Secret Mission for Love - 4

Start from the beginning
                                    

“Baik Pak, ada lagi?” Sejujurnya Nara sudah ingin segera angkat kaki dari tempat ini, dirinya benar-benar merasa tidak nyaman dengan calon bos barunya yang sejak tadi terus saja menatapnya. Bukan jenis tatapan mesum atau kurang ajar, namun tatapan dalam yangs enakan menelanjangi dirinya. Namun sekali lagi demi sebuah sopan santun Nara harus menahannya.

“Tidak ada, kamu bisa kembali bekerja!”

“Baik Pak, saya permisi dulu kalau begitu.”

Setelah berpamitan pada Kevin, Nara langsung berjalan cepat menuju meja kerjanya yang berada tepat di depan ruangan CEO perusahaan ini. Nara menghembuskan nafas panjang saat telah duduk di kursinya. Kemudian Nara berusaha menghidupkan komputernya dan mencoba berkonsentrasi dengan semua pekerjaan yang ada diatas mejanya. Namun konsentrasinya langsung buyar ketika ada sebuah suara yang menginterupsi kegiatannya.

“Lova kamu masuk kedalam ruangan saya sekarang!” Nara mengangkat kepalanya yang sejak tadi intens menatap layar persegi yang ada di mejanya, ketika bos barunya berkata demikian. Nara mengernyit bingung dan hanya diam di tempatnya. “Kenapa kamu masih duduk santai disitu? Saya menyuruh kamu!” lanjut Aron saat melihat Nara tidak ada keinginan untuk beranjak dari kursinya.

“Hah?” Entah ada apa dengan Nara hari ini, dia benar-benar seperti wanita bodoh yang hanya bisa mengucapkan satu kata itu saja.

“Bukannya nama kamu Lova Inara Paradista? Jadi kalau saya memanggil kamu dengan nama Lova seharusnya tidak ada masalah kan?” Tanya Aron lagi sambil berdecak kesal, jangan lupakan tatapan matanya yang setajam katana itu. Mendengar penjelasan dari bos barunya, Nara hanya meringis salah tingkah.

“Maaf Pak, tapi biasanya semua orang memanggil saya Nara. Jadi saat Bapak memanggil saya dengan nama lain, saya menjadi sedikit bingung.” Jawab Nara sambil berdiri hendak mengikuti perintah atasan barunya itu.

“Saya tidak mau menjadi salah satu dari semua orang yang kamu maksud, saya ingin menjadi yang spesial dan satu-satunya. Jadi mulai sekarang saya akan memanggil kamu Lova.” Mendengar jawaban Aron yang diucapkan dengan sangat tenang itu, membuat langkah kaki Nara terhenti seketika. Nara benar-benar menjadi spechlees saat ini. Meski diucapkan dengan nada tenang dan cenderung datar tapi entah kenapa berhasil memberi efek besar bagi Nara. Otaknya yang biasanya cerdas berubah menjadi blank hanya dalam sekejap.

Tuhan ... Ini orang kalau ngomong sedatar papan cucian tapi bisa membuat jantung orang kebat-kebit tidak karuan.

“Kenapa malah diam? Kamu masih mau berdebat soal nama panggilan kamu dengan saya?” Tanya Aron lagi sambil melipat kedua tangannya didepan dada sambil menyandarkan tubuhnya ke pintu yang berada di belakangnya, saat melihat Nara tidak mengikutinya masuk ke dalam ruangannya. Aron memicingkan matanya saat Nara masih tetap berdiri kaku seperti patung selamat datang ditempatnya. Aron tidak tahu kenapa mendengar kata-katanya wanita didepannya ini bisa nampak sangat syok.

“Hah ... tidak Pak. Maaf.”Setelah kesadarannya kembali, Nara langsung melangkahkan kakinya dengan cepat mengikuti Aron. Nara tidak ingin bos barunya yang aneh itu mengucapkan kata-kata ajaib lagi yang berhasil membuat jantungnya bekerja dua kali lipat dari biasanya. Hal itu benar-benar tidak baik untuk masa depan jantungnya.

