The Stinky School

Start from the beginning
                                    

“ Sayang sekali! Kau harus mencobanya kalau kau berkunjung lagi.”

Percakapan kami berhenti disitu saat bel pelajaran pertama berbunyi. Aku diberi waktu satu jam pertama, Homeroom, untuk berkeliling. Kata Mr. Jensen, kepala sekolah, dia sudah memberitahukan wali kelasku mengenai keabsenanku.

Saat ini kami sudah berada di koridor utama yang sudah mulai dipenuhi murid – murid yang menuju lokernya untuk mengganti buku pelajaran. Tidak sedikit yang berhenti melakukan kegiatan mereka hanya untuk melihatku si anak baru. Oh, how i hate being the new student.

Kami berhenti di loker no 605. Lokerku.

“ Jadi.... apa jadwalmu berikutnya?”

Malas menjawabnya, aku memberikan slip jadwalku padanya. Sementara aku menaruh tas dan jacketku di loker.

“ Sayang sekali, kita hanya punya jam olahraga yang sama. Tapi, ayo aku antar ke kelas biologimu.” Griffon kembali tersenyum ramah sambil menyerahkan kembali slip jadwalku.

Aku tersenyum berterima kasih padanya. Setidaknya aku tidak akan terlambat mencari – cari kelas terlebih dahulu. Griffon segera berbalik dan berjalan menuju lantai dua, ke science department.

***

Pelajaran Biologi lewat begitu saja tanpa hal berkesan. Kecuali kalau guru berbadan besar dan berbulu mirip beruang kau sebut berkesan. Untungnya dia terlalu malas untuk bergerak, dan hanya menyuruhku untuk memperkenalkan diri dari kursiku.

Dari segala hal yang berhubungan dengan diriku sebagai murid baru, bagian memperkenalkan diri di setiap pelajaran adalah yang paling kubenci. Pengalaman bertahun - tahun terus ganti sekolah tidak membuatnya menjadi mudah.

Oh, mungkin duduk bersama cewek emo - dia bernama Sasha - merupakan hal berkesan.

Sasha seperti emo lainnya, wajah ovalnya dibingkai rambut hitam yang melewati alisnya, mata biru cerah yang tidak cocok dengan dandanan serba hitamnya. Dia juga mengenakan baju longgar berwarna hitam dan merah seperti emo kebanyakan.

Yah, setidaknya duduk bersama orang aneh lebih baik daripada bersama salah satu pengikutnya Katty yang juga duduk sendiri di depan. Paling tidak dipelajaran pertama aku punya teman yang tidak perlu mendelik ketika berpandangan denganku. Terima kasih kepada Griffon.

Teman emoku berbaik hati memberitahuku kalau Griffon - seperti yang sudah kuduga - masuk salah satu cowok daftar incaran satu sekolah. Jadi, seperti sebelumnya, aku selalu menjadi orang yang mendapat tatapan kotor. Baik dari anak cowok ataupun yang perempuannya.

Di kelas matematika lanjutan, aku kembali duduk bersama Sasha. Syukurlah, paling tidak aku sudah punya teman di kelas ini. Perasaanku lumayan baik waktu masuk kelas, namun seketika rusak saat murid terakhir masuk. Yap! Tidak lain dan tidak bukan adalah Katty.

Kurasa dia belum menyadari kehadiranku karena dia masih tersenyum menggoda pada Mr. Hatkins yang memang masih muda. Oh god. Kenapa aku bisa berhubungan darah dengannya?

Yah, memang dengan rambut coklat sedikit bergelombang yang dipadu dengan mata coklat hangat dan badan tegapnya yang dibalut kemeja hijau lumut yang digulung sebahu. Jelas dia guru yang sangat hot dibandingkan guru biologiku.

" Silahkan duduk, Ms. Saxe." Suara lantang namun berat milik Mr. Hatkins bergema. Menandakan dia sudah kesal menghadapi Katty.

Akhirnya setelah beberapa saat Katty baru duduk di bangku terdepan dekat Mr. Hatkins. Dia menaruh dadanya yang seakan mau keluar dari bajunya karena kesempitan di atas meja, dan masih memasang senyum menggodanya. What a whore...

My Silver Winged DemonWhere stories live. Discover now