[3] Kok Ragu

963 68 43
                                    

"Aku tungguin di Kedai Momokdut, ya," kata Arga, setelah Denisa turun dari motornya.

Denisa menggelengkan kepala. "Enggak usah. Kamu pulang langsung aja, kan aku juga enggak tahu ini selesainya jam berapa."

Arga tidak menanggapi ucapan Denisa. Dia hanya bersiap memakai helm lalu menghidupkan mesin motornya. Mata Arga melirik sekilas pada Denisa yang bergeming, bibirnya mulai tersenyum. Tak lama kemudian, dia membuka kaca helmnya dan berkata, "Katanya anak kos suka ngirit di akhir bulan, kan, ya? Anggap aja sekarang aku lagi bantu kamu biar bisa irit. Demi akhir bulan yang lebih baik, jangan ada bantahan."

Denisa mendesah pasrah atas sikap keras kepala Arga. Laki-laki itu seperti ingin sekali menunggui Denisa, sedangkan Denisa masih merasa tak enak kepada Arga. Karena meski mereka telah berstatus pacaran, tetapi Denisa ingin tetap mandiri.

Suara gas motor untuk sementara waktu berhasil memisahkan Denisa dan Arga. Dia kemudian berjalan masuk ke area fakultasnya, kakinya dilangkahkan menuju gedung serba guna yang digunakan untuk kegiatan kumpul angkatan. Sebenarnya acara ini sudah dimulai sejak empat puluh menit yang lalu, tetapi Denisa memang baru dapat sampai karena jarak antara taman tempatnya bertemu Arga dengan kampusnya lumayan jauh. Kedatangan Denisa dalam kumpul angkatan pun sebatas wujud menghargai kakak tingkatnya yang sudah susah payah bersosialisasi di kelas-kelas. Karena untuk inti dari acara kumpul angkatan ini, sama sekali tidak menarik minat Denisa.

Denisa duduk di baris paling ujung, tempat teman-temannya berkumpul. Semua mata seketika fokus menatap Denisa yang datang paling terlambat. Seorang perempuan yang sedang berada di barisan paling pusat pun terpaksa menghentikan bicaranya karena kedatangan Denisa. Suasana semacam ini membuat Denisa merasa sedikit tidak nyaman karena dia harus dijadikan sebagai pusat perhatian.

"Maaf, saya terlambat. Tadi saya ada urusan sebentar di area bawah," ucap Denisa kepada teman-teman dan kakak tingkatnya yang hadir pada acara kumpul angkatan.

Perempuan yang berada di pusat barisan mulanya melempari Denisa dengan tatapan mematikan. Namun, beberapa saat kemudian, dia memberikan wajah bersahabat kepada Denisa. Denisa cukup masa bodo dengan arti dari tatapan itu, apakah sungguh ramah atau hanya sebagai pencitraan. Toh, hari ini Denisa sudah berusaha menunjukkan iktikad baik untuk datang ke acara ini. Sedangkan bisa saja Denisa meneruskan agenda pacarannya dengan Arga dan tidak peduli dengan hal yang ingin disampaikan pada acara kumpul angkatan kali ini.

"Jadi, itu ya, Teman-Teman, alasan kenapa kami mengadakan acara kumpul untuk angkatan 2018. Karena menindaklanjuti bagaimana sebuah organisasi itu penting untuk melatih softskill kita di dunia kerja, maka kami memutuskan untuk mengajak kalian tergabung dalam organisasi dan sama-sama kita menciptakan program kerja yang lebih berkualitas. Bagi yang belum punya pengalaman organisasi, jangan takut. Kita bakal ada magang selama satu semester yang di dalamnya kalian akan diajarkan bagaimana cara berorganisasi yang mantul. Pokoknya, coba dulu daftar. Kalo nanti enggak diterusin jadi anggota inti, enggak masalah kok. Yang penting kalian bisa punya pengalaman."

Denisa mendengar penjelasan tersebut dengan saksama, meski sebenarnya merasa bingung tentang apa yang dibicarakan di forum ini. Teman-temannya pun tidak semuanya menggubris apa yang dijabarkan oleh perempuan itu dan malah sibuk dengan gawai masing-masing. Untungnya Denisa adalah tipe yang menghargai orang lain. Jadi, meski merasa muak dengan yang namanya ceramah, dia akan tetap mendengarkan. Biarpun terkantuk-kantuk.

"Oh, iya, nama kamu siapa?" Perempuan tadi menunjuk ke arah Denisa.

Denisa melihat kanan kirinya terlebih dahulu, memastikan bahwa yang ditunjuk memang benar dia. Setelah yakin bahwa perempuan tadi memang menunjuk ke arahnya, Denisa baru buka suara. "Denisa."

Bronies (Brondong Nangies)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu