati tempat ini, hanya ada sedikit perubahan, tapi kapan? Apa aku de javu? Tanya Kiera pada dirinya sendiri.

Ini! Benar, ini jalan menuju rumahnya Simon! Sahutnya dalam hati.

Sebuah mobil berhenti tepat di samping tempat Kiera berhenti, jendela dari sisi penumpang mulai turun dan wajah pemilik mobil itu mulai terlihat. “Kiera?” panggil si pemilik mobil. Kiera masih mengernyitkan alisnya karena belum bisa melihat wajah pemilik mobil itu dengan jelas karena lampu jalan yang terlalu redup.

“Kiera, ini aku Simon, kenapa kamu ada di sini?”Simon menundukan kepalanya sedikit hingga wajahnya terlihat oleh Kiera.

“Ah... Aku... Tadi aku...”

“Sudah, ayo masuk, nanti baru kamu ceritakan,” Kiera hanya menuruti kata-kata Simon dengan patuh untuk masuk ke dalam mobilnya.

Apa ini adalah pertanda bahwa aku harus menerima lamaran Simon? Theo, kumohon jangan pergi. Kamu harus tahu kalau hati aku memilih kamu, tapi bagaimana bisa aku bertahan dalam keadaan seperti ini? Simon melamarku dan menungguku disaat kamu akan pergi dariku, apa aku harus memilih Simon walaupun sulit? Batin Kiera.

I Give You My DestinyWhere stories live. Discover now