Part 2

9.8K 341 1
                                    

Kiera keluar dari kereta setengah berlari untuk menuju pintu gerbang stasiun dengan cepat sebelum hari semakin gelap. Pikirannya bercampur aduk antara senang naskahnya diterima dan cemas karena kemungkinan dia akan pulang malam lagi. Untung saja waktu itu toko orang tuanya sedang ramai dengan pengunjung karena menjelang hari raya, jadi hanya mamanya yang ada di rumah. Namun hari ini, sudah lewat dari hari besar, pasti orang tuanya akan stand by di depan pintu dengan wajah yang mengerikan, terutama papanya.

Karena banyak hal yang berkecamuk di dalam benaknya, ia tidak memfokuskan pikirannya pada jalan yang ada di depannya. Ia menabrak seorang gadis bertubuh jangkung dan hampir jatuh terkulai ke tanah. Seorang pria dengan sigap menopang tubuh gadis itu sebelum sempat menyentuh tanah.

“Apa kamu tidak bisa hati-hati? Gunakan matamu untuk memperhatikan jalan!” bentak gadis berparas manis itu setelah merapikan pakaiannya dan cara berdirinya.

“Ma... Maaf, saya sedang terburu-buru, jadi saya tidak memperhatikan anda yang ada di depan saya,” Kiera memberanikan diri untuk menatap gadis yang tadi ia tabrak.

“Kiera?”

Mata Kiera langsung bergerak ke arah laki-laki yang ada di sisi gadis itu, ia yang menyerukan namanya. Ia tidak bisa mempercayai matanya sendiri setelah apa yang ia lihat beberapa detik yang lalu. Seketika kakinya terasa tak bertulang. Setelah sekian lama laki-laki ini menghilang tanpa kabar, sekarang ia muncul bersama seorang gadis.

“Kamu bisu atau apa? Kenapa hanya bisa diam saja? Kamu sudah menabrakku hingga aku hampir terjatuh dan kamu hanya bilang maaf? Kamu pikir itu cukup? Bagaimana kalau tadi aku sampai jatuh?” oceh gadis bermata coklat pucat itu.

“Kiera sudah bilang maaf, dan saya rasa itu lebih dari cukup, tidak ada sedikitpun dari tubuhmu yang luka, jadi apa lagi yang perlu kau ributkan?” sahut Theodore datar yang sedang berdiri dengan bersandarkan dinding.

“Sejak kapan kamu ada di situ?” Kiera menoleh ke arah Theodore.

Theodore tidak mempedulikan pertanyaan Kiera dan langsung menarik tangannya untuk menjauh dari hadapan kedua orang yang hampir menghakimi Kiera. Sikapnya yang tenang, membuat Kiera mengikuti langkahnya tanpa satu katapun keluar dari mulutnya.

“Honey, dia menabrakku, kenapa kamu tidak membelaku?” ujar gadis itu dengan nada manja ke pria yang tadi menopang tubuhnya.

Kiera masih bisa mendengar ucapan manja gadis itu. Ia merasa hatinya seperti dibekukan dalam freezer dan dibanting ke lantai saat sudah membeku hingga pecah berkeping-keping. Kiera yakin bahwa selama ini ia sudah melupakan pria itu, tapi kenapa seperti ada mengganjal dalam hatinya ketika mendengar ucapan gadis itu. Bahkan selama ini Kiera sudah tidak pernah memikirkan pria itu.

“Kenapa kamu hanya diam saja?” tanya Theodore yang masih memandangi Kiera dari balik kemudinya. Masih tak ada reaksi dari Kiera. “Apa kamu mengenal laki-laki yang bersama dengan gadis galak tadi?” Theodore menepuk bahu Kiera hingga ia terlonjak kaget seperti baru tersadar dari hipnotis.

“Apa? Tadi kamu bicara apa?”

“Apa kamu mengenal laki-laki yang tadi berdiri di samping gadis yang memarahimu?” Theodore mengulangi pertanyaannya.

“Eh, tidak, aku tidak mengenalnya, aku hanya terpaku dengan ocehan gadis itu, kata-katanya begitu tajam, makanya aku tidak bisa berkutik ketika dia memarahiku,”

Gadis ini tidak pandai berbohong. Pikir Theodore. “Tapi, tadi dia memanggil namamu,”

Kiera memutar bola matanya seperti sedang berpikir. “Apa iya? Aku tidak menyadarinya, ah, mungkin kamu salah dengar atau dia memanggil Kiera yang lain, yang memiliki nama Kiera kan bukan hanya aku di dunia ini,” sangkal Kiera lagi.

I Give You My DestinyWhere stories live. Discover now