“Bacakan agenda saya hari ini!” perintah Aron dengan nada datar sambil duduk di kursi kebesarannya. Tanpa diperintah dua kali, Nara langsung membacakan beberapa janji yang harus Aron hadiri hari ini.

“Hanya itu?”

“Iya Pak, di atas meja itu adalah berkas-berkas yang membutuhkan tanda tangan Bapak. Berkas yang urgent untuk Bapak periksa, sudah saya beri tanda, agar Bapak dahulukan.”Aron hanya berdeham untuk membalas kalimat panjang dari Nara.

“Ada lagi yang Bapak butuhkan? Kalau tidak ada, saya akan kembali kemeja saya.”

“Ada.” Nara menunggu dengan was-was perintah apa lagi yang akan dia terima dari atasan barunya itu. “Tolong buatkan saya kopi dengan 2 sendok gula, satu sendok kopi dan satu sendok creamer.”

“Baik Pak, saya akan meminta OB untuk mengantar pesanan kopi Bapak keruangan ini.” Mendengar jawaban Nara, Aron memicingkan matanya tidak suka.

“Saya tidak mau OB yang membuat, saya ingin kamu yang membuat Lova.” Nara hanya melongo ditempatnya, dia bertanya-tanya sejak kapan sekretaris merangkap tugas menjadi tukang buat kopi? Karena biasanya dia tinggal memberi perintah pada OB di lantai ini, maka semua selesai. Lalu sekarang kenapa bos barunya ini justru memberikan perintah di luar pekerjaan pokoknya?

“Baik Pak.” Jawab Nara ketika kesadarannya sudah kembali lagi. Nara akhirnya menuruti titah yang mulia CEO Rajata Corp yang baru. Nara hanya tidak ingin terlihat adu pendapat dengan bos barunya karena masalah sepele. Tidak lucu jika dirinya langsung dipecat di hari pertama CEO nya ganti hanya karena tidak mau membuatkan sang bos besar segelas kopi. Apa kata dunia nantinya jika hal itu terjadi?

Yang waras ngalah Nara. Batin Nara menyabarkan dirinya sendiri. Nara segera membalik tubuhnya, keluar dari ruangan itu untuk membuat segelas kopi. Hanya butuh waktu kurang dari 10 menit bagi Nara menyelesaikan tugas pertamanya di pagi hari ini.

“Ini Pak kopinya, saya letakkan dimeja dekat sofa saja agar tidak mengganggu kerja Bapak.” Ucap Nara ketika sudah kembali keruangan bos besarnya dengan secangkir kopi yang uapnya masih mengepul. Aron hanya merespon dengan sebuah dehaman, tanpa mengalihkan matanya dari layar laptop yang ada di mejanya. Ketika Nara akan keluar, Aron memanggil namanya lagi. Tentu saja hal itu membuat Nara urung melangkahkan kakinya lagi.

“Mulai besok, setiap pagi tolong kamu siapkan kopi untuk saya. Dan yang membuat wajib kamu!”

"Baik Pak."

"Satu lagi mulai besok, kamu yang harus membersihkan ruangan saya. Saya tidak ingin ada orang asing selain kamu yang keluar masuk ruangan saya. Yang boleh masuk ruangan ini hanya kamu dan saya! Kamu paham?" Nara semakin melongo mendengar perintah bernada datar yang keluar dari mulut Aron. Andai tidak ingat jika ini adalah pertemuan pertama mereka, ingin sekali Nara melemparkan wedges yang tengah dipakainya ke wajah Aron yang nampak datar sedatar papan tulis itu.

Nara menghela nafas panjang sebelum menganggukkan kepalanya pasrah. Nara saat ini sedang benar-benar malas untuk melakukan debat terbuka dengan bos barunya, yang sudah bertindak seenak jidatnya saja sejak tadi kepada dirinya. Bukan karena dirinya takut, namun karena dirinya masih sangat menghormati dan menghargai Kevin Rajata sang ayah dari bos aneh yang saat ini tengah duduk didepannya.


TBC


Terima kasih buat yang sudah baca jangan lupa tinggalkan jejaknya.

9 April 2020

Rajata Series 1 : Secret Mission for Love (REVISI) Where stories live. Discover now